Room Chat - @neutron-star

236 31 4
                                    

===================================================

Dalam sunyi aku merasakan semilir angin menelusup masuk ke dalam celah bajuku. Padahal di dalam ruangan ini aku tidak sedang menyalakan AC karena AC-nya sedang rusak. Namun, aku tetap menghiraukannya. Aku tetap fokus pada apa yang ada di hadapanku.

Ctik ... ctik ... ctik ....

Bunyi mouse beradu dengan keyboard laptop terdengar memenuhi seisi ruangan ini. Mataku bergerak ke sana ke mari. Menjelajahi setiap kata yang tertera pada layar. Aku tidak tahu kenapa aku bisa tahu hal ini. Satu hal yang pasti, tangan dan pikiranku bergerak sendiri menjelajahi situs terlarang yang ada di Dark web.

The rules:

Hanya menerima satu permintaan. Bila sudah memencet 'oke' segera ketik permintaan Anda. Tidak ada pertanyaan apapun. Hanya satu permintaan. Maka dari itu, pilihlah permintaan yang benar-benar Anda butuhkan. Tentang cara pengerjaan permintaan itu Anda tidak perlu tahu.

Kuarahkan mouse ke tulisan 'oke' . Sebuah room chat muncul.

Halo, selamat datang di Room Chat. Di mana semua keinginanmu menjadi kenyataan.

Dengan amat sadar, aku mengetik perminataanku ke dalam Room Chat.

Ctik ... ctik ... ctik ....

Aku ingin semua orang di dunia jatuh ...

Tanganku tiba-tiba tersenggol oleh ... Entahlah. Aku melanjutkan kegiatan mengetik permintaanku.

Mati di hadapanku.

Enter.

Tiba-tiba layar komputer di depanku mati.

Dan di belakang remaja laki-laki itu ada seorang anak perempuan yang wajahnya hancur sedang tersenyum puas.

=====

Samar-samar aku melihat mereka tersenyum puas ke arahku seakan-akan aku adalah hama yang sudah disingkirkan. Dadaku sakit. Semua badanku remuk. Darah mengalir deras di pelipis dan mengenai mataku. Perih. Dengan segera aku mengusap mataku.

Aku bangun dari posisiku. Dengan tertatih-tatih aku mendekati pintu. Terkunci. Kugedor-gedor pintunya siapa tahu orang akan mendengarnya. Tapi, nihil. Tidak ada yang datang.

Ruangan ini gelap, berdebu, dan sesekali aku melihat kecoak berkeliaran. Dapat dipastikan ini gudang sekolah. Mataku bergerak untuk mencari jalan keluar.

Jendela.

Dengan terseok-seok aku mendekati jendela. Lalu, tanganku mengambil kayu yang tidak jauh dari sana. Dengan sekali hentak, kaca jendela itu pecah.

Hati-hati aku melewati jendela itu agar badanku tidak terkena ujung tajam kaca. Namun, sia-sia saja. Perih. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh. Darah mengalir deras dari tangan kiriku.

Di koridor, aku melihat mereka menatapku penuh kedengkian. Aku mencoba tidak memperdulikannya.

"To, lo dipanggil ke ruang kepsek tuh!"

Aku hanya mengangguk, lalu segera menuju ke ruang kepala sekolah.

"Ada apa Bapak memanggil saya?"

"Kamu yang mecahin jendela gudang?" Kepala sekolah memperhatikanku dari ujung kepala sampai kaki. Ia menela napas. "Uang ganti jendela dibebani ke uang SPP kamu."

Aku hanya menggangguk dan menuju kelas.

Kenapa semuanya mengucilkanku? Kuakui, memang dulu aku dekil dan bodoh. Sekarang, setelah aku menjadi pintar dan tampan? Kenapa aku tetap dikucilkan? Aku hanya ingin semuanya baik padaku.

Seven Wonders - Tournament 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang