3

26 0 0
                                    


Lemari Yura

"Yura! Kakak udah selesai mandi tuh!" teriak mama dari ruang dapur.

"oke ma!" Yura menjawab mama dengan suara bernada riang khas Yura".

Yura segera mengambil handuk dan bergegas menuju kamar mandi. Yura. Gadis kecil berusia enam tahun yang penurut dan selalu ceria. Setap kali mama menyuruh Yura mandi, Yura langsung bergegas mematuhinya.

Sekecil itu, Yura sudah sering mandi sendiri. Yura menyelesaikan mandinya selama sepuluh menit.

Namun Yura suka ceroboh. Yaitu, dia suka lupa menaruh barang yang tadi ia bawa. Ia pernah kelupaan membawa buku yang akan digunakan untuk belajar kelompok bersama. Yura, Yura.

Yura menuju keluar kamar mandi hanya dengan memakai handuk. Ia kemudian menuju kamarnya untuk ganti baju. Bajunya terletak pada lemari berwarna merah jambu yang terletak di sudut kamarnya.

Saat Yura mau membuka lemarinya, tiba-tiba pintu lemarinya tak mau terbuka. Yura kembali menarik gagang pintu lemarinya itu dengan keras namun sia-sia saja. Pintu lemarinya terkunci.

"mama! Pintu lemarinya Yura gak bisa dibuka!" Yura berteriak sambil masih menarik gagang pintu lemarinya.

"kenapa Ra? Pintunya kenapa?" kak Nisa lantas datang ke kamar Yura.

"ini! Pintunya gak bisa dibuka, kak." Yura menangis.

"lhoh, kok bisa ya?" kak Nisa mendekati lemari Yura dan mencoba membuka pintu lemari Yura, tapi tak bisa.

"wah, ini kan kekunci. Ya pantesan aja gak bisa, Ra. Kuncinya kamu taruh mana?" kak Nisa memalingkan wajahnya ke arah Yura.

"gak tau, kak. Lupa. Hiks hiks." Yura mengusap ingusnya.

"gimana? Sudah bisa belum?" mama datang ke kamar Yura. Mama masih memakai celemeknya.

"ini ma, Yura lupa naruh kunci lemarinya dimana." Kak Nisa menjelaskan.

"Yura, Yura. Kalau menyimpan sesuatu itu harus teliti." Mama menaruh kedua tangannya di pinggangnya.

"hiks hiks. Maaf mah." Yura menundukkan kepalanya.

"lain kali disimpen yang bener, Ra." Kak Nisa menambahkan.

"udah udah udah. Sekarang kamu pakai bajunya kakak dulu. Kak, itu Yura dipinjemin bajunya kakak dulu ya? Malu ah. Masa udah gede sehabis mandi masih pakai handuk." Suara mama lembut sekali saat menasihati Yura.

"ayo sini. Biar mama yang bukain pintunya." Kak Nisa menggandeng Yura menuju kamarnya.

"Yura, lemarinya nungguin papa dulu ya? Biar papa yang ngurusin." Suara mama masih terdengar lembut dari dalam kamar.

"ya mah." Yura menjawab dengan pelan.

Yura merasa malu dengan sikapanya yang ceroboh. Sebenarnya Yura sering sekali ceroboh dan tidak teliti. Meskipun begitu mama dengan sabar masih selalu mengingatkan Yura, begitu pula dengan kak Nisa. Sejak kejadian itu Yura bertekad untuk lebih teliti dalam menyimpan barang maupun saat melakukan sesuatu. Yura ingin kecerobohan pada hari itu menjadi kecerobohan Yura untuk yang terakhir kalinya. Yura menyadari kalau setiap manusia itu pasti akan berbuat salah. Namun Yura akan terus berusaha untuk menjadi orang yang teliti dan cermat.


CERNAKWhere stories live. Discover now