Aku kembali!

24 1 2
                                    


Seharusnya sang fajar sudah mengintip di balik pepohonan. Tetapi yang kurasa malah sebaliknya. Hawa dingin itu membuatku bergairah, seakan sebuah cinta dari seseorang mendorongku mengayuh lebih kuat.


"Huh.. Huh.."

Kukayuh sekuat tenaga sepeda kumbang ini sampai bercucuran keringat padahal udara sekitar sangatlah dingin.


"Ah.. Gue telat!"

Keluhku saat tiba di depan gerbang.

Sayup-sayup suara pak kepala sekolah berorasi. Kumandangnya itu beradu dengan alunan lalu lintas, bahkan hampir tidak ada. Bukan berarti itu menjadikan aku tenang, justru dengan suaranya yang samar membuatku tak tahu baru sampai mana beliau berbicara.

Tanpa berpikir panjang aku langsung menuju lapangan, memasuki barisan dan berdiri tegap di antara murid yang lain seakan-akan aku datang tepat waktu. Meskipun seragamku yang banjir keringat tak dapat dijadikan alasan lagi.

Belum lama, seseorang mengejutkanku. Ia memegangi bahu kananku kemudian menarikku ke luar barisan. Suasana hatiku sudah berantakan, ketenangan sudah hampa apalagi yang di hadapanku itu anak-anak anggota OSIS. Aku bingung harus berbicara apa. Aku tak punya alasan jitu untuk membungkamnya.


"Kenapa ya, dek!?"

Tanyaku dengan nada merayu dengan harapan mendapat belas kasihan.


"Kakak tahu kan, barisan perempuan ada di sebelah sana!"

Anak itu menunjukkan barisan kaum hawa dengan seluruh jarinya.


"Seharusnya kakak berdiri di sana!"

Tegas salah satu rekannya.


"Hei, masih pagi nih. Jangan ngajak ribut ya!?"

Dengan pakaian rapi begini, mereka masih menceletuk dengan enaknya.


"Kak! Masih ngelindur ya? Udah cuci muka?"

Tanya rekan satunya lagi dengan polosnya.


"Maksudnya? Ngomongnya yang jelas dong!!"

Sahutku sedikit menaikkan nada bicara.


Sontak ketiga anak anggota OSIS itu menatap ke arah bawahku. Mungkin yang mereka maksud adalah celanaku.


"Nah, sadar dong kenapa bisa cewek pakai celana?"


"Berarti kakak cowok?"

Anak yang menyuruhku itu ternganga, antara percaya atau tidak dengan apa yang aku ucapkan.


"Bukan Din, dia siluman. Mana ada cowok cantik."

Ucap kedua rekannya, lantas mereka pergi begitu saja dengan kata-kata yang cukup nyeleket.


"Tuh anak-anak belum ngerasain ditampiling tujuh keliling sih!?"

Gerutuku dengan amarah yang meluap-luap.

Seusai upacara, semua siswa segera menuju mading yang berada di lorong utama untuk melihat pengumuman pembagian kelas. Sebagian besar siswa rela berebut dan berdorong-dorongan melihat selebaran-selebaran itu karena saking semangatnya di hari pertama ini. Sedang sisanya memilih mengalah, termasuk diriku.

Suasana lorong semakin lama semakin sesak. Itu membuatku tak bisa menunggu di sekitar lorong karena penyakit yang kuderita. Sepertinya sekolah menambah kuota peserta didik baru. Seharusnya jika seperti itu sekolah wajib memperluas lorong atau memindahkan mading ke tempat yang lebih luas agar setiap siswa merasa nyaman kala melihat pengumuman.

Atas kendala itu, aku segera pergi entah ke mana, yang terpenting jangan sampai berada di tengah kerumunan. Bisa-bisa baru masuk sudah bikin repot sekolah.


Kasuga Ariya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 04, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jodoh Itu PelengkapWhere stories live. Discover now