06. Allysa and Eleanor...

23 2 0
                                    

"Morning," aku mengangguk memberikan senyuman kepada beberapa rekan kerjaku. Aku menyimpan tas dan coat ke meja, langsung mengetik beberapa laporan yang belum selesai kutulis.

"Ally!" Jack melempar gulungan kertas yang tepat mengenai kepalaku, "Here, aku belikan kopi untukmu. Sesuai dengan kesukaanmu."

"Aw, thankyou Jack." Aku menerimanya dengan senang hati.

"Oh ya Al, 15 menit lagi kita meeting. Kau sudah menyiapkan beberapa designnya kan?" aku mengangguk, "Okay, aku kembali dulu."

Aku menghela nafas, menyandarkan badanku ke kursi. Deadline semakin dekat, sebentar lagi awal bulan dan tim kami harus benar-benar selesai untuk menyelesaikan majalah edisi bulan depan. Well, aku bekerja di tim editor sebuah majalah di London. Ya begitulah, melelahkan tapi aku suka dengan pekerjaanku ini.

Lunch? My favo café? How's that sound?

Aku tersenyum dengan pesannya, ah Louis...

Sure. See ya at 1.

Ok, I'll pick u.

Aku mengunci ponselku dan mengambil laptop beserta berkas-berkas untuk meeting.

"Kau mau makan apa?" Louis membuka menu, "I want cheese burger and diet coke,"

"Jadikan dua saja." Aku tersenyum kepada si pelayan dan ia menulis pesanan kami lalu pergi. "So, kau sedang tidak ada kerjaan apa-apa?"

"Hanya pergi ke studio, menulis lagu, rekaman ya begitulah." Ia tersenyum, "I make a song about you." Aku menaikkan alisku tidak percaya, ia selalu mengerjaiku.

"Bohong."

"Aku serius, nanti kalau sudah jadi kau akan menjadi pendengar pertama. Aku janji." Aku menundukkan kepalaku, malu. Ia benar-benar tidak bercanda, disamping itu ia adalah penulis lagu yang sangat bagus. Oh God. "Omong-omong, bagaimana kerjaanmu?"

Kau pintar sekali mengalihkan pembicaraan. Louis.

.

Aku menutup laptopku, merasa mataku sudah cukup perih untuk menatap layar. Lebih baik aku pulang sekarang, hari semakin gelap dan sebentar lagi pasti turun hujan. Aku mempercepat langkahku, seharusnya aku menerima tawaran Louis tadi siang kalau tau begini caranya. Tetes-tetes hujan sudah mulai terlihat dan aku semakin memperbesar langkahku. Sepertinya aku akan berteduh di halte bus itu. Sesampainya, hujan dengan brutalnya membasahi London. Aku mulai kedinginan, badanku menggigil hebat. Sungguh aku tidak kuat dingin. Aku menggigit bibirku dalam-dalam mencoba untuk bertahan.

"Nona, kau baik-baik saja?" Aku mengadah menemukan seorang pria paruh baya menatapku khawatir.

"Yes, I'm fine." Ia menatapku lama dan akhirnya mengangguk.

Selama 15 menit hujan tidak kunjung berhenti dan aku semakin kedinginan. Aku merasakan ada yang membungkus pundakku, kutolehkan kepalaku dan mendapatkan lelaki memakai hoodienya dan rambut coklat yang berantakan serta mata birunya yang teduh. Sorot khawatir kentara jelas di matanya.

"Ayo pulang." Ia membantukku berdiri lalu membuka payungnya dan memasukkanku ke dalam range rover miliknya. "Kau basah." ia mengambil entah apa di jok belakangnya, jaket?

"Ini pakai, lepas jaketmu." Aku mengangguk dan melepaskan jaketku lalu memakai jaketnya. Parfum khas miliknya tercium langsung menusuk hidungku.

"Terimakasih, Louis." Ia mengangguk lalu menyalakan mesin mobilnya.

"Bagaimana kau bisa menemukanku?" tanyaku heran.

"Hanya kebetulan lewat jalan rumahmu dan aku menemukan sosok seperti kau, oh ternyata itu kau." Aku mengangguk paham, "Kenapa kau pulang jalan kaki?"

Allysa // l.t [editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang