Mutiara yang Telah Hilang
08 Juni 2015
“Hidup adalah kekuatan untuk mengambil keputusan, bukan tentang segala usaha agar semua keinginan dapat terpenuhi untuk mencapai rasa puas. Hidup adalah pertimbangan, dimana banyak jalan yang dapat dipilih dihadapan kita. Hidup adalah pilihan, dimana kita harus memilih salah satu jalan untuk mencapai tujuan. Hidup adalah tuntutan, dimana kita dituntut untuk berpikir panjang sebelum kita memilih jalan mana yang akan kita lalui untuk sampai pada tujuan. Hidup adalah keharusan untuk sabar dan kuat, karena setiap jalan yang kita lalui untuk mencapai tujuan tidaklah mulus, selalu ada duri dan selalu ada tikungan yang tajam nan licin, bahkan segala rintangan yang berat untuk dilalui. Jika kau ingin sampai pada tujuanmu, maka bertahanlah. Dan teruslah melangkah apapun halang-rintang yang ada dihadapanmu hadapilah dengan penuh kekuatan dan kesabaran. Jika kau mundur, maka itu tandanya kau menyerah. Menyerah pada tujuan yang kau pilih, menyerah pada jalan yang kau tentukan oleh kakimu sendiri. Jika kau mundur itu tandanya kau kalah.”Aku merapikan kerudungku, lalu duduk di depan meja belajar Kakakku yang menghadap ke luar jendela. Aku menemukan buku catatan lama milik Kakakku yang hampir berdebu. Kubuka jendela kamar Kakakku yang sudah lama tidak pernah dibuka, bahkan Ayah-pun tidak pernah memasuki kamar ini. Disamping sibuk dengan urusan pekerjaannya, Ayah tidak ingin dilanda kesedihan ketika ia melihat segala sesuatu tentang puteri sulungnya. Bahkan Bibi-pun tidak akan sanggup untuk memasuki kamar milik Kakakku ini.
Angin pagi berhembus sejuk, menerpa embun yang menari di dedaunan, kicau burung semakin riuh terdengar, menambah asrinya suasana. Hari ini, pagi ini, kuputuskan untuk memasuki kamar Kakakku yang telah lama tak pernah dibuka sekalipun. Kuberanikan diri memasukinya karena aku sangat merindukannya. Mayda Afra, nama itu sangat kurindukan setiap hari sejak kepergiannya. Sejak sosok Ibunda meninggalkan kami semua, Aku, Kakakku, dan Ayah karena penyakit yang dideritanya, maka Kakak Perempuanku-lah yang selalu kujadikan sandaran. Saat Ibunda berjuang meregang nyawa melawan penyakitnya, satu-satunya sosok yang tegar hanyalah Mayda Afra. Bahkan diriku nyaris terjerumus pada hal-hal yang buruk karena frustasi. Hanya Kakakku yang tegar dan berhasil membuatku sadar bahwa aku masih mempunyai dirinya dan Ayah untuk bersandar, dan bukan pada hal-hal terlarang nan membahayakan diriku sendiri.
Aku menghela nafas berat, teringat sosok Kakakku. Yang lembut dan tidak pernah memaksa diriku untuk menjadi seperti apa yang dia inginkan. Bahkan saat aku tidak memakai jilbab untuk menutupi auratku karena ocehan orang-orang tentang diriku yang tomboy, ia menasihatiku dengan baik dan tidak memaksaku. Ia berkata “Padahal jika kamu pakai kerudungmu itu, kamu punya pahala dua kali lho Dek. Pahala menutup auratmu, dan pahala sabar karena ocehan orang-orang itu.”
Saat Ayah mulai pulang larut dan emosinya mudah sekali terpancing sejak kepergian Ibunda. Saat itu aku sangat merindukan kasih sayang orangtua tapi selalu emosi dan kemarahan yang kudapat dari Ayah, aku tidak bisa menggambarkan betapa hancur dan rapuhnya diriku pada masa itu. Dan sosoknya, Mayda Afra bak malaikat untukku. Selalu memberi motivasi dan dorongan hingga aku kembali bangkit, menjauhkan hal yang menjadikan banyak kemudharatan pada diriku sendiri.
Sosok itu, yang figuranya terletak tepat dihadapanku, mata kecil yang memancar lembut, senyumnya yang manis, trophy yang dipegangnya. Aku sungguh sangat menyayanginya, merindukannya, bahkan jika dirinya datang hari ini juga, aku ingin memeluknya. Saat ini juga.
Lagi-lagi aku menghela nafas berat. Lembaran berikutnya mulai kubuka dan kubaca. Lembar pertama tadi mengingatkanku pada sosok tegarnya.09 Juni 2015
Hari ini, aku bersyukur, sekaligus bersedih. Yang maha kuasa telah mengambil Bunda dari kehidupan kami. Aku bersyukur, karena aku tidak tahan lagi melihat Bunda yang harus berjuang setiap hari melawan penyakit Kanker Darah yang dideritanya. Tapi, anak mana yang tidak bersedih saat kehilangan Ibu Kandungnya sendiri? jika aku mengikuti ego, rasanya aku tak ingin melanjutkan hidupku. Ingin kuakhiri sampai disini saja hidupku ini. Tapi setelah melihat wajah itu, wajah karismatik Ayah dan wajah Adik yang kusayangi, Elma, aku sadar, aku masih punya mereka. Bahkan aku tidak ingin meneteskan satu-pun air mataku dihadapan mereka. Karena air mata yang kuteteskan tidak akan memperbaiki keadaan. Dan tidak akan mengembalikan sosok almarhumah Ibunda dalam kehidupan kami. Aku hanya berani menangis dihadapanmu Ya Rabb Illahi. Aku hanya berkeluh pada-Mu. Aku hanya berani menangis dalam sujudku pada-Mu Ya Tuhanku. Aku hanya berani menangis pada setiap Shalat Malamku. Beri aku ketabahan, beri keluargaku ketabahan. Ayah yang kehilangan belahan jiwanya. Terutama Adikku Elma yang masih membutuhkan kasih sayang orang tua. Lindungi selalu dia, jaga selalu dia dengan kasih sayangMu Ya Allah. Jaga selalu Adikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU PULANG (Sudah Terbit)
Short StoryAlhamdulillah sudah selesai Kumpulan cerita pendek tentang keluarga. konflik dan cinta dalam hubungan keluarga. Sebagian BESAR cerita pendek ini telah dihapus. Alhamdulillah sudah masuk proses penerbitan. Jadi kalian harus beli bukunya, ya. Ini a...