d u a

10 1 0
                                    

Dec, 23/2013 at 02:30 PM

Tawa Refiana berderai seakan-akan baru menonton film bergenre komedi, apanya yang lucu? Memang tingkat humor Refiana sangatlah receh, dengan jahil gue pun melempar tissue kedalam mulut Refiana yang terbuka lebar akibat tertawa.

Yeah, tepat sasaran!

"Kalisa sialan!" umpatnya yang kini memasang muka datar.

"Udah ketawanya?" tanya gue dan dia hanya nyengir kuda.

"Jadi ceritanya dia ngebela lo?" ucapnya berusaha menahan tawanya.

"Gundulmu bela, kalo ngebela ngapain dia masih ngasih hukuman"

"WEH ICHA SAMA RERE UDAH DATENG?!" teriak Novarisa dan Vastia hampir berbarengan, cukup membuat orang sekitar kita keganggu dan menatap tajam ke arah mereka berdua.

"Berisik bangsat" ucap gue sinis.

"Berhenti manggil gue dengan sebutan Rere, Vastia" tegur Refiana.

"Santai mbak, lagi pada PMS ya" ucap Novarisa nyengir tak berdosa.

"Ssstt, diem Nova nanti dimakan mamah singa baru tau rasa lo" bisik Vastia yang masih terdengar oleh gue dan Refiana, gue hanya memutar kedua bola mata gue malas.

"We heard it, Vastia" tegur Refiana dibalas kekehan oleh Vastia.

"Si prikitiw belum dateng?" Tanya Novarisa.

"Prikitiw siapa anzeng?" Tanya gue heran.

"Markonah nge" jawab Refiana.

Kita semua tertawa, ya humor kita sereceh itu :"))

"Eh Ichabe, lama kita gak sapa-sapaan gini yakin gak kangen sama Vastia Hans yang cantik ini" ucap Vastia sambil menggerakan alisnya keatas-kebawah, gue hanya mendelik jijik.

"Gak" ketus gue, memang Vastia sahabat gue dari masih ingusan jadi gue paling deket sama dia.

"Dasar" ucap Vastia mengerucutkan bibirnya. "Gimana temen baru lo? Gak ada yang sebaik gue kan"

Gue mendengus, Vastia memang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. "Ada lah secara gue juga baik"

Vastia berdecih. "Siapa namanya? Fake gak?"

"Enggak sih, namanya Ridha si kutu buku" gue tersenyum miring mengingat salah satu teman gue disekolah, dan tanpa sadar sedikit menceritakannya.

***

Juni, 13/2012 at 07:30 AM

Pembagian kelas?

Gue ngecek dimading kalo gue kelas 10 IPA 3, gue gak kenal siapa-siapa, gue bingung harus kemana dan gue kayak anak ayam kehilangan induknya.

"Kelas IPA 3 ya?" ucap seseorang entah siapa dan kepada siapa, tetapi gue akhirnya menoleh juga ternyata dia lagi nanya ke gue.

"Iya" ucap gue sambil manggut manggut ria.

"Aku juga kelas itu, udah punya temen sebangku?" Tanyanya sambil membenarkan letak kacamatanya.

Gue hanya menggeleng.

"Duduk sama aku aja, sini aku tunjukin dimana kelasnya" dia menarik gue tanpa izin gue dan mau gak mau gue ikut kemana langkah dia.

Sampai di tempat yang ia maksud dia pun berhenti "Duduk disitu aja" tunjuknya pada meja paling depan dan dekat dengan guru.

Big NO!

"Di paling belakang aja gimana? Lagi juga kayaknya ini udah ada yang tempatin" tolak gue.

"Kalo di belakang, papan tulisnya nanti gak keliatan"

Gue memutar kedua bola mata gue malas.

"Yaudah kalo gitu di tengah aja" tunjuk gue pada meja ketiga dari depan dekat jendela, gue lihat dia sempat terlihat berfikir dan tak lama mengangguk. Posisi favorit gue jauh dari guru dan kalau ada kesempatan bisa tidur.

Gue duduk di pojok di ikuti wanita berkacamata tebal tadi, gue sedang menikmati pemandangan di saat semua orang rebutan bangku paling belakang.

"Nama kamu siapa?" Tanyanya tiba-tiba.

"Kalisa Dirgantara, panggil aja Icha" jelas gue.

"Kalo aku Ramelia Faridha" ucapnya tersenyum padahal gue gak nanya.

"Terus gue manggil lo apa?"

"Ridha. Kamu bisa panggil aku Ridha"

Gue hanya membentuk mulut gue menjadi seperti huruf 'O' sambil manggut manggut, semoga dia pinter dan gue bisa dapet contekan setiap hari.

Dan seminggu penuh hari-hari gue gak ada yang namanya cabut, pemulaan yang sempurna. Tapi tidur, nyontek masih kegiatan gue sehari-hari.

Tapi setiap gue tidur atau gak dengerin guru ngejelasin, pasti Ridha selalu ganggu tidur cantik gue dan mengacaukan mimpi indah gue.

Sial!

***

Dec, 23/2013 at 02:35 PM

"BAHAHAHA" tawa mereka pecah gue cuma masang muka malas, dimananya yang lucu?

"Kamu ish aku blablabla" ucap Vastia tertawa. "Unyu banget dah temenan kalian berdua"

"Itu kan dulu Vas bunga" ucap gue sambil melayangkan tinju ringan ke lengan Vastia, yang ditinju hanya meringis menahan tawa.

"Seru banget kayaknya, ada apaan?" ucap seseorang dengan kompak kami menoleh mendapati Reza, Altaf dan Bayu.

Bayu memakai hoodie berwarna biru navy, Reza dan Altaf memakai jaket berwarna hitam, mereka duduk manis setelahnya ber-highfive gue lihat Bayu bawa-bawa gitar.

Mungkin dia habis ngamen,

"Janji jam berapa datengnya jam berapa, dasar cowok" sindir Novarisa.

"Kenapa dah lo Sa, baru juga dateng bukannya disambut" ucap Reza yang biasa memanggil Novarisa dengan sebutan 'Risa'.

Gue berdecih. "Disambut pantat lo, gue sambit baru tau rasa"

"Bebep gak boleh begitu" ucap Bayu, karena jijik gue lempar pakai botol yang tadi gue minum.

"Sialan lo" ucap gue menahan tawa, diikuti tawa mereka.

"Kalian pada bawa makanan masing-masing kan?" Tanya Refiana.

Gue mengangguk sekilas. "Kenapa? Udah laper"

Refiana menggeleng. "Bayu, nyanyi dong gabut banget dah, bawa gitar bukan buat diketekin doang kale"

Bayu yang daritadi sedang serius main handphone dengan terpaksa menoleh kearah Refiana. "Request dong" ucap Bayu mulai memetik asal senar gitarnya.

"Broken home aja yang di nyanyiin sama 5 Second of Summer" saran gue.

"Mulai deh sok bulenya" ucap Altaf yang baru saja membuka suaranya.

"Gue cuma request" ucap gue kesal dengan sedikit menggembungkan pipi.

"Iya bep jangan marah gitu dong" ucap Bayu sialan.

FreedomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang