06.Ucapan

31 3 0
                                    

Bella membuka pintu rumahnya dengan wajah merona, sebelum menutup pintu, matanya kembali melirik pada vespa putih yang masih didepan pagar--seolah menunggu dirinya hilang dibalik pintu.

Setelah menutup pintu dengan rapat, Bella dapat mendengar deru pelan suara vespa yang mulai menjauh dari pekarangan rumahnya.

"Seneng banget, kayanya." Bella terlonjak kaget dan segera menoleh ke samping-mendapati Bundanya yang sedang tersenyum ramah. "Abis dianter pulang sama siapa?"

"Eh, Bunda.." cengiran kuda keluar dibibir manis Bella. "Abis dianter sama temen, Bun."

"Temen apa 'temen'?" Tanya Maria mulai menggoda anak semata wayangnya yang tampak merona.

Bella menggigit bibir bawahnya dengan gugup, "apaan sih Bunda, ya jelas temen lah mana mungkin aku punya pacar." Jawabnya, "udahlah, Bella mau ke kamar dulu. Mau tidur."

Maria menatap Bella yang mulai melangkah menuju anak tangga, dia hanya bisa tersenyum apabila melihat puteri semata wayangnya itu selalu mencoba menjauh, jika membahas tentang lelaki.

****
Setelah kejadian semalam, Bella jadi semakin yakin untuk mendekati Robby dan menjalankan niatnya untuk bisa berteman dengan lelaki pendiam plus dingin itu. Tetapi setiap kali dirinya ingin menghampiri Robby, ada saja hambatan yang datang. Misalnya, teman-temannya memanggilnya dan seolah-olah minta diajarkan pelajaran olehnya atau.. kehadiran Fernan yang terus-terusan membuntutinya untuk meminta maaf--seperti sekarang ini.

Bella semakin mempercepat langkahnya, menghiraukan ocehan-ocehan tidak berfaedah yang keluar dari mulut Fernan. Mencoba merangkai kata sedemikian rupa agar dirinya percaya dan bisa memaafkannya.

"Bel, gue janji gak bakalan lagi bikin Mr. Beast dikeroyok anak-anak sampai dilempari bola kertas. Gue mohon maafin gue, Bel. Please.."

Bella memejamkan kedua matanya dan menghentikan langkahnya. Membuat lelaki dibelakangnya berderap dan berhenti didepannya sambil memasang wajah memelas agar dimaafkan.

Bella membuka kedua matanya, menatap Fernan dengan perasaan jengah. Risih juga rasanya, terus-terusan dibuntuti lelaki tersebut sambil terus meminta maaf yang membuatnya menjadi pusat perhatian.

Bella mendengus lemah. "Oke, aku maafin. Tapi kamu harus tepatin janji kamu, gak bakalan bikin Robby kaya kemarin."

Fernan segera menganggukkan kepalanya mantap sambil tersenyum puas, akhirnya usahanya agar bisa mendapat kata 'maaf' dari Bella, berhasil juga.

"Makasih ya, Bel. Lo emang baik." Ucap Fernan sambil menatap dalam manik mata Bella. Lalu sejurus kemudian dia merangkul bahu Bella, "yuk kita ke kantin, gue udah laper."

Bella menjawab dengan anggukan kecil sambil menepis rasa risihnya, ketika Fernan merangkul bahunya dan menimbulkan tatapan-tatapan tidak suka padanya. Mereka pun segera berderap beriringan menuju kantin sekolah.

****
Hampir setengah jam sehabis dari kantin, Fernan masih saja terus menguntit Bella. Kemana pun Bella pergi, Fernan tetap setia mengekor bahkan berderap disampingnya dengan senyum menawan. Berusaha mengabaikan ucapan Bella yang berkali-kali mencoba mengusirnya dengan menyuruhnya agar segera masuk ke kelas.

Namun lelaki itu tetap diam sambil tersenyum dan terus mengikutinya kemana pun ia pergi. Membuat Bella kecewa dalam hati, karena niatnya untuk menemui Robby dan berbicara pada lelaki itu kembali terhambat. Bella yakin seratus persen, kalau Fernan tidak akan membiarkannya menemui apalagi sampai mengobrol dengan Robby. Lelaki disampingnya ini sangat membenci Robby dan bukan hanya dirinya saja membenci, bahkan satu sekolah membenci Robby--terkecuali Bella sendiri.

Beauty And The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang