Dec, 23/2013 at 02:04 PM
Gue memasang earphone di kedua telinga gue dan mengatur volume sedang, disini gue tengah berdiam diri masih lengkap dengan seragam putih abu-abu tengah menunggu taksi di pinggir jalan, panas, sendiri tentunya. Hari ini gue ada janji hangout bareng teman SMP gue di Taman yang cukup luas di daerah sini karena itu yang lebih terjangkau, hitung-hitung piknik ala-ala.
"Icha"
Mendengar nama gue dipanggil gue pun menoleh. "Ya?"
"Ngapain?" tanyanya membuka kaca helmnya.
"Nunggu taksi" jawab gue seadanya.
"Mau kemana? Bareng gue aja"
"Gak usah, kak" ucap gue tersenyum.
"Daripada nunggu taksi lama, panas juga" tawarnya lagi.
Benar juga, daritadi juga gak ada tanda-tanda taksi mau lewat.
"Boleh?" tanya gue memastikan.
"Boleh dong"
Tanpa pikir panjang gue pun naik motor sang ketua Osis.
Rengginang kukus
Refiana Noor: Cha(be) dmn lo?
Kalisa Dirgantara: Dmn ya gue? Gue siapa? Lo siapa? Duh gue lupa ingatan kayaknya.
Refiana Noor: Duh Cha kalo bego jangan sampe ke sumsun dh -_-
Kalisa Dirgantara: Aku? Always Di hatimu
Motor Angga tiba-tiba berhenti, gue yang gak sadar karena fokus chatting grup yang sialan itu jidat gue sampai kena helm sang supir.
"Sakit" ringis gue sambil pegang jidat.
"Main hp mulu sih" ucapnya.
Gue turun dari motor Angga dan jalan ke tujuan yang temen-temen gue maksud setelah mengucapkan terimakasih ke Angga.
"Hai Chabe lama deh gak ketemu" ledek Refiana berseragam sama seperti gue.
"Yang lain pada kemana Na?" tanya gue.
"Katanya sih masih pada di jalan" jawabnya gue hanya membentuk bibir gue seperti huruf 'O'
"Tadi siapa tuh Cha?" tanya Refiana lengkap dengan seriangaian di dalamnya.
"Orang" jawab gue yang asik sama minuman yang sempet gue beli di sekolah.
"Pacar lo? Ganteng juga, daridulu lo emang pinter banget nyari cowok" mendengar ucapan Refiana gue tersedak dan terbatuk unyu seperti pemain sinetron tetapi Refiana malah tertawa.
"Sial, jangan ngaco!"
"Cerita dong Cha cerita" desak Refiana.
"Cerita apaan dah Na?"
"Cerita cowok ganteng tadi"
"Dia cuma ketua Osis" ucap gue datar.
"Hah cius? Buru cerita anjing"
Berdebat dengan Refiana pasti berujung gue yang ngalah, dengan hati jengkel gue pun sedikit-sedikit cerita tentang 'Ketua Osis' yang dibilang ganteng oleh Refiana itu.
***
Feb, 09/2012 at 06:45 AM
Disini gue. dihalte bus dengan pakaian seperti orang -ya sudahlah- memakai topi kerucut dari keras, membawa tas dari karung, menguncir kepang kedua rambut gue dan pita merah yang bertengger diatasnya lengkap dengan papan yang gue kalungi bertuliskan nama gue dan foto tercupu gue. Yups ini hari pertama gue Ospek, Persetanan di tatap aneh sama orang, yang dipikiran gue cuma satu.
Jangan telat!
Sebagai peserta didik baru di SMA Pelita Bangsa gak ada kata telat dalam kamus besar gue, Di tegur karena suka terlambat itu memalukan karena cape buat nungguin bus atau harus lari-larian biar gerbang gak keburu di tutup sama satpam sekolah, bagi gue terlambat itu kurang Ellite buat masuk ruang BK. Kayaknya cabut lebih pantes karena disana kita ngerasa bebas, bebas dari bosen karena guru ngejelasin tapi gue gak ngerti, bebas dari pertanyaan yang gak bisa gue jawab.
Tapi disini di sekolah ini gue mungkin harus sedikit berubah, karena apa? Karena gua menghargai bokap nyokap gue yang mati matian biar gue masuk sekolah favorit ini dan masuk jurusan IPA jurusan yang gak pernah terlintas di pikiran gue. Dan dengan uang dan otak yang limite gue berhasil masuk.
Syukur pagi ini pintu gerbang belum ditutup tapi gue liat orang yang berpakaian sama seperti gue udah berbaris dengan rapi, karena gak mau berurusan sama kakak kelas yang menyebalkan akhirnya gue berlari kecil dan ikut baris.
"Hei! Itu kamu yang jelek"
Gue ngerasa seseorang udah menyenggol tangan gue ketika gue meliriknya, dia menunjuk seseorang di depan dengan dagunya, dengan dahi yang berkerut gue pun ikutin arah pandangnya ternyata senior perempuan di depan natap gue tajam.
Gue salah apa?
"Iya lo yang jelek, sini" ucapnya lagi.
Apaan sih? Dengan tatapan jengah gue pun nurutin kemauan dia.
"Kenapa, kak?" dengan terpaksa gue manggil senior dengan embel-embel 'kak'
"Karena lo udah telat, Sebutkan undang undang apa yang menjelaskan tentang hak asasi manusia"
What?
WHAT?!
Merhatiin guru aja gue gak pernah gimana mau hapalin undang undang yang bukunya bisa setebal buku Harry potter 5.
"Gak tau" ucap gue jujur kelewat santai.
Gue sempat melihat senyum itu, senyum meremehkan dan terkesan sinis, gue udah biasa dapet senyum itu mungkin makanan setiap hari.
"Lari lapangan 5 kali habis itu ambil sampah di sekitarnya"
Sial!
Pada akhirnya gue dihukum juga tau gitu gue gak usah lari-larian tadi pake acara pungut sampah segala lagi, dengan hati yang jengkel gue pun nurutin apa yang wanita itu suruh.
"Ra lo gila? Lo mau kejadian kayak tahun lalu terjadi lagi?" ucap pria berbicara kepada wanita menyebalkan tadi dengan sebutan 'Ra'
Gue menoleh dan pria itu juga lagi melirik ke gue, gue sempat tertegun dibuatnya gue liat dia tanpa kedip dan ga berniat kedip.
Ganteng,
Sadar Kalisa! peduli apa gue, gue rasa dia ngebela gue.
"Pita merah" ucap pria tersebut entah kepada siapa, gue ngerasa pakai pita merah menoleh.
"Udah lo gak usah ngelakuin itu, hukuman lo gue ringankan" ucapnya berjalan mendekati gue "Bacakan pancasila di depan temen-temen lo" lanjutnya.
Gue turutin sebelum dia berubah pikiran daripada gue harus lari panas-panasan, selesai gue sebutin sampai lima baru pria berbadan atletis itu meminta gue kembali ketempat semula.