The Ugly Truth

8.5K 1.1K 67
                                    

       Joanna membuka matanya saat ia merasakan ponselnya bergetar karena ada panggilan masuk dari pria yang sudah lebih dari sebulan tidak ditemuinya.

"Hallo, Ai?" sapa Joanna setelah ia mengangkat panggilan masuk dari Aidan.

"Kamu udah tidur, Jo? Aku telfon kamu lagi aja besok kalau gitu--"

"That's fine. Kamu udah di Jakarta?"

"Udah dong, ini aku lagi nunggu koper, kamu harus tahu seberapa banyak oleh-oleh yang dibawa grandpa," gerutu Aidan.

Joanna tersenyum tipis mendengar kebiasaan Aidan sang penggerutu ini.

"Buat aku?"

"Enak aja, yang cucunya siapa?"

"Yang lebih disayang siapa?"

"You win," jawab Aidan dengan terkekeh.

"Grandpa-nya mana?"

"Lounge with suster Janet, sebagai cucu yang berbakti aku harus rela berkorban untuk menunggu koper."

"Ckck terserah kamu deh, Ai. Anyway, maaf aku enggak bisa jemput."

"No probs, guess what? Hari ini Ucup jadi driver aku."

"Kamu minta calon pengantin buat jadi supir? Biasanya kamu minta Banyu, the youngest."

"He's super busy lately. Lagipula Ucup yang menawarkan diri, soalnya habis itu nanti kita mau nginep di rumah Banyu."

"Bachelor party?"

"Enggak lah, mana bisa ngadain bachelor party di rumah Banyu. Emang aku belum cerita?"

"Nope. Kenapa enggak bisa di Banyu?" tanya Joanna dengan curiga.

"His parents, his sister and their helpers there."

"Terus kenapa?"

"Ya-- well-- intinya Ucup mau dikasih wejangan gitu sama Tante Via, Jo."

"I don't get it, yang mau nikah Ucup, terus kamu ngapain?"

"Aku, Nendra sama Banyu disuruh ikut juga biar paham, Tante Via enggak tahu aja kalau aku-- eh nanti aku telfon lagi ya, koper super besar itu sudah menampakkan diri."

       Joanna mengurungkan niat untuk membalas ucapan Aidan ketika ia mendengar langkah kaki mendekati dirinya. "Pak Herman dan Heru?"

      "They've already left," jawab Ussy dengan lirih sambil duduk di kursi yang semula diduduki oleh Gibran.

       Joanna memperhatikan Ussy dengan saksama, ketara sekali bahwa wanita yang sekarang di depannya ini terlihat begitu sendu meski entah mengapa Joanna melihat ada rasa lega di wajah Ussy.

       "Saya mau buat teh hangat, mbak Ussy mau?" ucap Joanna diikuti anggukan pelan dari Ussy dan ucapan terima kasih yang lirih.

       Usai membuat teh hangat, Joanna meletakkan dua cangkir teh manis hangat di atas meja dan duduk kembali di tempat awal ia duduki.

       Ussy mengangkat cangkir berisi teh manis hangat tersebut dan menyesapnya pelan. "Terima kasih," kata Ussy sambil meletakkan cangkir itu kembali ke atas meja. Joanna dapat melihat telapak tangan Ussy yang bergetar saat tadi ia memperhatikan wanita di depannya itu memegang cangkir teh yang dibuatnya.

TOMORROWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang