"Yahh.. Kok dimatiin sihh." seorang cewek berseragam SMP tampak menggerutu kesal saat layar laptop dihadapannya dimatikan oleh seorang cowok yang berpenampilan sama.
"Sekarang waktunya belajar Aul.. Kalo nonton terus gimana mau masuk SMA Negeri? Katanya nanti lo mau satu sekolah ama gue." ujar Raqin.
Cewek yang diketahui bernama Aulia tampak berfikir lalu sedikit cemberut."Iya, iya."
Aulia membereskan laptop dan beberapa cemilan yang tercecer di lantai lalu mengeluarkan beberapa buku mata pelajaran yang akan mereka pelajari sekarang.
Sepulang sekolah mereka memang akan belajar bersama dirumah Raqin, rutinitas setiap hari mereka untuk menghadapi Ujian Nasional yang akan dilaksanakan beberapa minggu lagi.
Meskipun mereka berbeda sekolah namun persahabatan mereka tetap terjalin dan karena alasan itu pula mereka berjuang bersama agar bisa masuk SMA yang sama.
"Yang ini gimana? Gue gak ngerti." ujar Aulia menggaruk kepalanya, bingung.
"Masa lo masih kagak ngerti, gue udah jelasin ini berulang-ulang, hampir 50 kali. Lo bener-bener niat belajar gak sih?" Sembur Raqin mulai kesal. Dia sudah mengajari Aulia semaksimal mungkin, dengan berbagai cara tapi anehnya Aulia masih saja tidak memahami Materi yang dia terangkan.
'Sabar sabar'
"Wah 50 kali ya? Lo bener niat banget ngajarin gue sampe diitung segala. Hahahaaa.. Eh canda." Ujar Aulia sambil berusaha menahan tawa.
Raqin menatap Aulia datar."Ya udah, gue gak bakal mengajari lo lagi. Masa bodo dengan lo nanti beda sekolah ama gue. Lo nya aja masa bodo." ucap Raqin jengah.
"Jangan gitu dong, gue juga lagi berusaha memahami semua yang lo ajarin. Yahh dasar otak gue nya aja yang selalu gak konsen ama materinya malah konsen ama yang ngajarnya." ujar Aulia tanpa sadar.
"Apa?" tanya Raqin mendengar ada keganjilan dengan perkataan Aulia.
"Apanya yang apa?" bukan menjawab Aulia malah balik bertanya.
"Yang lo ucapin tadi."
"Yang mana?" ujar Aulia bingung.
"Udah lupain."
Aulia bernafas lega. Ia merutuki ucapannya tadi. 'kenapa bisa keceplosan sih' yahh memang benar dia tidak bisa konsentrasi jika Sahabatnya tersebut menerangkan macam-macam materi kepadanya. Dia seakan lebih tertarik melihat raut wajar Raqin yang berubah-ubah saat menjelaskan. Apa lagi jika raut wajahnya sedang terpejam sambil berfikir
'seksi' pikir Aulia.
"Otak lo aja bego, lemot, udah tercemar ama yang berbau mesum. Jadi gak konsen-konsen." ledek Raqin. Aulia cemberut dan merasa tak terima dengan ucapan Raqin.
"Gue gak separah itu. Kalo gue bego masa gue bisa dapet Ranking pertama pas waktu SD?" sergah Aulia.
"Itukan SD? Dan Coba tebak siapa yang berhasil mendepak lo yang katanya Ranking pertama, sampe-sampe lo gak masuk 5 besar sama sekali?" sindir Raqin berusaha mengejek Aulia.
Wajah Aulia semakin cemberut.
"Kalo lo gak pindah sekolah ke sekolah gue, mungkin udah pasti gue bakal tetep diposisi semula.""Apa masalahnya coba? Dengan kepindahan gue? Kalo lo bener-bener pintar, lo pasti bakal pertahanin ranking lo." ujar Raqin.
"Oh iya gue lupa. Mangkanya anak kecil tuh jangan mikir pacaran mulu, pikirin dulu pelajaran. Jadi tergeser tuh posisi lo." tambahnya
Aulia diam, ia merutuki kebodohannya dulu, ia terlalu mengikuti perkembangan jaman. Dulu diumurnya yang baru 10 tahun dia sudah mengenal lawan jenis, dia ditembak oleh kakak kelasnya yang memang dia sukai. Dan karena dukungan teman-temannya akhirnya Aulia menerima kakak kelasnya tersebut. Dan itulah awal mula nilainya menurun sampai-sampai posisinya tercentang jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRITTLE
Teen Fiction"Apalagi!?" Murka Aulia. "Maaf." "Lo baru nyadar? Kemana aja bossQu?" Sindir Aulia. "Gue sakit hati lo tiba-tiba jauhin gue tanpa alasan. Lo sahabat gue bukan sih?" Tanya Aulia kesal. "Gue minta maaf," Aulia mendengus, "Serah lo." Kami berdua sepe...