Kemana Dia?
Hari berganti lagi. Laki-laki itu tidak pernah datang lagi ke sekolah. Aku merasa beruntung, karena di hari terakhir aku bertemu, dia memberitahukan namanya. Tapi aku juga belum mengerti apa motif dibalik itu. Apa selama ini dia sadar, bahwa aku sedang mencari tahu tentang dia. Ah.. aku tidak ingin ambil pusing.
Hari-hari berikutnya masih sama, dan seterusnya, dia tidak pernah datang ke sekolah lagi. Aku menanyakan pada teman-teman sekelasku, namun jawaban mereka semua hampir sama. Sebagian menjawab; 'mana aku tahu' dan sebagian lagi malah balik bertanya 'apa pedulimu?'. Aku bingung harus bertanya pada siapa. Kit, apalagi dia!
Ujian Nasional akan dilaksanakan beberapa minggu lagi. Aku dan Kit belajar dengan sungguh-sungguh demi mencapai kelulusan. Tanpa ada dia, hari-hari yang kujalani tampak biasa saja, tidak ada hambatan apapun. Hanya saja, rasa penasaranku masih menggebu hingga sekarang. Sampai akhirnya aku tahu, harus bertanya kepada siapa. Bapak Kepala Sekolah, namanya Pak Tern.
Aku mendatangi ruangannya, mengetuk pintunya terlebih dahulu, lalu kuucapkan salam hormatku kepadanya. Bapak kepala sekolah sedang duduk di kursi kekuasaannya.
"Ada perlu apa, Nak? Duduklah," tanyanya.
Aku pun mengangguk, lalu duduk sesuai perintahnya. "Maaf, Pak, aku ingin menanyakan satu hal."
"Apa itu?"
"Apakah bapak mengenal Tae?"
Pak Tern terlihat mengernyitkan dahinya. Aku tidak tahu kenapa. Lalu dia bertanya, "Untuk apa kau menanyakan tuan muda Forth, Nak?"
Jika kata Kit, Pak Satpam memanggilnya tuan muda, itu masih bisa dimengerti. Tapi jika kepala sekolah juga menyebutnya seperti itu, apa yang bisa kumengerti? pikirku.
"Aku ingin tahu kenapa dia tidak kembali sekolah. Apakah pihak sekolah telah mengeluarkan dia?"
Pak Tern menyunggingkan ujung bibirnya dan menggeleng pelan. "Siapa yang berani melakukan itu? Habislah hidupnya," serunya kemudian.
Aku mengerjap, tidak menjawab. Aku tidak mengerti apa yang pak Tern katakan.
"Ada yang ingin kau tanyakan lagi? Jika tidak, pulanglah! Bapak tidak ingin mendapatkan masalah dengan orangtua murid."
"Tidak ada, hanya itu Pak, terimakasih," kataku sambil beranjak.
Pikir, pikir, pikir. Aku harus bagaimana sekarang?
*Ting*
Aku mendapatkan ide. Aku bisa mengatasnamakan ranselnya. Ransel Tae, masih ada padaku. Kurasa, aku bisa menjadikannya sebuah alasan.
Aku kembali duduk dan menatap Pak Tern. "Pak, aku harus tahu dimana dia, ada barangnya yang tertinggal. Aku harus mengembalikan barang itu padanya."
"Apa? Barang apa? Kenapa ada padamu? Apa kau berteman dekat dengannya?" tanyanya.
Aku tidak tahu kenapa pertanyaannya diucapkan dengan nada terkejut.
"Tidak juga!" kataku pelan.
"Apa?"
"Er.. maksudku, iya Pak. Aku berteman dekat dengannya .." Tidak masalahlah aku berbohong sedikit. "...tapi sekarang, aku kehilangan dia. Lalu aku harus bagaimana kalau Pak Tern sendiri tidak memberitahuku keberadaannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate A Time
RomansaTakdir waktu itu ada. Takdir waktu itu berjalan. Beam dan Forth hanya perlu menunggunya. Kebahagian pasti ada. Mereka pasti bersatu. Namun, banyak hal yang harus mereka lewati terlebih dahulu.