25

1K 66 1
                                    

Aletta kini sudah berada di mobil Angga. Matanya sembab, Angga tahu itu. Ia tahu ini salahnya. Keheningan menerpa mereka. Tidak ada siapa pun yang membuka percakapan. Aletta yang berusaha tegar dan Angga yang memikirkan gadis di sampingnya. Lama-lama Angga tidak tahan didiami Aletta.

"Jangan diemin aku. Aku gak bisa", kata Angga. Aletta menoleh, lalu tersenyum tipis. Senyum yang amat di paksakan. Aletta menatap lekat Angga, merekamnya di memori otaknya.

"Mau kemana?", tanya Angga.

"Makan aja dulu", jawab Aletta.

"Kamu mau makan dimana?", tanya Angga.

"Ketoprak aja. Ada di depan toko buku waktu kamu temenin aku itu", kata Aletta. Angga mengangguk paham dan tetap terfokus pada jalan.

Setelah sampai, keheningan masih saja menyapa mereka. Angga memesankan dua piring ketoprak untuknya dan Aletta.

"Kamu sering kesini?", tanya Angga. Aletta hanya mengangguk.

"Sama siapa?", tanya Angga. Ia berusaha agar mempunyai topik yang dibicarakan dengan Aletta. Entahlah, melihat kondisi Aletta membuat hatinya resah, entah kenapa.

"Bella", jawab Aletta seadanya. Angga hanya mengangguk, tidak tahu harus membicarakan apa lagi.

Tak lama ketoprak pesanan mereka datang. Aletta langsung melahap ketopraknya, begitu pun Angga. Sesekali Ia melirik Aletta. Ia tersenyum tipis melihat Aletta yang makan tanpa jaim. Angga mengusap sudut bibir Aletta yang belepotan dengan ibu jarinya. Aletta mematung. Matanya terasa panas. Sungguh, Ia tidak mau ini terjadi. Tapi mau bagaimana lagi? Aletta hanya menghela nafas.

"Makan tuh yang bener, jangan belepotan", kata Angga sambil tersenyum. Pandangan Aletta mengabur. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Angga yang menyadari mata Aletta berkaca-kaca langsung mengambil tisu dan membersihkan air mata Aletta.

"Jangan nangis. Aku gak suka kamu nangis", kata Angga. Aletta mengangguk.

Tapi kemungkinan besar satu jam lagi aku atau kamu akan nangis, Ngga, batin Aletta. Ingin rasanya Ia mengatakan itu, tetapi yang keluar dari bibirnya adalah...

"Iya. Aku gak nangis", kata Aletta. "Habis ini ngomongnya di taman komplek perumahan aku aja ya", kata Aletta. Hati Angga kembali resah, lalu Ia mengangguk. Setelah selesai makan, Angga membayar makanan mereka. Aletta deg-degan dan takut, sedangkan hati Angga resah.

"Al, nggak akan terjadi apa-apa kan? Gak tahu kenapa dari tadi pikiran aku gak enak", kata Angga. Aletta tersenyum tipis.

"Semua bakal baik-baik aja, Ngga", kata Aletta. Semoga, batin Aletta.

10 menit kemudian mereka sampai di taman kompleks perumahan Aletta. Mata Aletta menjelajah taman, tidak ada siapa-siapa di sana.

Aman, batin Aletta. Tetapi terdapat mobil Alpart hitam yang terparkir agak jauh dari taman.

Mereka ngawasin. Semoga Aji, Bella dan Fauzan berhasil, batin Aletta resah.

Angga dan Aletta duduk di kursi taman. Angga menggenggam tangan Aletta erat, firasatnya tidak enak. Angga menatap mata Aletta, begitu pun Aletta.

Semuanya akan baik-baik aja. Gue harus yakin, batin Aletta.

"Aletta. Aku minta maaf sama kamu. Aku sama sekali gak maksud buat ngebela Laras atau gak prioritasin kamu. Itu murni karena aku pengen bantu dia aja. Iya, aku tahu dulu aku sama kamu itu cuek banget. Dulu aku benci cewek dan gak suka deket sama cewek. Tapi hal itu berubah sejak aku kenal kamu", jelas Angga. Hatinya makin gelisah.

Still Here (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang