Seringnya pahit.
Sececap getir, terkadang masam.Manis itu jarang.
Bahkan bisa tehitung jari.Saat setiap masalah datang menghimpit.
Setiap kesulitan terbawa oleh larian sang waktu dan tertinggal pada kita.
Dapatkah kita sebut semua yang nyata ini adil?Sepasang kaki yang mengejar tanpa rela tersaingi.
Terus menciptakan jarak dari titik awalnya.
Mencoba pergi dari segelintir kata bernama 'kenyataan'.Mencoba sembunyi di gelapnya malam.
Di tengah belukar.
Berharap mata yang terus mencari itu buta dan tak mampu menemukan kita.Tapi, tanpa mata, tanpa lengan, tanpa tubuh dan tanpa wujud.
Kenyataan itu tetap mendapatkan kita.
Menerkam kita tanpa ampun.Memaksa setiap kita mengakui keberadaannya.
Mengharuskan setiap kita nyaman dengan semua yang di suguhkannya.Tanpa di sadarinya.
Kenyataan itu sendiri melukai dirinya.
Membuatnya di benci, membuatnya di caci dan di maki.
Membuat sebagian kita selalu mencoba berlari sejauh mungkin darinya.
Takut untuk menghadapinya.Karena, apa yang ada pada sang 'kenyataan' itu tak semuanya indah.
Dia cenderung pahit seperti empedu.Biarkan aku memilihmu.
Menentukan 'kenyataan' seperti apa yang ku ingini.
Jangan paksaku menerima semuanya begitu saja.Biarkan aku yang memilihmu.
-fertaniaWF-
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Kisah di Tengah Jalan yang Patah
PoesíaSetiap kalimat memilik caranya masing - masing untuk mendeskripsikan tentang dirinya, tentang maknanya, juga tentang rasa yang dituangkan padanya. Dari setiap kata yang bergandengan, maka terciptalah baris demi baris kalimat. Jadilah sepenggal kisah...