☆☆☆
Keadaan sekolah yang masih berlakunya hukum rimba di mana yang lemah akan ditindas. Ini sangat menyebalkan bagiku. karena tidak jarang para senior kere yang meminta uang kepada para siswa siswa junior termasuk aku.
Suatu pagi yang mendung, aku berangkat sekolah. Di perjalanan aku bertemu dengan Piyan yang melangkahkan kakinya di antara kubangan air sisa hujan semalam.
"tiiiiddiddd." Suara kelakson yang kubunyikan langsung dari mulutku sembari memajukan bibirku ke depan.
Selain untuk menghemat aki motorku, kata guruku itu baik untuk senam mulut di pagi hari.
Jika kamu tidak peduli aku juga."yuuk,dor." Dengan sekali menoleh ke aku, seakan tanpa dosa dia memberhentikanku langsung naik menggeserku kebelakang dan dia yang menyetir motorku.
"heh yan, perasaan aku gak menawarkan tumpangan ke kamu deh ya." Kataku, sembari ku tepuk pundaknya.
"oh yah? yaudah nanti gue di parkiran sekolah turun deh." Jawabnya
"hahah dasar kamu yan licik ya." Jawabku sambil tertawa.
sampainya di parkiran, kurasa aku dan piyan sedikit kesiangan karena melihat parkiran motor di sekolahku sudah hampir penuh.
Jadi terpaksa mau gak mau kami memarkirkan di ujung paling belakang di mana tempat itu basecampnya para bandit sekolah.
Dan benar saja dugaanku saat aku sudah menyimpan motorku dan berjalan untuk masuk sekolah. Aku melihat para berandalan kere itu sedang meminta uang kepada si Yayat.
Yayat adalah siswa dari tetangga kelasku. Dengan penampilannya yang seadanya aku menarik kesimpulan bahwa dia itu dari keluarga yang kurang mampu.
Oh iya, dari segi fisik nya dia itu terlihat seperti orang yang disabilitas, tapi aku denger sih dia salah satu murid yang dikategorikan pintar.Aku sempat kasian melihatnya karena dia nampaknya tidak bisa memberi uang kepada senior, entah karena gak mau ngasih atau memang lagi gak punya uang.
Namun apa boleh buat, Aku tidak bisa berbuat apa apa selain cuek dan pura pura gak lihat.Tetapi tiba tiba si Piyan malah menghampiri para berandalan sekolah itu. Lalu entah apa yang dikatakannya yang aku lihat dia memberi uang ke berandal itu.
Tak lama Yayat dan Piyan menghampiri ku dan melanjutkan untuk masuk ke sekolah.
"eh yan kamu ngapain sih tadi?" Tanyaku dengan nada pelan seperti berbisik tapi dengan rasa penasaran yang berat.
"mmmm..biasa lah menafkahi para kakak kelas yang lupa minta uang ke ibunya." Jawabnya pula dengan pelan dan tertawa.
"ah kamu yan bisa aja." Jawabku sembari mendorongnya karena aku kagum saja melihat dia,
dia selalu terlihat santai."duh makasih banyak ya piyan, kamu udah bantu aku. gak tau deh kalau gak ada kamu." Saut Yayat sembari menundukan kepala sepertinya dia merasa malu.
"hahah santai aja kali yat, lagi pula itung itung aku sidekah lah." Jawab Piyan dengan merangkul pundaknya Yayat sembari masih berjalan.
"nanti aku ganti ya uangnya piyan, soalnya sekarang aku benar benar gak punya uang. Ini ada juga pas pasan buat bayaran kerja kelompok." Jawab Yayat dengan masih menundukan kepalanya. Antara masih malu atau mungkin Yayat takut kesandung batu, entah lah.
"halah gak usah yat, si Piyan mah banyak uangnya dia pandai berbisnis dikelas." Sautku dengan ikut merangkul pundak si Yayat.
Setelah tiba di sekolah aku dan piyan masuk ke kelasku dan Yayat pun ke kelasnya.
Kegiatan belajar mengajar pun berlangsung.Rasa kantuk sudah mulai terpampang di wajah semua siswa karena pengaruh sihir matematika,
terkecuali aku.
Karena aku sedang berjuang menahan rasa ingin mengeluarkan zat sisa. Yaps! tepatnya mulas"teeeeeeetttttt" Suara bel istirahat berkumandang yang membawa kebahagiaan sederhana dan mengusir seketika rasa kantuk bagi para siswa. Terkecuali aku lagi, karena perjuanganku belum juga selesai.
Piyan mengajaku untuk ke kantin kali ini.
"woy dor cus lah kita otw memanjakan perut yuk." Kata Piyan sembari menarik tanganku.
"duluan aja aku lagi sibuk, nih kesibukan ku ada disini nih." Jawabku seakan menirukan gayanya piyan yang menyebalkan saat dulu ku ajak dia ke kantin.
"dih..wah kau meledek ku ya, berani kau sekarang ya." Saut Piyan sembari menunjukan jarinya ke arah wajahku, tetapi dengan tertawa.
"haha becanda kali yan. tapi jujur kau menyebalkan sekali pada saat itu, awalnya aku berniat mengunyah kamu, tapi karena aku masih punya uang jadi aku beli makanan yang terjamin kehalalnya aja ke kantin." Jawabku dengan sangat jujur dari hati yang paling dalam.
"oh..... jadi gue ini haram ya?" Tanya Piyan
"bisa jadi." Jawabku sembari langsung berlari duluan ke kantin.
Seakan lupa kepada umur yang sudah terbilang 1 abad kurang 84 tahun ini atau tepatnya 16 tahun. Aku berlari kejar kejaran dengan si Piyan seperti anak SD.
Memang terdengar memalukan tapi menurutku, aku lebih bahagia dibandingkan orang yang so dewasa yang sedang pusing memikirkan berbagai macam problematika.
Namun sungguh sial aku yang sedang gembiranya berlari dengan
tidak sengaja menendang batu yang sedang terdiam tanpa dosa.Sontak aku terjatuh. Sedikit sakit dan malunya banyak karena saat aku beradegan jatuh ditonton oleh banyaknya pasang mata.
Piyan yang sedang mengejarku segera menghampiriku untuk menolongku.
Namun setelah bahak tawanya berhenti dulu.Rasa maluku terhempas oleh senangku yang melihat pertanda teman sejati sesuai dengan artikel yang pernah aku baca.
Yaitu, jika kamu terjatuh teman sejatimu akan menolongmu, tetapi setelah tertawanya berhenti.
kurang lebih sama yang aku alami tadi. Setelah tawanya terhenti dia membangunkanku.
"gimana dor, batunya luka luka nggak." Tanya Piyan dengan memasang muka cemas.
"ahhhhh.. dasar kamu yan." Jawabku sembari memegang perutku.
"loh loh kenapa dor? kok jadi perut sih, jangan bilang kamu lapar ya." Saut Piyan sepertinya dia benar benar cemas kali ini.
"ini loh tadi udah tertunda udah aku perjuangin, eh malah jatuh jadinya mulasku kembali menyerang lagi." Jawabku sembari menahan rasa mulasku.
Jika kamu bertanya kenapa nggak ke Toilet saja?
Mungkin sesekali dihari libur kamu harus mencoba berwisata ke Toilet sekolahku.
Itu akan menjadi spot yang susah untuk dilupakan.☆☆☆
B E R S A M B U N G
segini dulu ya nanti tunggu aja update nya lagi.
tetep stay di cerita Dari DoriVotenya jangan lupa diklik ya.
thanks for reading :)
KAMU SEDANG MEMBACA
DARI DORI
Dla nastolatkówKatanya putih abu adalah masa yang paling indah. Namun aku belum percaya. - Dori Tidak perlu banyak teman satu saja cukup. Asalkan Permanen - Dori