Kala itu, aku berjalan di sore hari. melintasi jembatan yang menaungi sungai kecil dengan air berwarna hijau. tanaman dan pohon pohon besar menyaksikanku dari sebrang jembatan. hanya untuk menyaksikan keindahan langit kala itu, aku berhenti sejenak.
Sore, dia menantangku. dia
berkata jika aku bisa bertahan lebih lama lagi, dia akan memancarkan sinar oranye nya tiap hari. tak ada yang bisa ku lakukan saat itu, selain memandang pantulan wajahku di air kehijauan itu.Apalagi yang aku harapkan? aku sudah dapatkan yang aku mau. dasar manusia, tidak tahu diuntung. aku ingin lebih. rakus. tetapi aku kembali berpikir pada diriku sendiri,
"Apa yang aku inginkan?"
Entahlah. mungkin aku akan menemukannya suatu hari nanti.
Langit sore terbelalak. bahkan diriku sendiri tak menyadarinya.
tunggu, mengapa aku disini?
Kaki ini telah membawaku ke tepi jembatan. tidak ku perintahkan, kaki ku melangkah, menginjak udara. dengan cepat, gravitasi meludahiku.
apa yang ku lakukan?!
SRAAASHH...
aku terjatuh.
Air telah memelukku erat. ia mencoba menarik tubuhku lebih dalam, menggelamkanku. tetapi aku memaksakan kehendakku dan membuka mataku perlahan. aku sangat terkejut, sampai-sampai air masuk kedalam mulutku tanpa permisi.
Seorang lelaki, tidak. anak kecil, ada didepanku, menatapku dengan penuh amarah, kaget, dan sedikit rasa kagum. lelaki itu berambut kecoklatan, kulit putih yang terbiaskan oleh warna air, dan mata bulat berkantung. dilihat dari posturnya, sepertinya pria itu berumur 13 tahun.
Ada jeda sesaat dimana kami bertatapan. aku menatap wajahnya, begitu pula dengannya. jeda itu membuatku bergidik. raut wajah lelaki itu berubah, seakan akan dia ingin berteriak tepat di depan wajahku.
Jeda itu terpotong ketika aku terbatuk-batuk. dengan segera dia menarik tanganku, dan membawaku ke permukaan.
pandanganku mulai mengelabuiku. sesaat sebelum kami sampai di permukaan, aku tak sadarkan diri."hei... hei! HEI!!!"
Aku terbangun, kaget.
anak itu, dia yang membangunkan ku. dia memalingkan wajahnya sesaat setelah aku membuka mataku. dia menggelengkan kepalanya."apa yang kamu pikirkan?!"
"kamu mau bunuh diri hah?!"
"kalau kamu mau berenang, lepas dulu sepatu mu! dan jangan melompat seperti itu!"Dia mendekat, terlalu dekat.
"KAMU MAU MATI, HAH?!!"
Benar kan kataku, dia akan berteriak tepat di wajahku. dia menjauh dariku. aku memandangnya kebingungan, tanpa berkata apa-apa. lelaki itu menggapai sesuatu. sekilas, aku sadar itu tas ku.
"h-hei, itu..."
belum selesai aku berbicara dia sudah menyodorkan tas ku."ini punya kamu kan? kamu tinggalin tadi di jembatan."
suara halusnya menyentuh jiwa ku sesaat. ada rasa malu tersulut di dadaku. aku menunduk, dan berterima kasih padanya."lihat, sepatu kamu jadi basah. lepas kaos kaki mu."
katanya sambil menunjuk kaus kaki basah yang aku pakai. tanpa berpikir, aku melepasnya dan menyelipkannya ke dalam sepatuku."kamu pake sendal aku aja. rumah mu disekitar sini kan?"
dia tahu aku tinggal disini, tetapi seingatku aku tak pernah lihat lelaki seperti dia di sekitar sini. terlebih lagi, dia meminjamkan sendalnya padaku. tapi yang membuatku lebih bingung lagi, kenapa dia ada didalam air juga??"besok, di jam yang sama, kita ketemu lagi disini. jangan lupa bawa sendal aku. awas jangan sampai hilang."
tanpa basa-basi, dia meninggalkan ku.
"tunggu!"
apa yang aku pikirkan? untuk apa aku memanggilnya??
"kamu... kamu siapa?"
yap. kata-kata itu keluar dari mulutku. tanpa sengaja."Hara."
"Ha... Ra?"
"hararideung wkwkwkwk"aku memaklumi hal itu, lagi pula dia anak kecil.
"bukan deng, Arka."
lalu ia pun pergi.Arka ya.
kemudian, sebuah pikiran kembali datang."apa yang aku inginkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
how can we feel the same?
General Fictionkota itu meraung-raung, memintamu untuk kembali. tapi pada akhirnya kau menetap di tempat itu lebih lama, "melupakan kenangan lama" itu alasanmu. pesan-pesan singkat dari kawan lamamu yang tak kau balas. aku mulai bertanya-tanya, apakah perasaanku...