Raja Typo Jatuh Cinta - @LyviLia

217 39 17
                                    

========================================================

Kalian pernah cinta sama seseorang sampai mati-matian berusaha buat dapetin orang itu? Kalau pernah, lo sama seperti gue.

Gue Reza, 17 tahun, kelas 3 SMA. Rambut hitam ikal, tinggi 175 cm, dan hobi main gitar. Gue yakin cewek-cewek bakal jatuh hati sama cowok yang bisa main gitar. Meskipun banyak yang bilang gue nggak ganteng-ganteng amat, tapi menurut gue, wajah gue ini mirip artis-artis dari Korea. Cuma satu kelemahan gue, yaitu gue sering typo sampai semua temen gue menyebut gue si raja typo. Memang kedengarannya hal yang sepele, tapi gue nggak nyangka ternyata itu bisa menghancurkan kehidupan cinta gue.

Awalnya gue percaya diri banget masalah cinta. Gue suka sama seorang cewek, sebut aja Erika. Ya sebenernya namanya emang Erika, sih. Si Erika ini adik kelas gue, dia kelas 1 SMA. Wajahnya masih imut dan polos, rambutnya hitam lurus digerai sebahu. Gue nggak heran sih kalau banyak cowok yang naksir sama dia.

Tapi masalahnya, sahabat gue ternyata juga deket sama dia. Dan itu adalah salah satu bencana besar bagi gue. Sahabat gue, namanya Agus. Waktu itu gue sering lihat si Agus jalan berdua sama Erika. Karena gue takut si Erika direbut Agus, akhirnya gue tembak aja si Erika lewat chat di line.

Gue : Hai

Erika : Iya, Kak. Knp?

Gue : Lo mau gk jd pcr gus?

Nah, di sini letak kesalahan terbesar gue. Sebenernya gue mau ngetik 'lo mau gk jd pcr gue?'. Tapi dengan skill typo gue yang tak terduga, gue malah ngetik 'lo mau gk jd pcr gus?'. Dan yang gue nggak habis pikir, si Erika ngira gue tuh bilang 'lo mau nggak jadi pacar Agus?'. Tamatlah kehidupan cinta gue. Tanpa rasa bersalah, Agus memanfaatkan keadaan itu.

Sekarang gue cuma bisa meratapi nasib gue sambil memaki-maki si Agus dalam hati. Agus pacaran sama Erika, dan hubungan mereka terlihat harmonis. Sesekali gue marah ke jempol gue sendiri. Entah jempol gue yang kegedean, atau layar handphone gue yang kekecilan? Seandainya waktu itu gue nggak typo, semuanya pasti nggak bakal jadi gini.

***

Beberapa bulan berlalu sejak kejadian naas itu. Perlahan-lahan gue udah bisa move on. Tapi rasa takut dan kecewa itu tetap ada di dalam hati gue. Apalagi kalau lagi ngetik chat. Sekarang ini gue berusaha buat ngetik selambat-lambatnya, yang penting nggak typo.

Hingga suatu hari, jantung gue berdetak jauh lebih cepat dari biasanya. Anisa namanya. Seorang gadis cantik dari kelas sebelah. Rambutnya panjang, digerai sepinggang. Hidungnya mancung, matanya bulat, dan dengan postur tubuh yang ideal. Sungguh idaman setiap pria. Awalnya gue rasa mustahil bisa deket sama dia. Tapi siapa sangka, gue beneran deket sama dia.

Setiap kali gue ajak dia jalan, dia selalu mau meskipun dia orangnya pemalu. Setiap kali gue telepon, dia selalu jawab dengan suara riang. Setiap kali gue chat, dia selalu bales. Gue seneng banget. Karena menurut gue, dia ngasih lampu hijau.

Malam itu, gue lagi tiduran di kamar sambil mainin handphone gue. Gue buka Instagram, muncul foto Erika sama si Agus dari akun Erika dengan caption begini, "Aku rindu kamu." Gue tersenyum kecut, lalu gue baca komentarnya. Ternyata ada komentar dari Agus, "Jangan, rindu itu berat. Biar aku saja yang rindu kamu."

