11. Run Away (2)

583 38 3
                                    


Jong Kook meletakkan dua cup ramen yang sudah selesai dimasak ke lantai kamar Ji Hyo. Walaupun biasanya ia melarang dirinya sendiri makan mie instan, malam ini ia mengesampingkan prinsip tersebut. Tak lupa ia juga membuka dua bungkus rumput laut panggang sebagai hidangan sampingan.

"Duduklah, kita makan dulu."

Ji Hyo membungkus rambutnya yang basah menggunakan handuk sebelum bergabung bersama Jong Kook di lantai. Perutnya keroncongan, "Apa kata ahjumma penjaga toko saat melihatmu, Oppa?"

"Aigooo.... bukankah ini Kim Jong Kook? Aku sering melihatmu di televisi. Kau yang dulu pernah datang ke sini, bukan?" jawab Jong Kook, menirukan suara bibi penjaga toko. Ia membuka bungkus sumpit, lalu diserahkannya sumpit itu pada Ji Hyo, "Ahjumma itu senang sekali. Sambil menepuk-nepuk tanganku, ia bertanya apa yang kulakukan di sini."

"Lalu apa jawaban Oppa?" Ji Hyo mengambil sejumput mie menggunakan sumpit dan meniup-niupnya untuk mengurangi panas.

Jong Kook melakukan hal yang sama, "Kubilang saja aku sedang berlibur ke sini bersama pacarku."

Ji Hyo tidak bertanya apa-apa lagi, sibuk menghabiskan ramennya. Jong Kook juga membiarkan saja. Ia tidak akan mulai bertanya sebelum makan malam mereka habis. Ia takut Ji Hyo akan kehilangan selera makannya kalau dia menanyakan sesuatu yang meresahkan hati gadis itu.

Selesai membereskan sisa makan malam mereka, Jong Kook menyiapkan futon* untuk Ji Hyo sementara gadis itu menggosok gigi di kamar mandi.

"Kemari. Berbaringlah," Jong Kook menunjuk futon di depannya begitu Ji Hyo muncul.

Gadis itu dengan patuh membaringkan diri di atas futon. Udara malam ini cukup panas, jadi ia tidak membutuhkan selimut. Ragu-ragu Jong Kook bertanya, "Kau... keberatan?" Melalui tatapan matanya, ia menunjuk pada sisi futon yang kosong di sebelah Ji Hyo.

Ji Hyo menggeleng, "Berbaringlah."

Jong Kook memosisikan diri di sebelah Ji Hyo, berbaring miring dengan tangan kiri menyangga kepalanya. Keduanya saling berhadapan.

"Ceritakan padaku," pinta Jong Kook. Dengan sabar ia menunggu, tapi gadis di depannya tidak kunjung bersuara. Jong Kook mengangkat tangan kanannya untuk mengusap kerutan yang muncul di antara kedua alis Ji Hyo, "Kau belum mau menceritakannya?"

Ji Hyo menghela napas. Diraihnya tangan Jong Kook dan ditempelkannya di pipinya, "Aku gadis yang jahat," ujarnya lirih.

"Kenapa kau berkata seperti itu?"

Ji Hyo diam sejenak, kemudian perlahan bergeser mendekat. Ia menyembunyikan wajah di dada Jong Kook dan mulai terisak pelan, "Aku menyakiti hati Dong Wook Oppa. Bagaimana bisa aku setega itu? Aku melihat wajahnya... matanya... dia begitu kecewa."

Jong Kook memilih untuk tidak menjawab. Direngkuhnya tubuh gadis itu, dan dibiarkannya ia menangis di sana.

"Dia menginginkanku, tapi aku lari begitu saja. Aku pergi tanpa menoleh lagi saat aku tahu aku telah melukainya," isak Ji Hyo. Ia begitu terbebani oleh perasaan bersalah atas apa yang ia lakukan malam ini. Namun di sisi lain, ia tidak tahu apa lagi yang bisa ia lakukan selain lari, "Dia tidak akan memaafkanku."

"Dia akan memaafkanmu," sahut Jong Kook lembut, "Yang harus kau lakukan adalah meminta maaf dan menjelaskan semuanya," Diusapnya punggung Ji Hyo beberapa kali, "Semuanya akan baik-baik saja, Ji Hyo-ya. Kau tidak perlu khawatir."

Perlahan-lahan Ji Hyo berhasil menenangkan diri. Setelah tangisnya benar-benar reda, ia mulai menceritakan kejadian lengkap malam ini. Jong Kook tidak berusaha menyela sedikit pun. Dengan penuh perhatian ia menyimak setiap kalimat Ji Hyo.

다시 (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang