FOREVER LOVE : 1

73 7 20
                                    

Bismillahirrohmanirrohim.

***

“Udah, udah, sini aja. Jangan sampe masuk, ah,” pekik pelan Maizura kepada seseorang yang sedang mengendarai motor di depannya.

“Sabar dong, Mai. Aku ‘kan mau ngobrol dulu sama Ibu kamu,” jawab orang itu dengan nada meledek.

“Aku nggak mau cari masalah, Gilang. Pokoknya berhenti.”

Akhirnya, Gilang menuruti permintaan Maizura untuk menghentikan motornya jauh di depan gerbang perumahan di mana Maizura dan keluarganya tinggal.

“Oke, makasih, Lang. Hati-hati di jalan,” ucap Maizura sambil memandangi Gilang yang bersiap pergi.

Jujur saja, sore ini hati Maizura berbunga-bunga. Karena—Gilang—cowok yang satu bulan terakhir ini dekat dengannya, baru saja mengantarnya pulang. Apalagi, Gilang rela bolak-balik demi mengantar Maizura pulang.

Perempuan mana yang tidak senang diperhatikan?

Maizura melirik jam tangannya. Ah, pukul 5 sore. Ia harus bergegas karena tidak mau orang tuanya mencurigai macam-macam.

Selama ini, Maizura dilarang terlau dekat dengan laki-laki oleh orang tuanya.

Nggak papa deh, pulang sore gini. Asal kayak tadi. Batin Maizura.

“Loh, Mai, kamu baru pulang?” sapa sebuah suara yang membuat Maizura berjengit kaget.

“Eh, Kak Aisya. Iya nih Kak. Tadi ada ekskul.” Maizura memang baru saja mengikuti ekstrakulikuler di sekolahnya.

“Oalah. Eh, tadi Kakak liat, kamu dianter cowok yah. Itu siapa sih?” Pertanyaan Kak Aisya membuat Maizura tersipu.

“Ah, Cuma temen kok, Kak. Tapi jangan bilang-bilang Ibu ya, Kak.”

Rumah Maizura dan Kak Aisya memang bersebelahan. Jadi, Kak Aisya sudah sangat mengenal keluarga Maizura dan begitu pun sebaliknya.

“Loh kenapa?” tanya Kak Aisya, “padahal Kakak udah seneng banget loh, liat penampilan kamu yang berubah.”

Maizura menyadari penampilannya yang berubah. Tidak ada lagi Maizura yang memakai kerudung tipis yang di sampirkan di pundak atau dililitkan di leher, tidak ada lagi Maizura yang berjilbab tetapi memakai kemeja sebatas lengan atau celana jeans ketat. Yang ada sekarang adalah Maizura yang memakai kerudung menutup dadanya, dan selalu memakai rok, walau terkadang masih memakai celana longgar.

Dan semua orang menyambut bahagia itu semua. Terutama Kak Aisya, tetangga sekaligus sahabat yang sekarang sedang menempuh pendidikan agama di salah satu kampus di kotanya.

“Nggak papa kok, Kak” jawab Maizura pelan.

Kak Aisya menghela nafasnya pelan lalu tersenyum maklum, “Ya udah, Mai. Kakak duluan, ya. Hari minggu besok jangan lupa datang pengajian, ya.”

Maizura mengancungkan ibu jarinya. Pengajian yang di maksud Aisya adalah pengajian yang hanya beranggotakan 15-20 orang yang diadakan di masjid dekat kampus Kak Aisya. Maizura hampir tidak pernah absen dalam pengajian itu. Bukan tanpa alasan, karena pengajian itu memiliki sistem seperti sharing-sharing seputar dunia muslimah. Jadi, siapa pun bisa menyampaikan pendapatnya tanpa ada yang merasa paling benar.

Dan hal lainnya adalah Maizura satu-satunya anak SMA yang bergabung dalam pengajian itu.

“Assalamu’alaikum,” ucap Maizura sambil melepas sepatunya.

“Wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh,” jawab seseorang dari dalam rumah yag Maizura pastikan adalah Bunda nya.

“Eh, Mai, alhamduillah kamu udah pulang. Bunda khawatir banget, udah sore gini kamu belum pulang,” ucap Bunda dengan nada lega.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang