Zura kembali ke kelasnya setelah pembicaraannya dengan Bella. Ia memasuki kelasnya dan duduk di samping Bella tapi sepertinya gadis itu tak acuh padanya. Ia hanya sibuk dengan handphone dan earphone di telinganya.
Zura menggigit bibir bawahnya, perasaan tak enak menggerogoti hatinya. Ia jadi merasa tak enak hati pada Bella, baru pertama kali Bella semarah ini padanya biasanya jika Bella marah tak pernah sampai mendiamkannya.
Zura menarik nafas pelan lalu dengan sedikit keberanian ia menarik earphone di telinga Bella hingga sang empunya menatap tajam padanya"Bella marah yah sama aku?" Tanyanya dengan wajah menunduk. Sorot mata Bella mambuat nyalinya ciut.
"Menurut lo?" Zura mengangkat kepalanya membalas tatapan Bella
"Maafin aku yah, aku nggak maksud mau buat kamu marah sama aku Bella. Aku tau kamu nggak suka aku dekat-dekat sama Arsa." Isakannya mulai terdengar, tapi ia berusaha melanjutkan kalimatnya
"Tapi aku nggak bisa jauh-jauh dari Arsa. Aku mohon kamu jangan marah Bella, aku butuh kamu, aku butuh dukungan kamu, hiks hiks"
"Kalo aku bisa jauhin Arsa pasti udah aku lakuin Bella. Tapi aku nggak bisa, tadi waktu kamu marahin Arsa di sini sakit banget Bella" ujar Zura sambil memegang dadanya dengan air mata yang telah memenuhi kedua pipinya.
Bella meletakan handphonenya di atas meja lalu menghapus air mata Zura dengan jempolnya dan memeluk sahabatnya itu. Ia mengelus punggung Zura guna menenangkannya. Setelah Zura berhenti menangis Bella melepaskan pelukannya dan tersenyum dan menggenggam kedua tangan Zura.
"Maafin gue yah Ra, seharusnya gue nggak egois, seharusnya gue hargain keputusan lo. Sebenarnya gue nggak mau lu sakit hati gara-gara Arsa, tapi karena ini keputusan lo, gue bakal hargain itu gue bakal dukung lo" Zura menatap Bella berbinar-binar
"Jadi, kamu nggak marah lagi sama aku?" Bella menggelengkan kepalanya dan tersenyum
"Tapi kalo dia nyakitin kamu lagi aku nggak bakal diem" Zura menganggukan kepalanya cepat
"Pinky promise" ujar Bella sambil mengacungkan jari kelingkingnya. Zura tertawa dan membalas acungan kelingking Bella. Mereka berdua pun tertawa bersama.
***
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Zura dan Bella segera berjalan ke gerbang sekolah dan ternyata mereka sudah dijemput setelah saling berpamitan Bella segera memasuki mobil yang dikendarai sopirnya dan Zura menghampiri Darrel di mobilnya. Darrel selalu menggunakan mobil jika bersama Zura. Karena gadis itu adalah penderita asma
*bru diksh tau, mian mian 😘
"Lama nunggunya kak?" Tanya Zura saat memasuki mobil
"Benget dek, liat kakak udah lumutan ini" Zura terkekeh dan mencubit perut Darrel
"Awhh, kok dicubit sih dek" ucap Darrel kesal
"Hahaha iya deh iya maaf, pulang yuk kak, aku lapar"
Darrel lalu melajukan mobilnya, untungnya Jakarta tidak terlalu mecet siang ini. Mobil yang dikendarai Darrel dan Zura berhenti di lampu merah. Darrel fokus pada jalanan dan Zura melihat ke luar jendela hingga matanya terpaku pada seorang laki-laki yang membawa motor tepat di samping kaca jendela Zura yang tertutup. Untung saja kaca mobil itu gelap sehingga laki-laki itu tidak dapat melihat keberadaan Zura. Laki-laki itu Arsa berada di motornya tapi tidak sendiri melainkan dengan seorang perempuan yang tak dikenal oleh Zura. Tangan perempuan itu melingkar sempurna di pinggang Arsa.
Zura lalu menurunkan kaca jendelanya dan memanggil Arsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurts Love [COMPLETED]
Fiksi Remaja[NOTE: judul sebelumnya "Cinderella"] Azura Bertilda, gadis ceria dan polos yang sangat terobsesi dengan Cinderella, ia mengimpikan kisah cinta seindah dongeng itu, lucu?? tidak!! ia benar-benar menginginkannya. hingga ia bertemu Arsakiel Jourell se...