Sasuke

1.3K 148 27
                                    

Aku tengah berkutat dalam ruanganku, sebentar lagi akan diadakan rapat pemegang saham antara uchiha dan hyuga, rencananya hyuga akan menyerahkan separuh dari saham miliknya jika aku bersedia menikah dengan putri mereka.

Kenapa tidak, bukankah itu akan baik untukku, menambah luas kekuasaanku. Bergabungnya uchiha dengan hyuga akan sangat menguntungkan diriku dan juga perusahaanku.

Tapi … mengapa terasa ada yang kurang disini, didalam dadaku, rasanya sesak. Apa aku sakit?. Sudahlah tidak usah dipikirkan.

Pandanganku teralih pada kaca besar diruangan, membuatkku leluasa menatap keluar jendela.

Raut wajahku masih datar, hatiku merasa kosong. Seperti ada yang hilang, tapi apa. Apa yang kulupakan. Ku cengkram dadaku, berusaha menekan rasa sakit yang terasa menyiksa, aku merasa ada yang hilang, tapi apa yang hilang itu?

Kututup mataku sejenak, menyandarkan tubuhku pada kursi nyamanku, perlahan, sebuah siluet seseorang terbentuk dalam bayang memoriku.

‘sasuke-kun’

Bahkan suaranya begitu ku ingat dan melekat dalam ingatanku. Suara berisik yang sudah lama tidak kudegar.

Itu dia, ... aku... merasa kehilangan dan itu adalah jawabannya.

Sudah  lama aku tidak mendengar kembali sosok merah muda yang selalu menempel padaku, biasanya dia selalu berisik dan mengganggu ketenanganku.

Selalu memanggil-manggil namaku dengan suara menyebalkannya. Menempel layaknya benalu padaku.

Sebenarnya tidak ada yang salah padanya hanya saja aku tidak menyukainya, aku tidak menyukai suaranya yang mengganggu, aku tidak menyukai mata hijaunya yang bulat, yang senantiasa menatapku penuh damba, lalu segala perhatian berlebihan yang selalu dia berikan padaku.

Biasanya dijam segini dia akan menelponku, hanya untuk menanyakan kabarku, atau sekedar mengobrol yang tidak pernah kutanggapi. Atau saat jam makan siang nanti, dia akan datang membawakanku bekal yang ujung ujungnya kubuang atau kukasihkan pada OB kantor.

Jahat? Ya aku sejahat itu. aku sudah muak dengannya. Dia sudah menggangguku hingga bertahun-tahun lamanya, bukankah itu gila. Dia tidak waras, padahal aku sudah terang-terangan menolaknya, tapi ujung-ujungnya dia tetap kembali padaku, menempel kembali padaku.

Tapi... apakah sekarang masih sama?
Aku masih ingat pertemuan terakhir dengannya saat dia membawakanku bekal makan siang sekitar 3 minggu yang lalu. memoriku memutar adegan itu...

“sasuke-kun”, suaranya membuat konsentrasiku pada laporan pembangunan proyek ditanganku buyar.

Aku sedikit melirik kearahnya,  dia tersenyum manis, yang memuakkan menurutku. Berjalan kearahku, dia menyerahkan sebuah bungkusan kepadaku.

“aku membuatkanmu makan siang, aku tahu kau sibuk, tapi kau juga harus menjaga pola makanmu agar kau tidak sakit. Setiap aku mengingatkanmu lewat pesan ponsel, kau tidak pernah membalasnya. Aku tahu kau mungkin sangat sibuk hanya untuk sekedar membacanya, jadi aku putuskan untuk membawakannya langsung untukmu, makanlah”,

Aku masih diam memperhatikannya, ‘cih bisakah seseorang membawanya keluar, dia sungguh membuatku tidak tahan. Tidak bisakah dia menggunakan sedikit otaknya, dengan segala penolakan yang kuberikan, tidakkah dia jera.

Aku menerima kotak bungkusan tersebut, kulihat wajahnya semakin bersinar, aku menyeringai kepada diriku. Kotak itu langsung kulempar ketempat sampah, membuat senyum itu luntur seketika.

Katakan aku jahat atau apapun, nyatanya aku memang begitu, tak bisakah aku membuatnya jera.

Mata hijau besar itu terlihat berkaca-kaca, saat itu aku tahu aku sudah menghancurkan hatinya. Biasanya aku akan membuang kotak itu sesaat setelah dirinya pergi, ini yang pertama kalinya aku membuangnya didepan matanya.

CENTERWhere stories live. Discover now