Prolog

264 35 5
                                    

"Sehun..."

Suzy ragu ketika Sehun tampak melamun dan tidak mendengar panggilannya yang sudah kedua kali. Entah apa yang di pikirkan kekasihnya hingga tak menyadari kegelisahan Suzy yang bahkan sudah dengan segala usaha ia sembunyikan. Suzy ingin bicara, tapi ragu hingga dirinya berkali-kali memainkan jari.

"Sehun". " Suzy"

Keduanya tak sengaja memanggil bersamaan hingga tertawa sendiri, serasa pasangan yang baru berkencan padahal sudah tiga tahun semenjak masuk SMA hingga kini, yang baru kemarin mengadakan pesta kelulusan sekolah.

Sehun mengalah, baru ia sadar Suzy tampak menyimpan sesuatu. Sesuatu yang mungkin ingin dikatakan padanya. Jadi, ia biarkan gadisnya untuk berbicara lebih dulu.

"Kau duluan saja.."

Suzy menghela nafas sebelum ia benar-benar bicara, sudah ia rangkai kata-kata sejak semalam, sebelum Sehun memintanya untuk bertemu secara kebetulan.

"Sehun, Aku hamil."

Suzy bicara dalam satu tarikan nafas, beberapa saat ia merasa lega  sebelum Sehun membulatkan mata karena terkejut.

"APA!?"

"Suzy kau bilang apa barusan? Kau hamil?"

Sehun mengguncangkan bahunya tak percaya, Suzy sudah menduga  akan reaksi kekasihnya itu. Hanya ia tak dapat menebak apa yang akan terjadi setelahnya.

"Iya, aku hamil." ungkapnya sekali lagi, menyadarkan pria itu betapa dirinya benar-benar serius.

Sehun tampak melemas, lelaki itu mengusap wajahnya frustasi. Mungkin terlalu terkejut karena tidak menyangka hal ini akan terjadi, Ketika baru saja mereka lulus SMA. Baru menyelesaikan masa keemasan mereka di bangku sekolah. Usia mereka bahkan baru 17 tahun dan baru akan menginjak 18 akhir bulan nanti.

Sehun kembali teringat, dimana saat ia tak sadar mengajak Suzy untuk melakukannya. Saat itu ia benar-benar tidak dapat menahan diri karena kedinginan setelah mereka berdua terjebak hujan di tengah jalan. Lalu ia membawa Suzy kehotel sekalian menunggu hujan reda dan malah menghabiskan malam bersama. Saat itu, ia benar-benar melanggar janjinya sendiri, untuk tidak menyentuh  gadisnya sampai ia menikahinya. Ia sungguh menyesal. dan sekarang setelah mendengar apa yang tak pernah ia pikirkan, ia menyalahkan diri sendiri karena telah gagal jadi pria sejati. Pria yang seharusnya menjaga kehormatan kekasihnya hingga mereka menikah, ia benar-benar tak menepati janji. Ia sungguh gagal.

"Suzy, maafkan aku."

Suzy kecewa, bukan itu yang ingin ia dengar, bukan permintaan maaf dengan suara yang tampak menyesal. Ia ingin yang lain, ia ingin pria itu memeluknya sambil berkata akan menikahinya. Bukan wajah frustasi dan penyesalan. Ia jadi berfikir, Sehun tak mengingingkan semua ini setelah pria itu memberinya malam yang paling indah. Malam yang tak pernah bisa Ia lupakan.

"Kenapa harus minta maaf? Apa kau tak menyukainya setelah apa yang terjadi?"

"Tidak, bukan begitu."

Sehun bingung, ia tidak tau harus berkata apa untuk menggambarkan seluruh perasaannya saat ini. Ini kesalahannya. Sekali lagi ia menyesal. Masa depan mereka masih cerah, masih panjang. Banyak impian mereka yang belum tercapai. Seperti cita-cita Sehun yang ingin jadi seorang arsitek. Tujuannya sejak dulu, sebelum ia bertemu dengan Suzy dan menjalin hubungan dengannya. Tapi ia sendiri yang menghancurkannya, menghancurkan masa depan mereka yang seharusnya masih banyak waktu untuk terus berjalan menggapai mimpi. Padahal, ia meminta bertemu Suzy untuk berpamitan pada gadis itu, lusa ia akan pergi ke luar negri untuk sekolah arsitek. Seperti ke inginannya. Dan hari ini ia berencana menghabiskan waktu bersama Suzy sebelum ia benar-benar pergi. Tapi...

"Sekarang bagaimana?" Suzy bertanya setelah lama terdiam,

Ia ingin jawaban Sehun, ia ingin tau apa yang akan di lakukan pria itu setelah ini terjadi. Ia berharap kekasihnya itu menemui orang tua mereka dan menikahinya. Ia sudah siap meski harus menikah muda. Ia sudah memberikan semuanya pada Oh Sehun. Ia sangat menanti jawaban itu. Meski awalnya ia bercita-cita jadi seorang desainer terkenal seperti idola favoritnya. Tapi ia rela melepasnya demi Oh Sehun. Demi anak yang saat ini sudah terlanjur tumbuh di rahimnya, ia tidak masalah. Ia tak pernah  menganggap kejadian 'itu' adalah sebuah kesalahan. Ia juga menikmatinya.

"Aku tidak tau."

"Ini semua salahku." lanjut Sehun, dengan wajah frustasi yang buat Suzy benar-benar kecewa.

"Kenapa kau terus menyalahkan dirimu sendiri? Kau menganggap ini semua kesalahan?"

Suzy berteriak kesal, ia kesal dengan sikap Oh Sehun yang malah terus-terusan membuatnya kecewa dan tak habis pikir.  Kalau memenag Sehun mencintainya, seharusnya laki-laki itu tidak sefrustasi ini. Seharusnya, Sehun meyakinnya dan berjanji akan bertanggung jawab seperti yang seharusnya.

"Sehun!! Jawab aku!!"

Laki-laki itu menarik lengan Suzy yang terus memukul bahunya, lalu menatap mata gadisnya yang hampir menangis. Ia jadi semakin putus asa. Seharusnya ia tak egois untuk terus-terus menjawab semaunya, walau sebenarnya itu semua  karena ia terlalu bingung hingga tak bisa memperhatikan perasaan Suzy.

"Dengar..."

Suzy diam ketika Sehun menggenggam tangannya dengan lembut. Menatap dalam dirinya yang harap-harap cemas. Ia takut, sangat takut. Takut  pria itu malah pergi dari sisinya.

"Kita putuskan ini besok pagi, okey?"

Lalu Sehun memeluknya, ia merasa nyaman. Dan untuk sesaat ia merasa  tenang, ia melupakan masalahnya sejenak, ia harap Sehun memberinya kabar baik besok pagi, seperti yang  ia inginkan sedari tadi. Untuk malam ini saja, ia melupakan semuanya. Melupakan ke khawatirannya. Melupakan segalanya dalam pelukan Oh Sehun. Sampai akhirnya ia akan terus mempercayai Oh Sehun.

Because Of SelfishnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang