Adiluksur.

32 7 2
                                    

   Sewaktu-waktu aku pergi bersama kakek ku mantan veteran pada jaman yang sudah lalu. Aku berkunjung ke salah satu museum di daerah pedesaan.

Aku Sempat merasakan keanehan di sekitar sini, ada saja museum di Desa kecil seperti ini, suasana desa yang minim penghuninya membuatku sedikit gemetar dan bulu kuduk ku sedikit merinding.

"Kake, ini tempat apa? Museum apa? Sepertinya aku belum pernah mendengar nama museum ini sebelumnya?".

  -museum adiluksur-

Ya, nama apa itu? Pejuang? Sastrawan? Apa mungkin mantan pahlawan Indonesia? Kalaupun iya, aku belum pernah mendengar nama itu.

"Kakek, ini tempat apa?".

Kakekku hanya diam, membuatku makin ketakutan.

Perasaanku semakin tidak enak saja, sampai kakek menuntunku ke sebuah ruangan minimalis dengan corak jadul dan sedikit bau tidak sedap, serta gantungan baju tentara dengan bercak darah dan tempelan senjata di sudut-sudut tembok.

   "Nak, kamu harus tau yang sebenarnya sekarang".

"Apa?" sontak aku jawab dengan nada yang sedikit keras, reflek.

"Kakek,peti apa itu"

"Kakek"

"KAKEK!"

   "Kamu harus siap sayang, kamu harus meneruskan pekerjaan kakekmu ini"

  "Tidak kakek".

Andai saja aku menjawab 'iya' dan tidak 'menolak', jumlah peti itu tidak bertambah satu.

-Amurai Wicaksono Adiluksur-



Ah ya, benar.

Itu nama kakeku.

Kakek benar-benar jahat.

Aku harap kamu cepat mati dan menyusul dengan dosamu disini.


 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[oneshoot]normal?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang