Part 3

16 2 0
                                    

Seminggu kemudian..

Pagi cerah di hari minggu. Tak seperti minggu-minggu sebelumnya, sekarang Aulia siap dengen pakaian rapihnya, ia yang biasanya dijam seperti ini masih bergelung diranjang, namun tidak dipagi hari ini.

Aulia memandang pantulan cermin didepannya, memeriksa kembali penampilannya. Sudah dirasa cukup Aulia mengambil Hpnya untuk memberi tahu pada Panji bahwa dirinya sudah siap.

Sebenarnya ia tidak setuju jika Raqin harus membonceng Dita hari ini, apalagi dulu Dita pernah menyukai Raqin, atau mungkin Dita masih menyukai Raqin sampai sekarang, dilihat dari antusias Dita saat Raqin menyetujui permintaannya waktu itu menunjukkan bahwa Dita masih menyukai Raqin. Hahh.. Tapi apa boleh buat, Raqin sudah menyetujuinya, jika sekarang dia ngotot untuk pindah tebenganpun dia akan merasa tidak enak kepada Dita.

'Gak papa, ada hari-hari berikutnya.' fikir Aulia.

Drtt..

Aulia membuka notifikasi pesan dari Panji yang mengatakan bahwa dirinya sudah didepan rumah Aulia.
Aulia mengambil tas kecil dimeja belajar lalu melangkah pergi menemui Panji. Tak lupa berpamitan terlebih dahulu kepada orang tuanya.

"Berangkat sekarang? Atau mau masuk dulu?" tanya Aulia saat dirinya sudah berada dihadapan Panji yang tengah memainkan hpnya.

Panji memasukan hpnya kedalam saku jaketnya lalu memadang Aulia dari bawah keatas, seolah menilai.
"Woy? Ada apa? Pakaian gue aneh ya? Atau gimana?" tanya Aulia memastikan.

"Gak kok, gak aneh. Lo cantik." jawab Panji santai.

"Cantiklah, masa ganteng." ujar Aulia

"Jadi berangkat gak nih?" tambah Aulia sedikit kesal karna panji tak henti hentinya memandang seolah menggoda Aulia.

"Iya, iyaa. Cepet pake helmnya." Panji menyondorkan Helm.

"Jangan lupa peluk biar gak jatuh." tambah Panji sambil tertawa menggoda Aulia.

Aulia mencubit kecil pinggang Panji dengan kesal.

Panji menjalankan motornya keluar perkarangan rumah Aulia. Panji memandang Aulia dari kaca spion, terlihat Aulia tengah memainkan hpnya dengan ekspresi cemberut.

'Lucu' pikir Panji. Lalu pandangan mereka bertemu, Panji langsung mengalihkan kembali pandangannya kejalanan didepannya.

"Heum,, Lo gak mau ke minimarket dulu gitu? Em beli permen atau apa kek." tanya Panji dengan sedikit gugup. 'Anjirr masa nanya kek gitu.' rutuk Panji dalam hati.

"Gak, entar aja." jawab Aulia datar.

"Oke." ujar Panji.

Motor yang dikendarai Panji Mulai memasuki perkarangan rumahnya, terlihat teman-temannya sudah berkumpul. Aulia melihat Raqin tengah bercengkrama bersama Arya, dengan Dita disampingnya. Aulia mendengus sebal. Emang salah siapa? Dia sendiri yang membujuk Raqin, kenapa juga dia yang kesal? Aulia turun dari motor, diikuti Panji.

"Udah kumpul semua?" tanya Panji.

"Udah." jawab Andrew. "Berangkat sekarang?" tanya Panji kembali.

"Bentar, kita berdo'a bersama terlebih dahulu." jawab Arya. Dibalas anggukan semua.

"Oke elu yang mimpin." kata Panji pada Arya.

"Sebelum kita berangkat, mari kita berdo'a terlebih dahulu untuk keselamatan dan kelancaran liburan kita. Berdo'a dimulai." mereka berdoa, menundukan kepala sambil memejamkan mata.

"Aminn."

"Selesai." ujar Arya mengakhiri do'a.

Mereka semua menaiki motor dengan tebengannya masing-masing. Begitu pula Aulia, ia menyempatkan melihat kearah Raqin. Dan melihat ia tengah membantu memasangkan helm di kepala Dita. 'Arrgg..' gerutu Aulia dalam hati, tanpa disadari Aulia memukul punggung Panji karena kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BRITTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang