Satu : Awal Mula

120 7 0
                                    

"mas bangun, kok kamu tidur dilantai?" Mbok Yu mencoba membangunkan Langit yang tampak tertidur dilantai tanpa alas sekalipun. Tak susah membangunkan Langit, karena dengan sekali ucap pun dia sudah terbangun.

"Mbok Yu. Langit ketiduran ya" wajahnya masih saja menampilkan senyum yang bahkan tak akan pernah luntur untuk siapapun.

"yaudah mas Langit pindah aja kekamar. Kan lebih hangat, nanti mbok Yu kasih selimut baru ya"

"gak usah mbok. Selimut Langit kan masih ada. Nanti deh aku masuk kamar. Mau nunggu Ayah pulang. Kan malam ini Ayah pulang dari luar kota kan mbok"

"nanti kalau Bapak tau mas Langit nunggu, malah marah mas."

"aku bakal sembunyi Mbok. Gak usah takut"

Hanya menghela nafas yang bisa dilakukan Mbok Yu, dia sangat paham bagaimana karakter anak majikannya ini. Dari Langit lahir pun yang mengurus hanya Mbok Yu, hingga rasa sayang untuk Langit pun mengalir begitu saja. 

Mbok Yu juga sangat paham bagaimana rasa nya menjadi Langit, bagaimana perjuangan dan pengorbanan Langit untuk sang Ayah, dan bagaimana Langit sangat mendamba kasih sayang dari sang majikan. Perlakuan sang ayah sangat tidak bisa dikatakan sebagai mendidik hanya karena satu kesalahan yang mungkin bukan salah Langit tapi Ayah nya menghukumnya dalam 16 tahun ini dan mungkin akan berlanjut seiring bertambahnya umur Langit.

Namanya Langit Sabiru Erlangga. Diusia nya kini yang mungkin remaja lain masih mencari jati diri dengan lingkungan yang membuat bahagia, Langit pun beda. Langit hanya ingin sayang dari Ayah. Mungkin mencari jati dirinya bisa dilakukan nanti jika sang Ayah sudah menganggapnya ada didunia ini. Langit sayang Ayah, fakta inilah yang membuat dasar bahwa Langit akan melakukan semua hal jika itu demi Ayahnya.

Pintu berbunyi, sepertinya ada yang ingin membuka pintunya melalui kunci yang sudah dimasukkan. Ini pasti Ayah, dan yang dilakukan Langit sekarang harus kembali ke kamar, atau paling tidak harus menyembunyikan diri dan wajahnya agar Ayah tidak marah. Dalam keadaan lelah Ayah nampak lebih mengerikan jika marah dan Langit tidak ingin hal itu terjadi.

Dengan segera mungkin Langit bersembunyi dibalik gorden lebar yang memang dipasang untuk menutupi jendela lebar itu.

"akhirnya bisa liat ayah juga, gini aja Langit udah seneng yah, apalagi kalau Langit bisa nyambut Ayah di depan pintu" batin Langit

Ayahnya nampaknya sangat lelah, terbukti dengan sang Ayah yang langsung masuk ke kamar miliknya tanpa tahu bahwa ada anak laki-laki yang sedang melihatnya di balik gorden.

Langit mulai keluar dari tempat persembunyiannya, dan mulai melangkahkan kakinya ke dapur. Dia ingin membuat teh tawar hangat kesukaan Ayahnya, dan yang pastinya dengan hati-hati dan tidak berisik.

Teh sudah selesai dibuat dan kini saatnya Langit melancarkan aksinya untuk mengantarkan nya ke kamar Ayah. Ini adalah kebiasaan Langit, meskipun Ayah sepertinya tak tau bahwa ini perbuatan Langit dan mengira bahwa Mbok yu yang akan membuat dan mengantarkan teh nya ini. Setiap aksinya mengantar teh ini Langit sudah seperti pencuri di rumahnya sendiri. Mbok Yu sudah melarang keras aksi Langit ini, takut-takut kalau tuan nya tahu bahwa anak laki-laki nya sudah lancang masuk ke kamarnya dan membuat teh untuknya bisa-bisa Langit habis di pukuli di dalam gudang lagi.

Langit sudah memasuki kamar Ayahnya, bunyi suara air yang terdengar dari kamar mandi menandakan bahwa Ayahnya sedang mandi saat ini dan Langit bisa bernafas lega untuk sebentar.

"Yah, ini teh buat Ayah. Di minum ya." Suara Langit lirih dan bahkan hampir hanya seperti gumaman nya sendiri.

Langit segera berlalu karena sepertinya Ayah sudah selesai mandi. Dia hanya tak ingin berakhir di gudang gelap itu lagi. Langit takut gelap dan Ayah nampaknya tak peduli itu. Segera bergegas ke kamar nya yang kecil adalah pilihan tepat, meskipun besok adalah hari minggu tapi Langit tak bisa bangun lebih siang. 

LANGIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang