Kasus 1 - Arwah Anak Hilang

47 1 0
                                    


Awan mendung tampak menghiasi langit senja itu. Bulir-bulir air turun, bersamaan dengan gemuruh suara kilat tak lama setelahnya. Pemandangan yang sebenernya terlihat cukup menyeramkan. Hujan pun akhirnya turun perlahan, titik demi titik, turun bersamaan, membasahi semua yang berada dibawahnya.

Yoza melihat pemandangan itu dari balik jendela kamarnya. Yoza sebenarnya memiliki wajah yang tergolong rupawan, hanya saja dengan lingkaran hitam disekitar matanya, rambut berantakan, ditambah ekspresi wajahnya yang sedang kesal, membuatnya jadi terlihat menyeramkan. Didalam kamar itu hanya terdapat tempat tidur, lemari, dan meja belajar yang diatasnya terdapat buku-buku dan komputer. Didepan pintu kamarnya, terpampang tulisan besar yang ditulisnya sendiri, ‘INI KAMAR REZKITO EGA YOZAVIAR, SELAIN MANUSIA DILARANG MASUK!!’

“Jadi apa mau Loe sekarang?!” Tanya Yoza dengan suara lantang, dari raut mukanya terlihat bahwa ia sedang marah, sangat marah.

“Gue mau Loe bantuin Gue Za. Please, cuma elo yang bisa bantuin Gue.” Jawab sesososk pemuda yang juga ada dikamar itu, pemuda itu berwajah pucat pasi, berpakaian seragam SMP, didadanya terlihat sebuah luka bekas tusukan, dimana dari luka itu keluar darah segar yang membasahi baju seragamnya.

“Gue gak kenal sama Loe, ngapain juga Gue harus ngebantuin elo??” Tanya Yoza kembali dengan suara parau.

Sebenarnya Yoza selalu merasa takut ketika melihat arwah yang penampilannya menakutkan. Entah sudah berapa kali dia berharap agar kemampuannya untuk melihat arwah menghilang. Namun sekeras apapun dia mencoba dan berusaha untuk menghilangkannya, hasilnya selalu sia-sia.

Yoza sebenarnya anak yang masuk kategori biasa. Baik dalam hal belajar maupun bergaul. Hal itulah yang membuatnya tidak terlalu menonjol. Hanya sekali dia mendapatkan penghargaan dari sekolahnya, yaitu ketika dia berhasil memenangkan lomba memasak dalam acara 17an disekolah.

Maklum, ayahnya Rizal Siswoyo adalah pemilik cafe yang cukup terkenal, dengan cita rasa makanannya yang diakui oleh semua pengunjung. Sedangkan Ibunya yang bernama Erina Alamina hanyalah Ibu rumah tangga biasa, yang terkadang membantu pekerjaan ayahnya dicafe. Sehingga bukan hal yang aneh kalau Yoza bisa memasak. 

“Perlu kenalan lagi?? Oke, nama Gue Didam Zukanan, Gue seumuran sama Loe, dan bentar lagi Gue bakal masuk SMA. Tapi pas kemarin Gue lagi ditaman, tau-tau jadi begini. Sekarang, Gue udah gak bisa masuk SMA, Gue gak bisa ketemu Papa-Mama Gue lagi, gak bisa ketemu Mbak Inkha, Gue ...” Didam tercekat, air mata mengalir dari kedua bola matanya yang menghitam. Dia tidak memiliki arah-tujuan, sejak mengetahui kalau dirinya kini menjadi arwah penasaran. Sejak pertemuannya dengan Yoza yang terjadi secara tidak sengaja beberapa waktu lalu, dia memutuskan untuk mengikuti Yoza, dengan harapan Yoza dapat mengungkap misteri kematiannya sehingga dia dapat beristirahat dengan tenang.

“Udah gak usah diterusin, iya udah Gue bakal bantu. Gue bakal bantu nangkep pelaku yang ngebunuh Loe, terus nemuin mayat Loe yang gak tau dimana adanya. Puas Loe?!” Kata Yoza kesal.

****

Minggu pagi itu, dengan enggan Yoza mengikuti Didam ke sebuah taman, yang menjadi tempat terakhir yang dikunjungi Didam sebelum kematiannya. Mata Yoza berkeliling mencari petunjuk yang mungkin bisa membuat arwah Didam tenang dan tak lagi mengikutinya.

Tiba-tiba Yoza melihat seorang anak laki-laki berjalan merunduk, seolah sedang mencari barangnya yang terjatuh. Yoza yang didera rasa penasaran, kemudian memberanikan diri untuk menepuk bahu pemuda tersebut.

“Haaaa!!!” Anak itu berteriak, begitupun Yoza. Yoza kemudian memperhatikan anak itu, badannya gemuk berisi, sedangkan pakaian yang dipakainya hanya kaos berwarna biru dan celana pendek berwarna senada, dengan sendal jepit sebagai alas kakinya.

S.A.N.D.YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang