"Ini aku, Oh Sehun!"
Tidak, tidak mungkin. Tidak mungkin Suzy berhadapan dengan pria itu sekarang. Pria yang sudah 7 tahun tidak di di jumpainya. Pria yang meninggalnya saat ia tengah hamil kala itu. Ia sama sekali tidak mempercayainya. Ini pasti hanya halusinasi karena terlalu panik. Tak ingin terus berlarut, Suzy segera mengangkat putrinya dan membawa Na ri menuju sebuah mobil milik salah satu yang menawarkan tumpangan. Membiarkan laki-laki yang mengaku bernama Oh Sehun terus memanggilnya, sekaligus menawarinya untuk di antar kerumah sakit.
.
.
"Suzy! Apa yang terjadi?"
Ibu menatapnya khawatir, panik melihat ke adaan Na ri yang pelipisnya di tempeli perban. Terlihat sedikit agak bengkak di sekitar luka.
"Eomma jangan khawatir, dokter bilang dia baik-baik saja. Lukanya tidak sampai dalam." suzy menjelaskan, ia juga awalnya panik hingga tak bisa tenang untuk sementara. Tapi setelah mendengar penuturan dokter ia jadi lega. Saat ini Na ri berada di ruang rawat yang penuh dengan pasien.
"Dan besok pagi sudah boleh pulang."
Ibunya menghela nafas lega,
"Syukurlah..""Eomma sudah sangat panik saat kau menelpon, tapi setelah melihatnya eomma jadi lega."
"Eomma, aku ke bagian Administrasi dulu."
Suzy pamit, menitipkan Na ri pada Ibunya. Saat ini Na ri sudah terlelap, tadi sudah sadar ketika baru di bawa ke ruang rawat. Tapi Suzy menyuruhnya untuk istirahat, anak itu terus meminta pulang, katanya tidak betah dan bau obat. Tapi Suzy membujuknya agar tidur dahulu supaya besok bisa pulang.
Ketika Suzy sedang berada di bagian pembayaran, tiba-tiba se seorang menepuk bahunya dari belakang.
"Biar aku yang bayar.."
"Minho?"
Minho mengabaikan Suzy yang terkejut, mungkin tak menyangka jika dia ada disini. Karena sepengetahuan Suzy, wanita itu sama sekali belum mengabari apapun pada pria bermata bulat itu.
"Tidak, aku yang akan bayar."
Suzy segera tersadar dan melarang Minho yang akan mengeluarkan uangnya. Sudah cukup Suzy merepotkan laki-laki itu. Ia tidak ingin menambahnya lagi, ia tidak mau bergantung padanya.
"Tidak apa-apa."
Minho memaksa, dan terlanjur menyerahkan uang itu pada suster yang kebingungan tentang siapa yang akan bayar. Tapi akhirnya, suster itu menerima uang dari Minho.
"Aku jadi tidak enak.."
Mereka berdua lalu berjalan beriringan menuju ruang rawat Na ri.
"Tidak usah merasa begitu, aku sudah menganggap Na ri sebagai anak."
Entah kenapa Suzy merasa terharu, tidak ada laki-laki yang sebaik Minho. Dia seperti malaikat yang dikirim Tuhan untuknya. Malaikatnya dalam menjaga dan melindungi Na ri. Rasanya ingin menangis mengingat betapa banyak kebaikan Minho yang di lakukan untuk anaknya.
Rasanya tidak akan pernah ada lagi laki-laki sebaik dia, meski dia sangat kaya dan punya segalanya, tapi dia tidak pernah bersikap sombong atau pun memamerkan kekayaan. Dia juga biacara pada Suzy tidak seperti bos pada anak buah. Mereka bicara layaknya teman. Minho tidak pernah merendahkan orang lain. Justru cenderung menghormati dan bersikap dermawan. Tapi satu yang tidak Suzy mengerti, kenapa sampai sekarang laki-laki itu belum menikah atau terlihat membawa se orang pacar satupun, Padahal usianya jauh di atas Suzy. kerap kali ia ingin bertanya tentang hal itu., Tapi tak berani karena takut di anggap terlalu ikut campur. Mungkin saja dia sudah punya kekasih, hanya saja tidak pernah memperlihatkannya. Pasti sangat beruntung siapapun wanita yang menikah dengan Choi Minho. Pria tampan, mapan dan dermawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of Selfishness
FanfictionBae Suzy benar-benar membenci laki-laki bernama Oh Sehun.