Jimin menyelimuti Yoojung setelah gadis itu tertidur pulas karena kelelahan setelah menangis semalaman. Jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Tangan Jimin mengusap rambut Yoojung lembut. Menatap gadis itu tertidur seperti itu membuatnya senang. Terlebih kini Yoojung tertidur di ranjangnya.
Meyakinkan gadis itu untuk bermalam di apartemennya awalnya sangatlah sulit. Namun akhirnya Yoojung menurut.
Jimin mengecup kening Yoojung dan mematikan lampu. Untuk malam ini ia tak ingin menjadi pria brengsek yang dengan seenaknya tidur di samping Yoojung. Ia akan tidur di ruang tamu malam ini.
---
Sepulang Jungkook dari dinasnya, ia tak langsung pulang ke rumah. Ia menghampiri Chaerin untuk melihat kondisi gadis tersebut. Semalam gadis itu menangis di telpon. Chaerin tak mengatakan penyebabnya. Ia hanya menyuruh Jungkook untuk datang ke apartemennya jika telah pulang dari dinas.
Chaerin langsung berhambur memeluk Jungkook begitu lelaki itu memasuki apertemen. Mereka kini duduk di atas sofa dengan Chaerin yang berada di pangkuan Jungkook. Kepalanya di sandarkan ke dada Jungkook sedang pria itu mengusap rambut Chaerin lembut. Melihat wajah Chaerin, semakin hari wajah gadis itu kian memucat.
Padahal ia telah menyuruh Chaerin untuk berhenti bekerja dan fokus untuk pengobatannya. Namun Chaerin menolak. Ia berkata bahwa ia akan melupakan kematiannya jika ia tenggelam dalam kesibukan. Mengerikan memang memikirkan bahwa sebentar lagi dia akan meninggal. Jungkook mengetahui perasaan Chaerin.
"Istrimu mendatangiku tadi malam."
Jungkook nampak terkejut. "Apa yang ia lakukan?"
Chaerin menghela nafas panjang. "Ia menamparku. Dia telah mengetahui tentang hubungan kita."
Jungkook menelan salivanya berat dan menarik dagu Chaerin. "Kau tak apa?"
"Ia menamparku beberapa kali. Tapi, yah, aku memang pantas mendapatkannya."
Lantas Jungkook menarik kembali kepala Chaerin dan memeluknya erat. "Maaf. Maafkan aku membawamu dalam situasi yang sulit, Chae."
---
Mengetahui bahwa Yoojung telah mengetahui hubungannya dengan Chaerin membuat Jungkook menyadari alasan mengapa Yoojung bersikap dingin kepadanya malam ini. Bahkan ketika ia naik ke atas ranjang dan hendak memeluk Yoojung dari belakang yang telah tidur, istrinya tersebut menyingkirkan tangannya dan menaruh guling di antara mereka.
"Maafkan aku, Yoo." Lirih Jungkook menyingkirkan guling diantara mereka dan memeluk Yoojung dengan paksa. Gadis itu akhirnya pasrah dan menahan air matanya untuk tidak keluar lagi. Ia telah banyak menangis seharian tadi. Kepulangan Jungkook dari dinasnya membuat Yoojung terus bersusah payah menahan rasa sakit hatinya.
"Maaf untuk apa?"
"Untuk semuanya."
Yoojung terdiam. Menahan rasa sakit pada tenggorokannya akibat mati-matian untuk menahan tangisnya. "Kenapa kau melakukan ini padaku?"
"Maaf. Maafkan aku."
"Jangan terus meminta maaf padaku. Apakah kau masih mencintaiku?"
Jungkook mencium tengkuk leher Yoojung, menghirup dalam aroma istrinya yang telah lama menghilang. "Tentu saja. Aku masih sangat mencintaimu."
Yoojung mendecih jengkel. Lantas melepaskan dengan kasar pelukan Jungkook dan membalikkan badannya. "Lalu bagaimana dengan wanita selingkuhanmu? Kau juga mencintainya?"
Jungkook menelan salivanya berat. Terdiam tak mampu berkata apapun. melihat Jungkook tak menjawab apapun Yoojung mendecih lagi dan membalikkan badan lagi memunggungi Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold ✔
Fanfiction[COMPLETED]"Dengar, Jung. Kau tidak bisa membagi hatimu untuk dua wanita. Pada akhirnya kau akan meninggalkan salah satunya." - Kim Yoojung *re written. repost. 180520