03. Our Sweet Moment

105 8 0
                                    

"Happy birthday Harry!" aku memeluknya singkat.

"Thankyou Allysa!" Aku tersenyum, "Hey you look so amazing tonight with that dress. Looks so fit for you."

"Oh... thanks Harry. Kau juga terlihat tampan dengan suit itu." Aku menyerahkan kotak sedang untuknya I give him a present. "Here for you, semoga kau menyukainya. Its not fancy or you know..." Harry menerimanya dengan senang hati.

"Wah terimakasih, aku pasti suka." Aku tersenyum simpul, "boleh kubuka?" aku mengangguk.

Aku memberi sebuah kado yang sederhana, scrapbook. Aku tahu itu klasik tapi... entahlah semoga Harry suka. Aku melihatnya yang tersenyum senang, they are so many sparkle in his amazing green eyes.

"Ini indah sekali Al. Thankyou so much I love it!" aku tersenyum senang, "Oh kau dapat foto ini dari mana?" ia menunjukkan sebuah fotonya yang menggunakan sebuah wig dan itu sangatlah lucu.

"Louis." He rolled his eyes and we laugh together. "Ia yang memberinya! Aku bersumpah."

Kami bercanda sampai Louis datang merangkul pundakku dan membuat Harry tersenyum penuh arti. Oh apa yang salah dengan ini? Lalu Harry pamit untuk pergi menuju teman-teman yang lainnya.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya.

"Tentang hadiah yang kuberi. He love it Lou!" Louis hanya memutar matanya, "Thankyou." Aku mengecup pipinya. "Uh maaf..." aku hendak melepaskan rangkulannya tapi ia tahan. Aku malu!

"Its okay." Ia tersenyum, "Mau kuambilkan minum?" aku mengangguk.

.

Aku akan pergi untuk beberapa hari, ini sangat penting. Take care sist. Carl xx

P.s aku sudah menitipkanmu kepada Louis

"Allyyysssaaaa!" seseorang mengetuk pintu dan tidak henti-hentinya menyerukan namaku, it was really embarrasing. Dengan malas aku membuka pintu yang cukup mengagetkanku dengan siapa yang datang, oh bocah ini sangat tidak tahu malu. Ia hanya berdiri dan memberi senyuman idiotnya. Sebelum aku menutup pintu ia sudah main masuk saja ke dalam. Hey! Ini rumahku!

"What a good boy." Ujarku sarkas.

"Ganti bajumu. Ayo kita olahraga!" ujarnya bersemangat. "Kita lari ayo! Didekat sini ada taman yang cukup sepi."

"Tap-"

"Come on!" Ajaknya semangat.

Aku berlari bersama Louis, kuakui udara kota London pagi ini segar sekali. Sepertinya Louis suka sekali lari pagi entahlah. Yang pasti aku tidak pernah kuat untuk berolahraga. Pernafasanku memang memiliki masalah sejak kecil, nilai pelajaran olahragaku pasti saja kecil.

"Lou-b... bisakah kit-a istirah..at sebentar?" aku berbicara sambil mencari oksigen, ini sakit.

"Duduklah..." ujarnya khawatir, aku berusaha memulihkan nafasku sebisaku. Sialnya alatku berada di rumah. Inhaler. I need it. Louis memberiku botol minumnya menyuruhku untuk minum dan tenang.

"Come on, bernafaslah dengan tenang Ally..." ia mengusapkan tangannya ke punggungku. "Inhale... Exhale... Inhale... Exhale..." aku mengikuti instruksinya. "Are you have an asthma attack?" tanyanya aku mengangguk frustasi, "Did you bring your inhaler?"

"No! I forget it. It hurts Lou..." bisikku masih menekan dadaku.

"Come on you can do it, honey." Ia terus menyuruhku untuk bernafas dengan tenang. Aku menggeleng pelan, "Lets go home."

Ia menggendongku sampai kamarku lalu meniduriku di kasur, ia terlihat mencari-cari sesuatu. "Where the hell is that stuff?" gumamnya, "Al, dimana?" Aku menunjuk ke meja riasku. Ia memberikannya kepadaku dan dengan tangan gemetar aku meraihnya, Louis membantuku.

"Easy baby, easy." ujarnya lembut, akhirnya aku bisa bernafas lega.

"Thankyou."

"Yeah." Ujarnya, "Im sorry." Tambahnya, aku menggeleng.

"Its fine." Ujarku, "Lagian ini bisa kambuh kapan saja."

"Tidak Al, kalau saja aku tidak memaksamu berlari mungkin tidak akan terjadi seperti ini... I'm so sorry." wajahnya penuh dengan penyesalan, aku mengangguk pasrah. Well, bukan sepenuhnya salah Louis aku juga salah karena tidak menjelaskan ini.

"Istirahatlah... aku akan membuat makanan untukmu." ia merapikan rambutku yang berantakan lalu mengecup keningku.

"Ayolah biar kusuapi!" Paksanya dan aku mengangguk pasrah. "Good." Ia menyedokkan chicken cream soup dan rasanya enak. Disaat Louis akan menyuapkan satu kepadaku ponselnya berbunyi dan ia mendecak sebal. Aku tahu ia tidak suka diganggu.

"Halo!" Sapanya, ini mengerikan. "What time is it? Oh shit... Okay! Okay aku segera kesana!" Louis yang sedang kesal datang. "Sepertinya aku harus pergi sekarang Al, aku lupa hari ini ada take vocal. Apa tidak apa aku tinggal?"

"Its okay." Ia menggenggam tanganku dan menciumnya.

"Baiklah. Kau..." ia menjawil hidungku, "istirahat! Jangan berkeliaran oke? Jika ada sesuatu hubungi aku." Aku tertawa dan mengangguk, bagaimanapun juga ia lucu. "Oh ya-"

"Sudah sana pergi!"

•••

Ihik! Louisnya... belum pacaran aja udah sweet. Lucu pulak. Haihaihaihai.

Feedbacks? x

z'uЬh

Allysa // l.t [editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang