Sinopsis

26 0 0
                                    

     Anjanhi Meriska gadis berponi ala gadis Jepang, menjalani hidupnya dengan prinsip yang berbeda, prinsip itu tegak berdiri akibat masa lalu yang tak ingin ia ingat kembali. Wajahnya yang mirip dengan wanita-wanita asal negri Sakura ini kerap dipanggil Hime.

      Tuhan mempertemukannya dengan seorang pria yang berusaha keras untuk mengenal Hime, gadis yang bersikap dingin, lebih dalam. Melalui sebuah kertaslah menjadi Tuhan mempertemukan mereka.

      "I'm Morgan, what your name? I'm looking you since the first time we met,"

  Pria yang mengaku bernama Morgan, mengulurkan tangan, sangat antusias mencari tau nama gadis yang dicarinya sepekan ini. Tidak ada respon yang baik, gadis itu bergeming, menatap intens dirinya. Degup jantung berdebar tak karuan, Morgan merasakan hal yang berbeda pada dirinya. Napasnya berderu.

    "Hey... please," Morgan memelas.
    "Kamu mencari aku?" gadis itu angkat bicara.
    "Kamu? Indonesia?"

     Usaha Morgan ternyata tak berakhir sia-sia, pencariannya selama sepakan membuahkan hasil hubungan persahabatan dengan gadis itu, gadis yang memiliki nama manis 'Hime'.

        Pertengkaran hebat terjadi di sela hubungan yang semakin erat. Hime menganggap Morgan sebagai penghancur ambisinya, namun Morgan merasa ini bukan kesalahannya. Kesalahpahaman yang melanda mereka, berujung perpisahan pada jangka waktu yang cukup lama.

       Di sisi lain, Acel sahabat Hime sejak berseragam putih biru, wanita yang selalu ceria dan bawel ini membisu, dirinya bak tubuh tak bertulang. Tatapan kosong dan semangat hidup yang pupus meremas perasaan sahabatnya. Hime terus menyalahkan diri, semua yang terjadi pada Acel merupakan salahnya. Andai saja ia tak mengizinkan pria yang bernama Bisma itu mengukir rasa di hati sahabatnya. Andai saja Acel tak memberikan kepercayaan padanya untuk memilihkan kekasih.

         "Cel.... Acel.... tatap aku, lihat... lihat matahari yang bersinar cerah... lihat dirimu yang sekarang, sangat menjijikan. Move on! kamu harus wake up dari semua ini. Mana Acel si ratu coklat? Mana Acel yang dulu tak memperdulikan rasa sakit?" Hime mengguncang pelan tubuh Acel, emosinya tak terkendali.

    Hime semakin yakin akan prinsip yang ia tegakkan pada dirinya sejak sepuluh tahun yang lalu. Setidaknya prinsip itu menjadi benteng pertahananya untuk terhindar dari luka yang diukirkan pria yang hendak mendekatinya. Cukup mami, wanita terkuat dan kedua kakaknya serta dia yang mengalami penderitaan karna seorang pria tak berhati.

      "Prinsip? Apa prinsip itu?" tanya Morgan bertubi-tubi.

       "Iya, sebuah prinsip yang membuat aku berdiri. Tidak ada pernikahan dan seorang lelaki yang hadir di kehidupanku," Katanya dengan yakin.

        Di kemudian hari, penjahat sesungguhnya terungkap, masa lalu dan dendamlah yang memisahkan Hime dengan Morgan. Rendy, pria yang pernah memuja dan menjadi sahabat Hime, tega membuat rencana yang berakhir perpisahan. Semua kecerobohan,

    Hime menyesal tak mempercayai Morgan sebagai sahabat yang ia kenal setahun belakangan. Pria yang sempat mengungkapkan perasaan dan memberi kalung berbandul jam itu hilang dari kehidupannya sejak pertengkaran hebat itu terjadi.

      Meraih nilai yang cukup memuaskan tak mampu memberi kebahagian penuh di ujung kelulusan kuliah. Dua orang yang ingin ia peluk erat kini tak mampu hadir di sampingnya. Cukup dengan kamera yang menggantung di leher, Hime merekam kebahagian para mahasiswa bersama sahabat mereka. Ingin rasanya detik itu, ia memeluk Acel atau tidak Morgan.

       Hasil potret kameranya terlihat sosok tak asing, sosok yang tak bersemangat hidup karena seorang pria yang tak punya bakat untuk dipercaya. Akhirnya, gadis bawel itu bangun dari keterpurukan yang menyedihkan. Hime dapat bernapas legah. Setidaknya salah satu dari kedua sahabatnya bisa hadir untuk ia peluk di hari itu.

       "Kamu benar Me, aku harus wake up dan move on atas semua yang telah kulalui. Mungkin untuk melupakkannya sangat berat, bukan berarti aku terus menerus mengingatnya, kan?" Ujar Acel penuh semangat.

      "Aaaa... aku bangga jadi sahabat kamu Cel, akhirnya kamu bangkit dan move on dari Bisma," Hime memeluk erat Acel.

Bagaimanakah kisah seutuhnya? Yok... Baca di lembar-lembar berikutnya.... 😊😊

A Little WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang