23- Gift

4.7K 155 0
                                    

Tin tin

Bunyi klakson mobil membuat Zura berhenti menghabiskan sarapannya

"Sapa tu dek?" Tanya Darrel yang duduk di hadapan Zura

"Nggak tau. Bentar ya kak aku liat dulu" ujar Zura lalu berjalan menuju ruang tamu.

"Pagi Ra" sapa Willy saat Zura membukakan pintu

"Willy? Ngapain kamu ke sini pagi- pagi?" Kaget Zura

"Gue mau jemput lo ke sekolah" jawab Willy

"Loh kok mendadak sih" heran Zura. Willy cengengesan

"Yah gitu deh" jawab Willy seadanya

"Kalo gitu tunggu aku ngambil tas sama pamit ke kak Darrel" ujar Zura, Willy mengangguk.

Beberapa menit kemudian Zura kembali dengan tas yang telah tergantung di kedua pundaknya

"Ayo" ajak Zura. Willy mengangguk

Selama perjalanan Zura dan Willy sama-sama diam tak ada yang mencoba memecah keheningan. Hanya suara musik dari mobil Willy yang mengalun mengisi keheningan.

"Willy" panggil Zura

"Iya Ra?" Jawab Willy tanpa menoleh

"Kamu kok nggak marah sama aku?" Zura memelankan suaranya

"Marah kenapa?" Tanya Willy dengan wajah bingung. Zura hanya diam tak menjawab.

"Oh! Masalah yang kemaren ya?"ujar Willy lagi saat ia telah mengingat. Zura hanya mengangguk pelan

"Udahlah Ra, nggak usah dibahas slow ae. Nggak masalah. Cinta itu nggak harus memiliki kan?" Ujar Willy tersenyum tulus sambil mengacak pelan rambut Zura.

"Iya cinta memang nggak harus memiliki" ujar Zura pelan sambil tersenyum tipis ke arah jendela.

"Kamu sama Arsa baik-baik aja kan?" Tanya Zura lagi

"Emang gue sama Arsa kenapa? Kita biasa-biasa aja kok" tanggap Willy

"Oh gitu bagus deh" ujar Zura sambil kembali melihat keluar jendela

"Malah gue lagi mikir kado buat dia" tutur Willy lagi. Zura menengok pada Willy

"Kado?" Zura bertanya dengan wajah bingung

"Iya, Kamis depan dia ultah" Willy mengulum senyum

"Oh gitu ya" ujar Zura sambil manggut-manggut

Akhirnya tibalah mereka di sekolah. Zura turun dari mobil tak lupa mengucapkan terima kasih pada Willy. Ia berjalan duluan ke kelasnya.

***

Willy menghempaskan dirinya di kursi. Ia melihat pada kursi sebelah kanannya ada Arsa yang sedang memainkan ponselnya. Ia memerhatikan wajah lelaki itu dengan seksama

"Eh Sa, muka lu napa bonyok gitu?" Tanya Willy saat menyadari perbedaan di wajah Arsa

"Ditonjok kemaren di gang" jawab Arsa tanpa menoleh

"Kok bisa? Lo ada masalah apaan?" tanya Willy. Arsa menghela nafas panjang, ia meletakan ponselnya di atas meja lalu menoleh pada Willy. Ia pun menceritakan semuanya pada Willy mulai dari perbincangan ia dan Rio ayahnya sampai penyerangan di gang kemarin.

"Ck, dasar banci" komentar Willy saat selesai mendengar cerita Arsa. Arsa mengendikan bahunya tak peduli

"Lo harus hati-hati Sa, keselamatan lo terancam. Sekarang mereka nonjok lo, belum tau nantinya gimana. Bisa-bisa nyawa lo mereka incar juga" nasehat Willy sambil menepuk-nepuk bahu Arsa.

Hurts Love  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang