Prolog

71 8 2
                                    

"Huh aku harus berangkat pagi biar bisa baris di depan sendiri," pikir Laura. Tampaknya Laura bersemangat kembali sekolah setelah liburan Idul Fitri. Dengan rapinya ia mengenakan kaos olahraga SMP miliknya yang terlihat agak buluk, namun tak mengurangi rasa PeDe-nya, ditambah dengan aksesoris tangan hitam kesayangannya yang menunjang semangatnya.

"Assalamu'alaikum bu, pak" pamit Laura seraya pergi meninggalkan pintu rumahnya. Laura berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki karena jarak antara rumah dengan sekolahnya tidak terlalu jauh. Ia berjalan sambil sesekali berlari-lari kecil, menggendong tas kecilnya, dan melewati pemukiman penduduk yang juga harus melewati pasar pagi di dekat rumahnya itu.

Sesampainya di sekolah, Laura kebingungan dan berdiri di depan gerbang sambil terpaku pada tulisan berbahasa Inggris. Apa artinya? kenapa kedua kata itu diukir dengan sedemikian rupa? Padahal ia adalah calon anak sastra yang seharusnya tahu tentang bahasa. Belasan pertanyaan muncul di otaknya. Ia datang tepat pukul 6.25 dan gerbang tampak sangat ramai karena berlalu-lalangnya siswa-siswa baru semacamnya. Ia masih melongo berdiri melihat gapura sekolah, karena dia tidak tahu akan kemana saat menunggu bel berdering. Sekolah baru Laura memang merupakan Sekolah Menengah Atas nomor satu di kotanya bahkan di provinsi tempat Laura tinggal, yang memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Biaya sekolah disini tentunya tidak murah, namun setiap tahun ribuan siswa lulusan SMP-MTs dari dalam maupun luar provinsi yang ingin mendaftar ke sekolah paling keren ini, dan banyak juga siswa yang tidak diterima karena belum memenuhi persyaratan yang ada, seperti nilai Ujian Nasional masing-masing tidak kurang dari 85. Mungkin bagi sebagian siswa kelas 9, nilai tersebut tidak mudah ia dapatkan, terlebih jika soal Ujian Nasional tahun ini berbasis komputer yang menuntut nilai murni hasil tes siswa. Yang benar saja, lulusan sekolah Victoria Nusantara High School ini hampir seluruhnya menjadi orang hebat. Seperti Alpharyan Al-Fathoni yang sukses menjadi penulis novel bahasa Inggris, Brigita Oktav Indratama yang berhasil menjadi aktris yang diperhitungkan di dunia entertain, hingga pengayuh sepeda yang tiga kali berturut-turut menjuarai balap sepeda tingkat nasional, dialah Abkar Runacko.

***

"Hmm Law! Ke lapangan yuk," terdengar jelas di kuping Laura, sepertinya dia mengenali suara itu. 'Law' adalah panggilan yang biasa digunakan seseorang yang Laura kini lupa. Banyak orang-orang yang terlupa olehnya karena libur panjang. Entah kenapa Laura merasa terjebak oleh suasana itu. Ia belum ingin menolehnya juga.
"Kamu siapa?" tanya Laura meyakinkan bahwa orang yang memanggilnya sudah ia kenali begitu dekat.
"Emm noleh dong," yang benar saja, Laura berbalik badan dan apa yang dipikirnya benar tepat sekali.
"Loh kamu nggak jadi pindah Ron? Masih tetep aja manggil Law, hahaha," tanya Laura kaget dan sedikit bingung. Ron adalah pacar Laura yang dikabarkan akan pindah rumah ke Cibinong karena orangtuanya dipindah kerjakan di pabrik tekstil baru disana.
"Aku nggak mau pindah Law, tapi kerjaan mamaku ini penting, jadinya aku minta diundur dikit pindahnya sampe bulan depan, trus sebulan itu aku mau kita ngukir kenangan Law. Oiya aku masih nggunain Law soalnya itu kan panggilan sayang buat kamu hehehe," jelas Ron yang pasrah akan keadaan sambil tertawa cekikikan.
Seketika Ron menarik tangan Laura dan dibawanya ke samping pos satpam. Laura diam saja dan menuruti perlakuan Ron.
"Aku kangen kamu Law, gimana kabarmu? Baik-baik aja kan?" tanya Ron.
"Iya..Alhamdulillah sehat, semakin membaik karna ada kamu Ron," ucap Laura.
"Maaf ya..aku jarang ngasih kabar, aku sibuk ngurus pindah rumah dan ngurus sertifikat FLS2N juga," ujar Ron. Ron termasuk tipe cowok goodboy yang merupakan pemeran terbaik 2 tahun ini.
"Ayo dek baris di lapangan menurut kelasnya, data kelasnya ada di sebelah timur lapangan utama," seketika seorang kakak kelas menghampiri mereka. Mereka segera lari mencari kelas masing-masing.
"Laurenxi Fenton... Mana siih," geram Laura yang belum juga menemukan namanya.
"Ini lo Laurenxi.. Kamu di kelas Aves rupanya," ucap Aldo mengagetkan. Aldo merupakan anak seorang panglima TNI AU, namun tak semuanya menyadari ini. Aldo yang baik hati menorehkan senyuman manis yang rupanya menbuat jantung Laura berdebar. Laura tidak menjawab apapun arahan dari Aldo namun langsung pergi ke kelas Aves, kelas dimana yang seharusnya Laura sudah berada disana dari tadi.

Laura dan Ron berpisah karena berbeda kelas. Laura di kelas Aves dan Ron di kelas Mollusca. Di lapangan, siswa baru atau siswa kelas 10 diberi pengarahan dan pengenalan sekolahnya. Mulai guru, jurusan sekolah, yang terdiri dari kelas Sastra, kelas Seni, kelas Olahraga, kelas Kepemimpinan, dan kelas reguler yaitu IPA dan IPS. Selain itu juga diberi arahan tentang peraturan serta sanksi yang berlaku.

***

JANJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang