Chapter 16

2.1K 69 1
                                    

Aku menghela nafas panjang, mengecek nomor ponsel Lando lalu menutupnya lagi. Tak ada tanda-tanda pesanku akan dibaca oleh Lando. Katra memakan camilan yang aku sediakan dari tadi.

"Makan aja, bantuin kek" protesku.

"Iye iye" ucap Katra sambil melap tangannya dengan tisu.

"Lando kok enggak dibales-bales sih pesannya" gerutuku lagi.

"Mana-mana?" Tanya Katra, aku menunjukaan ponselku kepada Katra.

"Cuman di read doang kan?" Tanyaku.

"Iya, jangan-jangan nih" tebak Katra, seperti menduga sesuatu.

"Jangan-jangan apaan?" Tanyaku.

"Ehmm" Katra berdehem. "Enggak tau deng".

"Gak nyambung elu" aku memukul kepalanya.

"Awh, sakit Tha" protes Katra.

"Dah, kembali ke topik awal nih" ucapku sambil membenahkan posisi letak dudukku. "Jadi kenapa Lando menghilang begitu aja?".

"Gak tau, elu nanya gue dikata gue haters apa, ataupun gue polisi, anjing bulldog, ataupun gue mata-matanya Lando agar setiap saat bisa tahu apa Lando dimana" protes Katra.

"Udah udah ngomongnya gak usah emosi juga dong pake emot kek biar kayak serial kartun" ucapku, yang ujung-ujungnya gak bakalan nyambung.

"Ngomong apa sih elu?" Tanya Katra.

"Yah, gue ngomong apa adanya" jawabku.

"Serah elu bang" canda Katra.

"Bang? Gue bukan abang elu" protesku lagi.

"Perumpaan ceritanya" ucap Katra.

"Oh, balik ke topik awal lagi nih?" Tanyaku.

"Iyalah, masa ke topik lama sih" protes Katra lagi.

"Ngomong-ngomong sama topik lama gue jadi inget Billy mantan gue"ucapku.

"Lebay elu" ucap Katra dengan nada tak peduli.

"Gue lebay? Iya sih" ucapku aneh.

"Udah, lupakan masalah mantan sekarang fokus sama masalah Lando" ucap Katra.

"Yakin nih?" Tanyaku.

"Iya" jawab Katra, aku diam. Katra menggaruk kepalanya yang aku yakini memang tidak gatal.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Enggak" jawab Katra berbohong. "Gue mau nanya nih Tha".

"Nanya apaan?" Tanyaku.

"Playgril itu apa?" Tanya Katra polos.

"KATRAAAA!".

...

Fallwes masih termangu di depan layar komputernya. Lagu Hivi menemani pekerjaan Fallwes sebagai dosen.

Tak pernahku rasakan cinta

Begitu hebatnya sebelumku kenal

Kamu duniaku kelabu dan kau

Datang membawakan cinta yang tlah
Lama kunanti

"FALLWES!" teriak Farwell sambil membanting pintu kerja Fallwes dengan amat keras.

"KAU BISA TIDAK USAH MENERIAKIKU TEPAT DITELINGAKU?!" marah Fallwes.

"AKU TIDAK BISA, KENAPA? HAH MAU MENANTANGKU!" Jawab Farwell dengan sekenanya.

"Sudahlah aku tidak ingin bertengar denganmu, apa maksudmu menghampiriku?" Tanya Fallwes.

"Atha? Dia dimana?" Tanya Farwell.

"Apanya yang dimana?" Tanya Fallwes.

"Dia tinggal dimana?" Tanya Farwell.

"Aku tidak tahu, aku bukan penjaganya!" jawab Fallwes ketus.

"Kau kan dekan kenapa kau tidak tahu?" Tanya Farwell.

"Emang kalau dekan aku harus tahu setiap tempat tinggal Fallwes!" jawab Fallwes ketus.

"Kau harus tahu Fallwes!" paksa Farwell.

"Aku tidak mau!" ucap Fallwes ketus.

"Laptopmu mana? Mana laptopmu?" Tanya Farwell.

"Buat apaan?" Tanya Fallwes.

"Aku ingin mengecek data siswa" jawab Farwell.

"TIDAK BOLEH! TIDAK BOLEH! ITU HAKKU BUKAN HAKKMU!" marah Fallwes.

"Aku tidak peduli, mana laptopmu?" Tanya Farwell.

"Aku tidak mau memberikannya padamu!" ucap Fallwes ketus.

"Laptopmu berikan padaku!" paksa Farwell.

"Sudahlah" Fallwes segera mengambil laptopnya dan berjalan keluar ruangan.

...

"Jadi elo mau tau playgirl itu apa?" Tanyaku.

"Iya, pengen banget" jawab Katra.

"Playgirl itu kembarannya playboy, cuman itu dia wanita" ucapku.

"Oh" Katra membulatkan mulutnya.

"Elu juga playgirl?" Tanya Katra. Aku merasakan pipiku merah. "Iya?".

"Hehehe iya" jawabku.

"Enak gak playgirl?" Tanya Katra.

"Coba aja sendiri" saranku.

"Kalau menurut elu?" Tanya Katra.

"Enggak enak sih, kayak ngerasa diduain jadi playgirl" jawabku.

"Jadi elu udah berhenti jadi playgirl?" Tanya Katra.

"Iya" jawabku.

"Oh iya, Kak Satria mana?" Tanya Katra.

"Oh iya Kak Satria mana yah?" Tanyaku lagi.

...

Satria menopangkan kepalanya dengan tangan sebelah kanannya, sedangkan tangan kirinya sibuk menulis sesuatu diatas kertas.

"Rancangannya kayak gimana nih jadinya?" Gumam Satria pada dirinya sendiri.

"Atha maunya kayak gimana yah kayak gini apa kayak gini?" Batin Satria pada dirinya sendiri. Lagu Infinity bergema diruang kerja Satria. Satria mengangkatnya tanpa melihat layar ponselnya.

"Halo" sapa Satria.

"Hai Satria, apa kabar?"

Satria terdiam, telepon dari Farwell.

"Ada apa kau menelponku?" Tanya Satria galak.

"Jangan galak-galak padaku Satria."

"Sudahlah, aku tidak ingin menyerahkan Atha padamu! Atha tetaplah adikku!" marah Satria.

Tut tut tut

Sambungan telepon terputus, Satria memegangi kepalanya yang sakit. Bingung apa yang harus dilakukannya ataupun yang disebut stes memikirkan adiknya, Atha.

Pikiran akan Atha terus berkecamuk dalam pikiran Satria. Tidak boleh ada yang menyakiti Atha! Tidak boleh! Sekalipun dirinya sendiri sebagai kakak Atha! Atha tidak boleh disakiti oleh siapapun! Karena Atha adalah adiknya yang tersayang! Dan tidak boleh disakiti oleh siapapun! Baik laki-laki maupun wanita!


Jadi curhat nih jadinya Atha ama Katra, Landonya terlupakan deh jadinya. Hahaha

Minta vote dan komentarnya yah. Terimakasih buat kalian yang udah baca, minta votenya yah. Tanda bintang dipojok sebelah kanan.

Salam penulis
Elsaday Rombetasik

 AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang