***
Tes tes tes
Suara tetesan air di kamar mandi dengan pencahayaan yang kurang itu, membuat suasana mengerikan semakin terasa ketika seorang pemuda menyayat permukaan kulit di dekat pergelangan tangan kanannya.
Ia berteriak tapi tertahan, menahan sakit yang diterima. Dan darah mulai berjatuhan dari tangannya menuju lantai yang ia pijak.
Itu menyakitkan, tetapi ia mendapatkan ketenangan walaupun hanya sementara. Bau-bau darah yang amis entah kenapa memabukan dan itu semakin membuat dirinya ketagihan untuk melakukan lagi dan lagi.
---
Kaki jenjang itu melangkah riang menuju perpustakaan. Ia sudah lama tidak pergi ke sana, apalagi ada buku baru yang baru diletakan yang salah satunya harus ia baca atau pinjam.
Bibirnya melengkung sempurna dengan wajah bahagia.
Saat melintasi arena kolam renang, Yeji berpapasan dengan Taehyun yang baru saja keluar dari arena kolam renang dengan tangan yang masih sibuk memperbaiki sabuknya.
"Hai Taehyun," sapa Yeji. Kepalanya melongok ke dalam arena kolam renang.
"Hai juga," balas laki-laki itu.
"Habis apa kau di sana?" tanya Yeji penasaran. Entah kenapa pikiran ambigunya muncul begitu saja.
"Aku habis berenang, memang apalagi kegiatanku di sini?" Taehyun malah balik bertanya. Yeji segera menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah kalau begitu aku pergi, Hyun."
---
Wajah Yeji menekuk ketika ia berada di rumahnya, ia tidak menemukan tanda-tanda kehidupan dari seorang manusia, ah iya dia manusia.
Yeji merasa kesepian lagi.
Ia menatap foto keluarganya yang terpampang di ruang tempat ia biasanya berkumpul bersama ayah dan kakaknya. Sangat bahagia di sana, saat itu Yeji masih SD dan masih ada mendiang ibunya. Keluarga kecil itu berfoto dengan senyum riang gembira.
"Ayah di mana? Bahkan setelah masa liburan kakak habis, ayah belum pulang juga dan memberi kabar kepada Yeji. Yeji rindu ayah." Ia berkata demikian tidak dengan mengeluarkan air mata, tetapi pandangannya kosong ke arah ayahnya yang ada difoto.
"Ah, daripada aku di sini dan menjadi Yeji yang cengeng dengan ingus yang berhamburan di mana-mana, mending aku menelpon Yeonjun untuk bermain bersama."
Yeji berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ia melempar tas yang ia tenteng tadi ke kasur dan segera mengambil ponsel yang disimpan di saku celana. Tangannya mencari nomor ponsel laki-laki tersebut.
Dari sekian banyaknya sambungan telepon yang dilakukan oleh Yeji, tidak ada satupun jawaban dari laki-laki yang baru saja berulangtahun tersebut.
Dengan bibir cemberut, Yeji menghempaskan ponselnya ke atas tempat tidur. tubuhnya juga ikut hempaskan. "Apa Yeonjun ngambek karena kejadian tadi pagi?"
Yeji mendudukan tubuhnya, tatapan matanya tertuju pada paper bag berisi hadiah yang barusan dibelinya.
"Biasanya kan dia yang mengejutkan diriku dengan datang tiba-tiba ke mari. Bagaimana jika aku yang datang ke kamarnya dan membuat dia kaget?" Yeji bangun dari duduk, tangannya merapikan rok bagian belakangnya.
Ia berjalan ke arah balkon dan menatap ke balkon seberang yang jaraknya tidak terlalu jauh. "Berani tidak, ya?" gumam Yeji ragu.
"Kau pasti berani Yeji." Ia menaiki pagar besi dan membuat ancang-ancang menuju balkon kamar Yeonjun.
Suara kakinnya yang menyentuh lantai di balkon kamar Yeonjun menimbulkan bunyi yang keras.
"Yak, aku berhasil!" seru Yeji sembari meloncat-loncat. Namun, tidak ada beberapa menit, ia langsung menutup mulut agar tidak ketahuan oleh Yeonjun.
"Anak itu pasti sedang tidur," tebak Yeji dibarengi dengan hembusan angin yang membuat rambut-rambut menerpa wajahnya.
Yeji perlahan memasuki kamar yang didominasi warna hitam, abu, dan putih tersebut. Bau khas Yeonjun tercium membuat Yeji ingin sekali memeluk laki-laki tersebut jika mereka bertemu. Namun, Yeji tidak senekat itu.
Ini kali ketiga Yeji ke kamar Yeonjun lewat balkon.
Yang pertama karena dia dipaksa oleh Yeonjun. Sisanya karena dia ingin membuat kejutan untuk laki-laki itu.
"Yeonjun!" panggil Yeji saat tidak menemukan tanda-tanda orang yang dicarinya.
"Di dapur mungkin, ya?"
Yeji berjalan menyusuri rumah besar milik keluarga Choi itu. Mencari ke tempat-tempat yang menjadi favorit dari Yeonjun. "Kok rumah ini sepi sih? Biasanya kalau keluarga Choi pergi, dia pasti nutup balkon kamarnya. Tapi, ini enggak. Kalau gitu di mana dia, ya?"
Yeji sudah cukup berbicara sendirian tanpa ada jawaban. Ia segera berjalan kembali ke kamar Yeonjun.
Matanya tertuju pada kamar mandi yang tertutup sangat rapat. "Apa di kamar mandi? Kalau begitu dia pasti sudah keluar sejak tadi." Yeji melangkah pelan ke arah kamar mandi. "Semoga dia di sini."
Kriett..
Suara pintunya yang terbuka sangat menyeramkan. Yeji memang tidak suka meminjam kamar mandi Yeonjun ya karena suara pintu, belum lagi corak-corak aneh yang disukai oleh Yeonjun berada di kamar mandi itu.
Yeji membuka matanya lebar karena cahaya kamar mandi tersebut dimatikan. Suara air yang menyentuh lantai, membanjiri lantai, bau amis menjadi satu membuatnya ketakutan.
Tangan Yeji meraba tembok untuk menemukan saklar lampu.
Cahaya menyala terang bersamaan dengan mulut Yeji yang menganga lebar. Kedua tangan Yeji menutup mulutnya.
"YEONJUN!"
▪Bersambung▪
••Selamat 1 Bulan MOA••
Gimana? Kalian ikut
Moa Selca Day kemarin engga?Aku ikutan sih. Ah jadi
pengen drop fotoku di sini.
Tapi kutakut dihujad:vBeberapa minggu lagi
TXT comeback. Hari yang
kutunggu-tunggu.Jangan lupa nabung ya
Jangan lupa voment
Sebagai apresiasi
I TATA U♥
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMME
Ficțiune adolescenți"Hai nama aku Yeonjun. Jangan lupakan itu." - Yeonjun "Parasit." - Beomgyu "Matamu indah." - Soobin ••• Hidup ini tidak adil untukku. -▪- Since : 17/08/2019 #1 Yeonji ▪ 27/08/2019 #4 Beomgyu ▪ 12/09/2019 #1 Beomgyu ▪ 29/09/2019 #2 TXTZY ▪ 07/02/2020...