Pelajaran Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran penutup untuk hari ini, bertepatan dengan giliran Wonwoo untuk piket. Mr. Kim menyudahi aktifitas mengajarnya dengan menutup buku paket dan mengucapkan kalimat perpisahan kepada siswa-siswanya seperti hati-hati di jalan, atau salam untuk orangtua kalian. Selalu seperti itu, membuat Wonwoo tak henti-hentinya memuji betapa hangat dan baik hatinya guru kesayangannya itu.
Tapi kali ini, Mr. Kim tak kunjung keluar kelas juga. Ia tetap berada di kelas, duduk di meja guru sembari membolak-balikkan halaman buku--entah itu buku apa, Wonwoo penasaran tapi ia tak berhak--dan tampak serius menulis di atasnya. Mr. Kim menetap di sana bersama dengan lima orang siswa lainnya, yang merupakan siswa dengan jadwal piket hari ini, termasuk Wonwoo.
Dari mulai berdiri dari kursi sampai menuju papan tulis untuk membersihkan papan yang penuh dengan tulisan tangan Mr. Kim yang tak terlalu rapih itu, Wonwoo tak sedikitpun melayangkan pandangannya ke objek lain selain ke guru Bahasa Inggrisnya itu.
Bahkan sambil tangannya bergerak ke kanan-kiri untuk menghapus papan tulis, sesekali Wonwoo masih melirik ke arah kirinya untuk memperhatikan apa yang sedang sang guru lakukan. Terkutuklah mata minusnya, karena Wonwoo tidak bisa dengan jelas melihat kegiatan yang Mr. Kim lakukan terhadap kertas-kertas yang tengah ditulisnya.
"Mr. Kim...."
Wonwoo sontak menoleh saat seorang perempuan berkuncir kuda yang merupakan teman sepiketnya tiba-tiba menghampiri Mr. Kim dan menyapa guru muda itu.
Yang disapa oleh muridnya kemudian mendongak sembari membenarkan kacamatanya. "Ada apa, Jooe-ssi?"
Jooe masih memegang sapu, namun kepalanya sedikit condong ingin mengetahui apa yang Mr. Kim lakukan sehingga masih harus menetap di kelas bersama mereka.Dan, ada Wonwoo yang mengeratkan cengkeramannya pada penghapus papan tulis dan terus merekam pembicaraan antara guru kesayangannya dengan teman sekelasnya itu. Sedikit kesal, karena Jooe dengan mudahnya bisa bertanya kepada Mr. Kim sementara ia sengaja bungkam walau ia penasaran setengah mati.
"Ah, aku sedang mencatat rangkuman materi untuk minggu depan. Mejaku di ruang guru sedang berantakan jadi aku akan mengerjakannya di sini. Apa aku mengganggu kalian?" tanya Mr. Kim dengan suara agak seraknya yang terdengar begitu lembut.
Jooe menggeleng cepat. Wonwoo masih memperhatikan gelat perempuan itu. "Tidak sama sekali! Justru mungkin kami yang mengganggumu, jadi kami akan menyelesaikan pekerjaan kami dengan segera. Hei, Wonwoo...."
Jooe memanggil namanya, membuat Mr. Kim mau tak mau ikut menoleh ke arah Wonwoo yang sekarang malah membatu terkejut di hadapan mereka.
"A- apa?"
Jooe menunjuk Wonwoo dengan gagang sapunya, "Cepat selesaikan pekerjaanmu lalu kita pergi dari sini! Aku tak mau kita malah mengganggu Mr. Kim, mengerti?"
Celotehan tiba-tiba seorang Jooe--yang bahkan di kelas pun mereka tidak begitu dekat--membuat alis Wonwoo bertaut dan mendumel di dalam hati. Siapa kau? Lagipula, kau sendiri yang membuang-buang waktu Mr. Kim dengan tiba-tiba mengajaknya bicara selagi bekerja!
Namun, tentu Wonwoo tidak akan melawan di kenyataan. Ia sangat menghindari permusuhan walau sebenarnya ia tak suka. Maka dari itu, mengalah merupakan jalan terbaik yang ia ambil.
"Baiklah," jawab Wonwoo setengah hati dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Kalau begitu, Jooe, sebaiknya kau juga lanjutkan pekerjaanmu. Wonwoo sedari tadi juga sedang mengerjakan pekerjaannya," ujar Mr. Kim pada Jooe yang membuat telinga Wonwoo yang mendengarnya memanas. Memanas karena ia senang lagi-lagi namanya disebut dengan penuh perhatian.
Wonwoo anggap itu sebagai pembelaan atas dirinya, persetan dengan anggapan lain.
Rasakan, Jooe!
Jooe kemudian menatap canggung Wonwoo dan Mr. Kim secara bergantian lalu membungkuk meminta maaf. Gadis itu pun segera menjauh dari meja guru dan melanjutkan kegiatan menyapunya.
Sementara tanpa Wonwoo ketahui, Mr. Kim sempat melirik ke arahnya sebelum kembali pada aktifitas merangkumnya.
YOU ARE READING
love letter ;;meanie ✔
Short Story"I would love to found a love letter tucked in this book, with my name on the envelope and the name of my third grade English teacher on the last line, Mr. Kim Mingyu. Would you? Yes. No. Maybe." -meanie ©jidatjunhui