Dua minggu berlalu di VN-HS. Hubungan Laura dengan Ron berjalan baik-baik saja. Ron sering mengantar jemput Laura dengan berjalan kaki. Walaupun rumah Ron dan Laura cukup jauh, itu tak membuat Ron lelah sama sekali. Bahkan Ron merasa lelah bila sedang tidak pulang bersama Laura. Menurut Ron, Laura merupakan cewek yang cukup sulit ditemukan diantara perempuan lain. Bisa dibilang, Laura adalah cewek multi-talent. Hanya satu yang paling dibenci dan ditakuti Laura, yaitu pantai ataupun kolam renang. Hal ini tentusaja berujung pada Laura yang tidak pandai berenang.
***
"Uraa gabung yuk!" teriak Anya saat melihat Laura berjalan sendiri.
"Eh kenapa kamu? Kok kayak mikirin sesuatu?" tanya Anya.
"Emm..cerita gak ya.."
"Curhat aja Ur.. Kita kan temen deketmu, pintu curhat terbuka buat kamu Ur hehehe," ucap Aura, teman sekelas Laura juga.
"Iyadeh.. Jadi, enam belas hari lagi aku mau pisah sama Ron..trus..,"
"Hah Ron siapa? Roni, Rondika, apa Ronald? Kan ada banyak Ron di sekolah kita hahaha," potong Aura sambil pura-pura tidak mengerti. Memang hubungan Ron dan Laura tidak cukup diterima oleh kedua temannya, yaitu Aura dan Anya. Terlebih jika Ron sering datang ke kelas Laura saat istirahat dan mengganggu kebersamaan Laura dan kedua temannya. Sekaligus karna Aura dan Anya tidak memiliki pasangan layaknya Laura yang membuat keduanya iri terhadap Laura.
"Trus apaan?" tanya Anya menindak lanjuti perkataan Laura yang menggantung.
"Trus jadinya LDR.. Eh btw rasanya LDR gimana sih?" Tanya Laura penasaran.
"Kalo aku sih belum pernah LDR, pacaran aja cuma sekali, itupun cuma sebulan pas aku kelas 2 di MTs hahaha," ucap Aura disusul tawa teman-temannya.
"Kalo menurutku itu berat.. nanti kamu bisa rindu," ucap Anya.
"Kamu pernah ngerasain?" tanya Laura.
"Nggak pernah hehehe..tapi kan juga ngga enak. Ntar kamu rindu, trus rindu berat, trus kamu nggak kuat, trus jadinya cowok kamu yang nanggung rindu hahahahahaha," jawab Anya sambil ketawa keras. "kata Anya, rindu itu berat. Tapi... Bukankah itu kata Dilan ya? Ah ngaco aja pikiranku," begitulah pikir Laura sambil menahan tawanya. Dengan bantuan kedua teman Laura yang humoris itu, Laura bisa kembali tersenyum dan termotivasi.Sepulang sekolah, Ron langsung pergi ke museum seni karna ada tugas sekolah bersama teman sekelasnya. Ron berpamitan kepada Laura saat istirahat sholat dhuhur tadi. Akhirnya Laura pulang sendiri dan sengaja melewati toko buku dengan berjalan kaki. Laura memang sudah menjadwalkan jika hari ini akan membeli buku novel fiksi karya Raditya Dika yang paling digemarinya. Belum sampai ke toko buku, ia bertemu sahabatnya saat SMP, Rekta namanya. "Haaii Uraa..lama tak jumpa, kamu apa kabar?"
"Hai jugaa Ta..Kabar ku baik-baik aja, mungkin agak buruk sih karna lagi mikirin Ron huehehe," ucap Laura tidak merasa bersalah.
"Eh emang kemana Ron?" tanya Rekta.
"Ituu, dia lagi ada kerja kelompok,"
"Ohh, iya deh, mau aku temenin gak?" tawar Rekta.
"Kalo kamu ga keberatan dan lagi gada tugas, ya gapapa,"
"Free time kok aku, kan di sekolahku fullday, jadi gada PR, walaupun ada tugas, dikerjakan di sekolah dan ada jam nya sendiri," egitulah Rekta, sifatnya yang baik membuat banyak cewek yang tergila-gila padanya.Selain membeli novel, Laura juga tertarik untuk membeli kumpulan puisi karya tokoh-tokoh legendaris, seperti karya Neruda.
Don't go far off, not even for a day, because ~
Because ~ I don't know how to say it: a day is long
And I will be waiting for you, as in an empty station
When the trains are parked off somewhere else, asleep.
Don't leave me, even for a hour, because
Then the little drops of anguish will all run together
The smoke that roams looking for a home will drift into me
Choking my lost heart.***
"Tidak ada hubungan yang lebih buruk dari LDR, karna.. Karna LDR lah yang terburuk," begitulah isi diary Laura hari ini. Cukup singkat, tak seperti biasanya yang berupa susunan paragraf syair cinta yang indah tentang Ron dan kehidupan kemarin yang bahagia.
'Kriing, kringg' Tiba-tiba telfon rumah Laura berdering. Pak Fenton, ayah Laura yang berada di samping telefon lekas mengangkat telfon tersebut.
"Halo?" suara laki-laki disana, dari tempat Laura duduk terdengar samar-samar pembicaraan laki-laki misterius dengan ayah Laura. Tapi Laura paham. Paham melalui raut muka ayah Laura yang kurang enak mendengar penyampaian si Penelfon.
"Bisa bicara sama ananda Laura?" tanya si Penelfon.
"Oh tentu boleh, biar saya panggilkan sebentar,"
Laura kembali memandangi buku diary miliknya dan berpura-pura tak tahu apa-apa.
"Laura, ini ada yang mau bicara sama kamu di telfon," kata Pak Fenton yang ternyata sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Iya yah," jawab Laura sembari meninggalkan buku diary yang masih terbuka dan jendela kamar yang terbuka, ia segera menuju ruang keluarga untuk menerima telfon.
"Halo? ini siapa?" tanya Laura.
"Aku adalah anak gembala..,"
"Ihh serius, kamu siapa?" tanya Laura lagi.
"Kamu seperti jelly..," jawab si penelfon tanpa merasa bersalah.
"Kalo ngaco terus aku tutup nih telfon nya," Laura mulai kesal dan mengancam si Penelfon agar menjawab pertanyaannya.
"Iya iya iya, sebut saja aku si Misterius. Shut, jangan bicara apapun hingga aku selesai bicara. Besok, aku akan menemuimu, kalo aku gak sibuk sih,, tunggu aja. Okeh see you tomorrow. Assalamualaikum," Belum sempat menjawab salam dari si Misterius, telfon sudah buru-buru ditutup. Laura menyikapi itu betapa cueknya dengan si Misterius itu. Laura lekas mengambil minum untuk meredakan haus mendadak akibat telfon misteri. Laura kembali ke kamarnya dan bermaksud ingin menorehkan beberapa kata tambahan tentang telfon misteri dan ke-bad-mood-an.***
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI
Teen FictionKini Ron kembali terngiang di pikiran Laura. Ron benar-benar jadi pindah rumah ke Cibinong dan benar-benar jadi meninggalkan Laura. LDR rupanya menjadi ujian terberat bagi Laura. Tapi menurut Ron, tidak begitu. LDR dapat dijalani dengan saling menar...