Lukas terbangun karena tenggorokan yang sangat kering. Dia melirik ke jam di samping tempat tidurnya, duduk dan mengusap wajahnya. Jam tiga pagi, pikirnya.
Dengan kondisi yang masih mengantuk, Lukas berjalan keluar kamar dan menuju dapur. Dia mengerutkan keningnya saat melihat seseorang keluar dari rumah. Berselimut tebal, senter dan gelas.
Dely?
Lukas berjalan cepat ke dapur untuk minum lalu kembali ke kamarnya. Dia berdiri sesaat di depan tempat tidurnya dengan kedua tangan, menghela nafas dan menatap keluar pintu kamar. Lukas menarik selimutnya dan berjalan keluar kamar lalu rumah. Dia melihat tidak ada lagi Dely, namun cahaya senter diujung halaman sana membuatnya bernafas lega. Perlahan Lukas berjalan, merapatkan selimutnya dan tersenyum pada dirinya sendiri.
Sudah beberapa minggu di sini tapi ia sadar bahwa interaksi dirinya dan Dely tidak ada. Membuat Lukas kesal sendiri pada dirinya dan juga Dely. Mereka saling kenal dan mengapa Dely selalu menghindarinya seakan-akan dia tidak layak menjadi temannya?
Saat hampir dekat, Lukas sengaja membuat suara langkah kakinya tidak terdengar sama sekali. Dia bisa mendengar Dely bersenandung kecil, senyum kecil muncul di bibir Lukas.
"Suara kamu tetap bagus, seperti biasanya." Katanya saat sudah sampai.
"BLOODY HELL!!"
Teriakan Dely membuat Lukas terkekeh. Ekspresi Dely yang sangat kaget membuatnya senang.
"Serius, aku sangat kaget," lanjut Dely lagi.
Lukas masih tertawa, menatap Dely yang menampilkan raut wajah kesal namun perlahan tampak seperti biasa.
"Ngapian pagi buta gini di sini?" tanya Lukas penasaran.
Dely tampak terdiam sesaat, lalu merapatkan selimut ke tubuhnya, kembali memandangi langit. Lukas menghela nafas, Dely kembali membangun dinding.
"Gak bisa tidur."
Jawaban Dely membuat Lukas tersenyum, ia berjalan memutari jeep dan duduk di samping Dely, ikut merapatkan selimut ke tubuhnya. Bisa dia rasakan Dely yang tampak risih di sampingnya.
"Kenapa?" tanya Lukas, kepalanya ia miringkan, menatap Dely yang masih fokus ke langit.
Dely tetap diam, mencoba untuk tidak melihat ke samping.
"Banyak pikiran?" lanjut Lukas lagi.
Dely memijit dahinya pelan sambil memejamkan matanya. Sial..sial sial... bisa tidak Lukas tidak begini? teriaknya dalam hati.
"Lukas, kembali saja ke dalam," ucap Dely akhirnya, menghela nafas pelan.
"Kenapa?"
Tubuh Dely spontan berdiri tegak dan mata tajamnya menatap Lukas marah, "Kenapa? Kenapa?"
Lukas hanya tersenyum kecil.
"Tidak baik seorang laki-laki yang sudah beristri duduk berduan dengan perempuan lain di tengah pagi buta begini. Apalagi pria itu sedang jauh dari istrinya."
Lukas tertawa, membuat Dely mendengus marah.
"Santai saja, toh hanya teman. Kecuali kamu punya berpikiran untuk menjadi selingkuhanku. Kamu menyukai ku kan?," Ucap Lukas enteng.
Dely mendesis marah, harga dirinya jatuh sudah, "Shit!!"
Dengan tergesa-gesa ia mengambil senter dan gelasnya, turun dari jeep.
Lukas yang melihat pergerakan Dely langsung melompat kaget dan menahan tangan Dely, "Hey.. hey, aku cuma bercanda."
Dely menepis tangan Lukas kasar. Apa pria itu tidak tahu betapa sakit dan marah hatinya sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Epoch | #INEFFABLE SERIES
RomanceKepada mereka yang bersabar dan remuk hatinya, cinta akan datang dengan sendirinya. Di masa yang tepat.