Agara -5

3.5K 168 0
                                    

Di mobil Rara diam saja, keheningan terjadi diantara mereka. Rara memalingkan wajahnya ke kaca mobil, melihat  pohon-pohon diluar yang seakan berjalan. Agam yang tengah serius menyetir menoleh kearah Rara, ia tersenyum kecil melihat Rara merajuk.

"Masih marah?"

"Nggak" jawab Rara ketus tanpa menatap Agam.

"Jangan marah lama-lama, nanti cepet tua"

"Siapa yang marah? Dasar sok tau"

"Serius nggak marahhh?" Agam tersenyum geli menggoda Rara.

"Serius!!!" Rara menatap tajam wajah Agam sebentar lalu kembali memalingkan wajahnya menghadap kaca mobil. Agam hanya tersenyum kecil lalu kembali serius menatap jalan.

Beberapa menit berlalu, akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan Agam. Rara sama sekali tidak tau tempat itu, ia baru pertama kali kesana.

"Ayo turun" Agam membukakan pintu mobil untuk Rara dan Manarik pelan tangan Rara keluar.

"Kita dimana'' Rara mengernyitkan dahi melihat sekitarnya yang tampak asing bagi Rara.

"Udah ikut aja"

Rara hanya menurut apa kata Agam. Mereka berjalan tak jauh dari tempat memakirkan mobil. Agam mengajak Rara menaiki sebuah bukit kecil yang ternyata dibalik bukit itu ada hamparan bunga dandelion.

"Omegat kak Agam ini keren bangettttt!!!" Rara berteriak histeris dan langsung berlari menghampiri hamparan bunga dandelion, Sementara Agam hanya duduk diatas sebuah batu besar dan terseyum menatap Rara yang lari-larian seperti anak kecil.

"Kak Agam, sini!!" Teriak Rara dari kejauhan, tapi Agam hanya menggeleng. Rara melanjutkan kegiatan lari-lariannya, ia terlihat sangat bahagia.

"Tenyata bikin gue seneng itu gampang, liat Lo bahagia aja gue udah Seneng banget Ra" batin Agam.

Setelah lelah bermain dengan dandelion, Rara memutuskan untuk duduk disamping Agam. Sunset terlihat sangat sempurna, menerpa hamparan bunga dandelion. Rara mengadahkan kepalanya, menatap Agam yang saat ini tengah memejamkan mata menikmati angin yang menerpa wajahnya. Rara tersenyum menatap Agam yang terlihat sangat damai itu, kini Rara sadar bahwa laki-laki disampingnya itu memang sangat tampan.

Rara kembali menatap kedepan, kemudian memejamkan matanya mengikuti Agam. Kini Agam yang berganti menatap Rara. Agam menatap lembut wajah Rara, tanpa Agam sadari ujung bibirnya terangkat menumbuhkan senyum manis yang telah lama hilang darinya.

Langit semakin petang, Agam memutuskan untuk mengajak Rara pulang, meskipun dalam lubuk hatinya, Agam masih ingin disini bersama Rara.

"Ra, ayo pulang!"

"Yahh kok pulang sih kak, kan Rara masih pengen disini" Rara mengercutkan bibirnya.

"Udah sore Rara, kan besok kita bisa kesini lagi" Agam mengusap lembut kepala Rara.

"Yaudah deh iya"

***

"Ra, Lo mau makan dulu nggak?" Agam bertanya, tapi tak ada jawaban dari Rara. Saat Agam menoleh ternyata Rara sudah tertidur pulas di mobilnya. Agam hanya tersenyum kecil lalu kembali fokus menyetir. Untung saja Agam sudah menanyakan alamat rumah Rara, jadi ia tak perlu  membangunkan Rara untuk bertanya.

"Ra bangun udah sampe" Agam menggoyangkan kecil tangan Rara. Perlu waktu cukup lama untuk membangunkan Rara.

"Emmmmmm, udah sampe ya kak" Rara membuka pelan matanya,lalu melirik keluar jendela mobil.

"Iya" Agam berjalan keluar, lalu membukakan pintu mobil untuk Rara.

"Makasih ya kak udah nganterin Rara"

"Iya, sana Cepetan masuk,"

"Oke kaka, Daaaa" Rara melambaikan tangannya lalu berjalan masuk kerumah. Setelah Rara masuk Agam langsung melajukan mobilnya meninggalkan rumah Rara.

***

"Rara kamu dari mana aja, mama khawatir nungguin kamu" Ana Bergerak mendekati Rara.

"Hehe maaf Ma tadi hp Rara lowbat jadi nggak bisa ngabarin," Rara cengengesan.

"Yaudah yang penting kamu gak papa, sana buruan mandi, terus makan, udah mama siapin dimeja tuh,"

"Ihhh mama baik banget deehhh, siap mama" Rara tersenyum dan berlari ke kamarnya.

***

Agam tak langsung pulang kerumahnya, ia mampir ke warung pinggir jalan langganannya untuk sekedar membeli minuman dan makanan ringan.

"Tumben Lo kesini Gam, udah lama banget Lo nggak kesini" tanya Tino anak sang pemilik warung yang seumuran dengan Agam.

"Iya bro, Akhir-akhir ini gue sering tidur dirumah temen, jadi jarang kesini" jawab Agam sambil meneguk tehnya. Toni hanya mengangguk paham.

"Yaudah bro gue bantuin bokap dulu, baru banyak pelanggan soalnya," ucapan Toni hanya dibalas anggukan santai oleh Agam.

Agam menyandarkan tubuhnya ke tembok pagar dibelakangnya, ia menatap cangkir yang saat ini digenggam oleh kedua tangannya. Agam memikirkan apa lagi yang akan terjadi dirumahnya kali ini, Agam tau jika ia akan kena marah papanya karena pulang malam, namun meskipun begitu ia akan tetap pulang malam karena ia merasa lebih tenang diluar daripada dirumahnya yang seperti neraka baginya.

Agam melirik jam Tangannya yang telah menunjukkan pukul 11 malam,Agam menghela nafas panjang kemudian memakai jaket kulitnya dan menyampirkan tas absolutenya di lengan kiri. Agam berjalan ketempat ia tadi memakirkan mobilnya.

"Gue pulang dulu" Agam menepuk bahu Tino yang tengah membereskan gelas para pelangganya.

"Yoi, hati hati Gam" Agam hanya mengacungkan jempolnya menjawab perkataan Tino. Agam masuk ke mobilnya dan langsung melaju kencang meninggalkan ramainya jalanan kota Jakarta.

🌛Agara🌛

Happy Reading:))

AgaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang