10

3.2K 274 9
                                    

Jimin menggenggam erat tangan Yoojung. Gadis itu terlihat sangat frustasi dan syok dengan apa yang tengah menimpanya. Saat menemui Yoojung di rumah tadi, ia menemukan darah keluar dari tubuh Yoojung. Ia membawanya ke rumah sakit dengan cepat.

Jimin begitu kaget mengetahui fakta bahwa selama ini Yoojung tengah mengandung seorang bayi. Anak pertama Yoojung dan Jungkook. Mengapa gadis itu tak pernah mengatakannya? Jika saja ia tahu hal tersebut, Jimin akan bersikap lebih hati-hati pada Yoojung.

Amat sangat disayangkan, Yoojung harus keguguran janinnya. Janin yang telah berumur 2 bulan itu harus pergi. Dan disinilah sekarang Yoojung berada, di atas ranjang setelah operasi untuk janin yang harus di keluarkan. Gadis itu terlihat kelelahan. Mata Yoojung terpejam dan ia tertidur.

Jimin terus menemani Yoojung. Rahangnya mengeras memikirkan si bajingan Jeon Jungkook tersebut. Apa yang sedang pria itu lakukan hingga membuat istrinya sendirian di rumah? Dan kini Yoojung baru saja keguguran bayinya. Jimin tak ingin memberitahu Jungkook. Biarkanlah mereka berdua yang tahu hal ini.

Ia akan berbicara dengan Yoojung esok.

---

"Rahasiakan hal ini dari Jungkook, Jim." Pesan Yoojung begitu ia terbangun di pagi hari. Jimin tersenyum lembut dan mengangguk. Masih menggenggam jemari Yoojung, ia mengusap punggung tangannya lembut.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Jimin pelan. Tatapan Yoojung memandang keluar jendela, menatap langit musim semi yang cerah.

"Aku akan bercerai dengan Jungkook setelah ini."

Sebenarnya itu adalah berita baik bagi Jimin. Namun melihat kondisi Yoojung, ia tetap dirundung rasa sedih. Sialan sekali Jeon Jungkook membuat Yoojung seperti ini. Ia tak tahu apa yang akan terjadi jika ia tak ada disisi Yoojung.

"Bantu aku mengurus perceraianku, Jim."

"Eoh, tentu saja. Istirahatlah. Kau mau makan sesuatu? Siang nanti setelah pemeriksaan kau sudah boleh keluar. Ayo kita pergi ke pantai!"

Yoojung menoleh menatap Jimin sambil tersenyum. "Pantai? Ah, sudah lama aku tak pernah kesana. Ayo!"

---

Jungkook menatap nanar ranjang Chaerin yang telah kosong. Gadis itu telah meninggal semalam. Keluarga Chaerin tengah mengurus pemakanan Chaerin. Sejak semalam ia meninggalkan rumah, ia sama sekali belum pulang.

Ia telah menelpon Yoojung puluhan kali, namun Yoojung sama sekali tak mengangkatnya. Istrinya itu pasti sangatlah marah kepadanya. Ia harus meminta aaf pada Yoojung segera. Namun sebelum itu, ia akan menyibukkan diri dengan pemakaman Chaerin. Dirinya masih belum percaya bahwa Chaerin telah pergi secepat itu.

Prediksi dokter memang omong kosong belaka. Bahkan sebelum 3 bulan, Chaerin telah menghembuskan nafas terakhirnya. Namun Jungkook tak menyesal. Setidaknya ia berada disisi Chaerin disaat-saat terakhir.

Jungkook pulang ke rumah kemudian. Ia tak menemukan Yoojung di rumah. Bahkan ketika ia berpikir mungkin Yoojung pulang kerumah ayah-ibu, rupanya gadis itu tak kesana. Ia menghubungi Hana, sahabat dekat Yoojung, namun Hana sama halnya tak mengetahui dimana Yoojung.

Lantas ia menemukan sticky note di atas meja makan. Tulisan tangan Yoojung.

| Aku baik-baik saja. Jangan cari aku.|

---

"Mana istriku? Minggir, pasti ia di dalam!" Jungkook berteriak marah berusaha masuk ke dalam apartemen Jimin. Namun begitu ia berhasil masuk ia tak menemukan siapapun disana.

Semenjak pesan sticky note tersebut, Yoojung tak pulang selama dua minggu. Jungkook tak mengetahui dimana keberadaan gadis tersebut. Ayah dan ibu pun tak mengetahui dimana istrinya berada. Hingga teman-teman Yoojung di datangi pun, tak seorangpun dari mereka yang tahu dimana Yoojung berada. Satu-satunya yang tersisa adalah lelaki bernama Park Jimin tersebut.

Ia mendengar dari Hana, bahwa Jimin dan Yoojung berteman dekat saat SMA. Maka setelah mendesak Hana untuk mendapatkan alamat Jimin, akhirnya ia pun berhasil mendapatkannya. Jungkook secepat kilat mendatangi apartemen Jimin. Namun rupanya Yoojung pun tak ada disana.

"Dimana kau menyembunyikan Yoojung, brengsek!" teriak Jungkook marah mencengkeram kerah Jimin kuat. Jimin tak berniat melawan. Ia tersenyum miring melihat Jungkook yang kini terlihat benar-benar menjijikkan. Selepas membuat hidup Yoojung hancur, ia mencari Yoojung lagi? Dasar brengsek!

"Aku tak tahu."

"Jangan berbohong brengsek! Katakan dimana dia berada?!"

"Dengar, Jung. Lepaskanlah Yoojung. Jika kau seperti ini, itu akan membuat Yoojung semakin tertekan. Kau sudah menandatangani surat perceraian itu? Yoojung memintaku mengurusnya."

"Persetan dengan perceraian itu. Aku tak akan bercerai dengan Yoojung!"

Jimin terkekeh. Lantas menghempaskan dengan kasar tangan Jungkook dari kerahnya. "Baiklah. Akan kuberitahu dimana ia berada. Dengan begitu kau akan mengerti mengapa kau harus melepaskan Yoojung."

---

Jimin memberitahu Jungkook keberadaan Yoojung. Yoojung berada di sebuah vila di pinggir pantai milik Jimin. Jimin yang menyuruh Yoojung untuk tinggal disana sementara menenangkan pikiran pasca keguguran tersebut. Tentu saja, Jimin mengunjunginya setiap hari untuk memeriksa kondisi Yoojung.

Berada di pantai jauh dari keramaian menjernihkan pikiran Yoojung. Semakin hari gadis itu mulai menerima keadaan. Mulai jarang melamun. Namun tentu itu tak melupakan apa yang telah terjadi padanya. Tentang Jungkook yang mengkhianatinya dan tentang bayinya yang telah pergi.

Yoojung tengah menatap keluar jendela, menatap deburan ombak pada karang dan melihat burung-burung yang terbang ketika suara gedoran pintu mengagetkannya.

"Jeon Yoojung! Yoojung-ya... Yoo!" teriak Jungkook. Setengah bingung akan kehadiran Jungkook, Yoojung membukakan pintu.

Jimin tak mengatakan apapun padanya bahwa Jungkook akan datang. Kenapa suaminya tahu ia ada disini?

Begitu Yoojung membukakan pintu, Jungkook langsung berhambur memeluk Yoojung. "Maafkan aku, sayang. Maafkan aku, Yoo! Aku salah. Maafkan aku. Kumohon, jangan tinggalkan aku!"

Yoojung hanya diam. Ia menghela nafas panjang dan mendorong tubuh Jungkook. Meraih wajah pemuda itu dan mengusap air mata Jungkook. Ia dapat melihat lingkar hitam dan gurat kelelahan Jungkook.

"Jungkook-a, kenapa kau kurus sekali? Kau harus menjaga kesehatanmu. Makanlah teratur. Sering-seringlah berolah raga. Jangan sering meminum kopi dan begadang. Kau mengerti?" ujarnya lembut sembari mengusap surai hitam Jungkook

"Aku mengerti. Maka dari itu kembalilah padaku, Yoo."

Yoojung tersenyum dan melepas tangannya dari wajah Jungkook. Ia membalikkan badan dan berjalan kembali menatap deburan ombak. Jungkook mengekori Yoojung menanti jawaban.

"Kau tahu, Jung? Sejak kau memilih keluar dari rumah malam itu, hubungan kita telah berakhir. Aku membutuhkanmu malam itu, tapi kau memilih wanita lain. Yah, saat kau melangkahkan kaki keluar rumah, saat itulah perasanku padamu perlahan menghilang. Aku tak mencintaimu lagi, Jung. Biarkan aku pergi."

Bohong. Sungguh sebenarnya Yoojung masih menyimpan sedikit rasa pada Jungkook. Namun luka yang diberikan Jungkook lebih besar dari rasa cintanya. Ia tak bisa memaafkan Jungkook.

Jungkook membatu di tempat. Mulai tergugu dan menyesali perbuatannya. "Maafkan aku, Yoo. Kumohon, jangan tinggalkan aku..."

"Maaf tak memberitahumu sejak awal. Kau tak pernah memberiku kesempatan. Aku tahu ini suda terlambat, tapi aku ingin kau tahu bahwa saat kau meninggalkanku malam itu demi Chaerin, aku benar-benar telah kehilanganmu. Aku kehilangan dua orang yang kucintai dalam satu malam. Aku kehilanganmu, dan bayi kita, Jung."

Jungkook terpaku. Ia berhenti menangis dan seakan sesuatu menusuk hatinya.

"Oleh karena itu. Lepaskan aku, Jung. Aku ingin melupakan semuanya."

"Maafkan aku, Yoo. Aku benar-benar minta maaf."

Jungkook kembali menangis. Terduduk di lantai. Kali ini ia memutuskan untuk melepaskan Yoojung. Jika seandainya malam itu ia tetap tinggal dan merelakan Chaerin, mungkin ia masih bisa bersama dengan Yoojung juga anaknya.

Namun semua telah terlambat. Waktu tak bisa berputar kembali. Ia telah merusak kepercayaan Yoojung padanya. Ia tak layak hidup bersama dengan Yoojung lagi. 






  To be continued.  

The Truth Untold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang