aku telah sampai di depan rumahku. sesaat aku menandang rumah tua itu. mungkin akan banyak anak kecil yang ketakutan ketika melewati rumah ini. kemudian pandangan ku tertuju pada halaman rumah itu. sepetak tanah dihiasi oleh rerumputan hijau. pot-pot bunga yang terisi oleh keindahan bunga warna-warni yang memanjakan.
Pohon mangga di ujung menyaksikanku membuka pagar perlahan. seketika kenangan masa kecil ku berputar kembali. aku melihat bayangan gadis kecil berlari-lari dari kejaran sosok ayahnya. mereka berdua tampak bahagia.
bayang-bayang itu berhenti ketika aku berjalan menuju pintu rumahku.
aku merogoh kantung tasku.sialan, aku malah bawa kunci balkon. bodoh.
sambil mengigil, aku mengutuk diriku sendiri. dengan putus asa aku terduduk dan melamun memandang halaman rumahku. kali ini, sebuah kenangan berbeda berputar kembali.
sang gadis kecil dan ayahnya kali ini sedang menanam sesuatu di sebuah pot. baju gadis itu dihiasi oleh tanah dan pupuk. wajahnya penuh dengan kagum dan kebahagiaan.
kemudian kenangan yang lainnya muncul. seekor kucing mendekati gadis itu. kucing bercorak tiga warna itu mengeong dan mengeluskan kepalanya pada kaki gadis itu.miki, dasar kucing itu. modusnya untuk meminta ikan benar-benar menipuku.
bayangan itu terhenti ketika aku menyadari seorang laki-laki berdiri di hadapanku. Arka.
"jadi disini rumah kamu. ngapain di luar?"
aku tak menjawab, ini benar-benar memalukan.
"gabisa masuk?"
tebakkannya benar, tapi aku tak menjawab apa-apa. aku malah memalingkan wajahku. menutupi rasa malu ku.
dia berjalan mundur, melihat ke arah balkon rumahku. dia menyipitkan matanya dan melindungi matanya dari sinar matahari.kemudian ia pergi, berlari.
itu anak kenapa sih?
beberapa menit kemudian, dia datang dengan sebuah tangga bambu. mengangkut tangga itu tampaknya melelahkan. akupun berlari mendekatinya dan membantunya mengangkut tangga itu. akhirnya kami berdua kewalahan dan menaruh tangga itu di halaman rumahku.
Arka mengambil nafas panjang, kemudian mengangkat kembali tangga itu. aku mencoba untuk memberikan bantuan, tetapi dia menolak. kemudian ia menyenderkan tangganya di tepi balkon.
"naik."
katanya singkat. aku mengiyakan. dia menggenggam tangga itu dengan kuat.
"jangan liatin!" kataku.
dia memalingkan wajahnya. pipinya memerah. kemudian ia menutup matanya dengan tangan kanannya.
"udah?" tanyanya.
"belum, dikit lagi." jawabku.akhirnya aku sampai di balkon.
"udaaah!" teriakku.
"kamu lupa tas kamu ya??" katanya.oh, ya. hari ini benar-benar penuh dengan lupa. dia melempar tas hitamku keatas. dengan sigap aku menangkapnya, hampir saja aku terjatuh.
"bisa masuk ga?" tanyanya.
"iya!"
"aku pulang ya."
"mau aku bantuin ga??"
"gausah!"
dia pun pergi sambil mengangkut tangga itu.
***
pintu terbuka.
aku melangkahkan kaki sambil mengucapkan salam. rumah ini menyapaku dengan ramah. sinar sore menyusup dari jendela,berkat cahaya itu, aku dapat melihat debu berterbangan. alam sangat luar biasa, kau bahkan akan terkesima hanya dengan peristiwa-peristiwa kecil yang sering terjadi disekitarmu.
sinar sore ini bagaikan kebaikan-Nya. semakin kau telaah, semakin sadar pula ternyata ada kebaikan disetiap masalah.
kau hanya akan berpikir, cahaya ini sungguh menyilaukan dan mengganggu. tetapi jika kau lihat lebih jelas lagi, ada keindahan kecil yang terdapat didalamnya.
kau tak perlu datang jauh-jauh keluar negeri untuk mencari arti keindahan sesungguhnya. kau bisa menemukan keindahan, dimana pun itu. Tuhan menciptakan alam ini secara detil, pasti ada keindahan di setiap sudutnya.
apa yang kupikirkan? absurd. aku harus mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
how can we feel the same?
General Fictionkota itu meraung-raung, memintamu untuk kembali. tapi pada akhirnya kau menetap di tempat itu lebih lama, "melupakan kenangan lama" itu alasanmu. pesan-pesan singkat dari kawan lamamu yang tak kau balas. aku mulai bertanya-tanya, apakah perasaanku...