MY EX - DEVIL
***
Bagiku... Niel adalah mentari, dia menghangatkan dalam terang. Bagiku... Niel adalah bintang, dia mengindahkan dalam gelap. Bagiku, dia adalah pohon, meneduhkan dalam terik.Selain orang tuaku, aku meminta dia untuk terus ada bersamaku.
Ya... hanya dia.
Tetapi... itu telah berubah. Berubah semenjak hatinya mulai ia bagi untuk orang lain dan kami telah kembali lahir sebagai dua orang asing yang seolah tak pernah bersama. Kini, aku dan dia... bukan lagi siapa-siapa.
***
* When It All Started here *
Cast : Bia × Niel × Devin × DillaAku ingin melupakannya
Aku ingin merelakannya
Aku ingin menghapusnya
Tetapi...
Aku tidak ingin ada wanita lain yang dapat membahagiakannya selain aku.
Egois? Mungkin.
Tetapi...
Aku hanya ingin pada akhirnya dia menyadari, bahwa tak ada orang lain yang mampu mencintainya seperti cintaku padanya selama ini.***
Tubuh Bia bergetar. Otaknya seketika lumpuh untuk berpikir apapun. Bahkan, untuk bergerak pergi dari tempat inipun rasanya kaku. Jika saja, ada ajian yang mampu membuatnya menghilang, ia menginginkannya sekarang juga.
Keadaan seperti ini, di luar ekspetasinya. Sebetulnya, ia hanya ingin mengetahui keadaan Niel sebagai orang yang dulu sangat mengenal pria itu. Intinya, ia cukup kuatir. Hanya saja, ia lupa... bahwa kini Niel telah memiliki orang lain untuk berada di sisinya, dan itu... bukanlah dia lagi.
Dilla Maella... gadis cantik bertubuh ramping yang kini telah menjadi kekasih Niel itu sontak menghapus sejenak bibir merahnya yang basah, seakan menjadi kode tentang betapa mesranya adegan yang mereka pertontonkan barusan.
Tangan Bia mengepal. Dapat ia saksikan dengan jelas, jika kini Niel menatapnya tajam dengan wajah pucatnya itu. Sial memang, mengingat bahkan pria itu kini mengetahui, bahwa ia menangis.
"Aa... aku... maaf," kepala Bia merunduk. Ia mencoba untuk tertawa dari dentuman sesak jantungnya kini. Kenapa harus sesakit ini? Bukankah mereka telah berpisah? Bahkan marahpun, ia sudah tak lagi memiliki hak.
"Lanjutkan saja. Aku hanya... tadinya aku hanya ingin membantu mengantarkan sup Bibi Lale ini untukmu. Tapi... tapi sepertinya aku mengganggu. Kalau begitu--"
Perkataan Bia tercekat saat ia menatap tubuh Niel hendak bergerak ke arahnya. Namun dengan cepat, Bia memundur.
"Aku... permisi." Lanjut Bia dengan sekuat tenaga berbalik, dan pergi dari rumah ini. Pantauan Bu Lale yang memanggilnya bingung, kini tak ia hiraukan lagi.
Niel tertegun diam di tempat seraya menatapi donat-donat yang kini telah terkapar di lantai. Ia bahkan tak berkata apa-apa. Yang ia tau, bahwa Bia bukanlah gadis yang bisa menangis di depan orang lain. Tetapi jika sampai itu terjadi, itu berarti... hatinya benar-benar telah terluka.
"Aku akan melupakanmu, Niel. Aku berjanji... aku akan melupakanmu!"
***
Mira membulatkan kedua matanya saat mendengar cerita yang baru saja lolos dari mulut Bia kali ini. Mangkuk mie instans pedas yang berasap di hadapannya itu baginya tak menarik lagi. Ada sesuatu yang lebih menarik perhatiannya, dan itu...