Sontak gue langsung ketawa. Gue nggak nyangka si Agus bisa jadi lebay begini. Gue yakin mereka baru aja nonton film Dilan yang lagi tenar-tenarnya di seluruh bioskop Indonesia. Tapi tiba-tiba, gue inget Anisa. Gue penasaran banget gimana perasaan dia ke gue selama ini. Dalam hati, gue nggak mau kalah dari si Agus. Agus bisa dapet pacar, berarti gue juga bisa.

Setelah memantapkan hati dan mental, akhirnya gue mulai chat Anisa.

Gue : Nis

Anisa : Kenapa, Za?

Gue : Lg apa?

Anisa : Lagi belajar biologi

Anisa : Kamu?

Gue : Lagi mikirin kamu

Setelah ngetik kalimat itu, gue tersenyum ragu-ragu. Tapi akhirnya gue kirim juga, tentunya setelah memastikan kalau kalimat itu nggak typo.

Anisa : Ah bisa aja haha

Gue : Blh ngomong sesuatu gk? Wkwk

Anisa : Ngomong apa?

Gue : Aku sebenernya nyaman sama kamu

Gue : Aku sayang sama kamu

Gue : Kamu lucu, ngegemesin, dan bisa bikin hati aku adem

Gue : Aku suka kamu yang pemalu

Gue : Kamu mau jadi pacar aku?

Gue bener-bener bersusah payah buat ngetik kalimat-kalimat itu. Gue sengaja menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, supaya nggak ada kesalah pahaman seperti dulu. Tapi gue mulai khawatir, karena Anisa nggak bales chat gue padahal dia udah read.

Sekitar 15 menit kemudian akhirnya dia bales.

Anisa : G

Gue mengernyitkan dahi dengan bingung. Gue ditolak?

Apa ini berarti gue emang nggak pantes buat punya pacar? Padahal selama ini gue kira Anisa juga suka sama gue. Nggak mungkin dia nolak gue.

Tanpa pikir panjang dan modal nekat, gue dateng ke rumah Anisa yang nggak terlalu jauh sambil bawa gitar. Gue mau nembak dia secara langsung. Gue mau buktiin kalau gue tuh bener-bener serius sama dia.

Setelah gue ketuk pintu beberapa kali, akhirnya dia keluar.

"Kenapa kamu nolak aku?" tanya gue. Gue lihat Anisa cuma nunduk sambil terdiam.

Suara gitar gue mulai terdengar, dan gue nyanyi sambil menatap kedua mata Anisa dengan tulus. "Cause all of me, loves all of you. Love your curves and all your edges, all your perfect imperfections. Give your all to me, I'll give my all to you. You're my end and my beginning, even when I lose I'm winning. Cause I give you all of me. And you give all of you."

"Aku nggak maksa kamu buat terima aku. Aku cuma mau menyampaikan isi hati aku dengan sejujur-jujurnya. Aku ngerti kok kalo kamu mau nolak aku. Aku gapapa," kata gue sambil mengusap puncak kepala Anisa pelan.

Gue baru aja berniat pergi, tapi tangan Anisa menahan pergelangan tangan gue.

"Aku bukan nolak kamu. Tadi tuh aku kaget banget karena kamu nembak aku tiba-tiba, dan otak aku lagi penuh dengan pelajaran biologi. Tadinya aku mau jawab huruf 'Y', tapi aku typo." Anisa masih menunduk, dan tangannya masih menggenggam tangan gue seolah memberi tanda bahwa dia nggak ingin gue pergi.

"Jadi kamu typo? Jadi kamu nggak nolak?" tanya gue sumringah. Anisa mengangguk sambil tersenyum malu-malu.

Dengan cepat gue raih dia ke dalam pelukan gue. Gue udah takut setengah mati, gue kira dia bakal nolak gue. Ternyata bukan cuma gue yang bisa typo di saat-saat terpenting. Tapi kali ini, typonya membawa kebahagiaan yang tak terhingga.

Kesimpulannya, hal-hal yang penting lebih baik disampaikan secara langsung atau lewat telepon. Jangan sampai kalian mengalami apa yang gue alami. Dan dari kejadian ini juga, gue bisa dapet pelajaran berharga, yaitu jangan takut kena tikung. Kalau lo ditikung, berarti Tuhan menyiapkan jodoh yang lain buat lo.

Gue Reza, si raja typo. Dan gue nggak menyesal (meskipun kadang jempol gue kelewatan).

Yr?DJl!*

Seven Wonders - Tournament 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang