1. 🌝 Inggris

2.7K 57 8
                                    

Dewi pagi perlahan lahan memunculkan tubuhnya, memantulkan sinarnya menuju halaman belakang rumah yang terdapat kolam renang, cahaya nya membias membentuk bayangan yang menari nari dan menyorot menerobos masuk kedalam celah jendela kamar Anta.

"Anta! Don't leave me alone, please! Anta, gue sayang sama lo, lo kenapa kaya gini sama guaa!"

"Hah...hah...hah... mimpi itu lagi! Fiuuh.." Anta mengacak rambutnya frustasi, bajunya lusuh penuh dengan keringat.

Anta beranjak dari kasur, tangannya menyambar handuk yang sedaritadi menggantung setia menunggu seseorang mengambilnya. Kakinya melangkah perlahan demi perlahan menuju sebuah kamar mandi berukuran 4×5 meter.
Tangannya sibuk mengatur water heater yang dipasang diatas bathub, Anta menyalakan air hangat karena memang saat itu langit New York di selimuti salju. Anta merebahkan dirinya dalam bathub, pernah Anta mendengar suatu penelitian bahwa air hangat bisa membuat pikiran rilex dari stress, dan itu berlaku bagi Anta.

"Maafin gua ya Han, bukannya gua ga cinta sama lo, tapi gua mengalah Han, demi kebaikan Ifan" Anta terus menerus merasa menyesal karena telah meninggalkan Hana yang sedang butuh sandaran. Air mata itu selalu jatuh ketika Anta mengingat nama Hana, entah mengapa kelopak matanya selalu tidak bisa membendung cairan bening tersebut jika itu menyangkut Hana. Hati sangat rapuh kali ini, bagaikan Pensil 2B yang patah saat USBN berlangsung, Rapuh hayati bang wkwk.

Handuk berwarna Cream itu ia lilitkan tepat dibawah pusarnya, dada kokoh nya ia biarkan terbuka, mata hazel nya mengerjap setiap kali bulir demi bulir butiran air yang mengalir melewatinya.

T shirt berwarna hitam nya, ia padukan dengan hoodie berwarna putih, blue jeans berwarna biru belel menambah kesan cool nya. Kakinya berlari lari kecil menuruni anak tangga apartemen yang langsung terhubung dengan ruang tamu, disana terdapat laki laki paruh baya yang sedang sibuk berkutat dengan layar laptop nya.

"Ready for school, little prince?" Hans selalu memanggil Anta dengan sebutan little prince, itu karena kedekatannya dengan Anta sejak Anta kecil. Berbeda dengan Gala, Hans tidak akrab dengan Gala dikarenakan Gala selalu nempel seperti prangko kepada Grace.

Yang disapa pun memajukan bibirnya.
"Please daddy, i'm not your little prince anymore. I'm Sixteen years old, i'm teenager!" Anta memakai sepatunya dan memijak bumi keras keras, sehingga membuat dentuman keras yang menggema di lorong apartemen.

"Don't be mad at me, papa kan cuma bercanda" Hans mengacak rambut Anta gemas. "Papa tau sekarang kamu udah besar, setahun lagi kamu udah bisa buat KTP" Hans menyunggingkan senyum tulusnya.

"Bikin KTP pa? Ya mending kalau kita jadi balik ke Indonesia" Anta berlalu begitu saja meninggalkan Hans.

"Anta tunggu! Ini kunci mobilnya, kamu mau ke sekolah jalan kaki?" Hans menjulurkan kunci mobil yang menggantung di jari telunjuknya.

"Gak, yang aku mau balik ke Indonesia. Aku harap papa mengerti dan tidak bersikap egois terus!"

"Papa ga egois Anta! Ini juga kan demi kebaikan kamu!" Anta hanya berlalu dan benar benar mengacuhkan omongan Hans.

Beginilah rutinitas di pagi hari Anta, berdebat dengan papanya sudah menjadi menu sarapan baginya. Bukannya pergi ke sekolah, Anta malah membolos dan pergi ke sebuah taman yang berada di sudut kota. Anta memanglah bukan manusia penyuka aturan. Ia tidak suka dikekang, ambisius dan tidak suka diatur. Ia tidak nakal, ia malah pintar seperti Gala, hanya bedanya Anta agak sedikit liar, bukannya nakal atau bandel hanya saja Anta ingin hidup bebas tanpa aturan dan paksaan orang tua.

Anta duduk termenung diatas sebuah kursi ukir berwarna putih yang letaknya tepat dibawah pohon, Mata hazel nya terpejam menikmati alunan musik yang berasal dari earphone berlambang "b" berwarna Gold. Butiran butiran salju tipis yang jatuh dari pohon diatas nya menambah suasana Rilex nya. Ini adalah kebiasaan Anta ketika ia sedang tidak bergairah dan badmood. Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama. Tiba tiba saja sebuah Bus kota berhenti di pinggir jalan di depan taman dimana ia duduk, bisa dipastikan bus tersebut mogok. Seketika pintu bus terbuka, terlihat seorang gadis remaja sebayanya yang sedang menuruni tangga bus.

"Ah elah pake acara mogok segala, ribet kan jadinya. Mana dingin lagi diluar sini, mana gapake jaket lagi. Bikes deh jadi pengen pulang ke Indonesia deh kalo kaya gini. Alemong alemong" Wanita tersebut terus mengoceh ala artis Indonesia Iis dahlia. Anta merasa ketenangannya terusik dengan segala ocehan cewe tersebut.

"Berisik banget sih lo! Ngoceh mulu kek tukang obat. Mending kalau cakep, muka kek cabe pasar aja gaya!" Mulut usil Anta mulai beraksi. Jangan sekali kali mengganggu ketenangan Anta, karena itu sama saja dengan membangunkan raja singa yang sedang tidur.

"Ih lo orang Indo juga? Ko kamu jahat gitu sih, ga kasian apa sama saya, kamu ga liat bus yang saya naikin mogok?" Wanita tersebut menundukkan kepalanya kecewa. Ia merasa senang karena bisa bertemu seseorang yang berasal dari negara sama, hanya saja ia kecewa karena orang tersebut unfriendly.

"Iya gua orang Indo, kenapa? Gua tau gue emang ganteng. Dan lo bilang gue jahat? Lo tu yang gapunya hati, lo udah merusak segala ketenangan gue! Dasar troublemaker!" Anta melepas earphone yang asalnya menempel di kupingnya.

"Najis ngaca dong supir bus sama kamu aja gantengan supir bus! Dan enak aja ya, kamu bilang saya troublemaker, kamu kali tuh yang sinting, pengen tenang di pinggir jalan. Kalau mau tenang tuh di kuburan sana!" Wanita tersebut malah mengibaskan rambutnya manja, dan memelototkan matanya.

"Bodo, apaansih lo ngibas ngibasin rambut alay lo! Rambut gimbal kek mbah surip aja bangga. Mending kalau badai, segala warna oren lagi, kek jagung tau ga! Haha!" Anta berdecih dan tertawa meledek.

"Ya daripada kamu Mr. Komentator, the comment dasar!" Wanita tersebut memajukan dagunya angkuh.

"I don't care Ms. Troublemaker!" Anta memakai earphone nya kembali dan menaikan volume lagu sampai full.

"Nama saya Luna ya! Dan asal kamu tau, saya itu anak kelas 10 Sastra Inggris di Edison High School!" Luna menarik buku yang sedaritadi dijadikan bantal oleh Anta.

"Heh dasar tangan panjang, nyuri nyuri buku gue! Sini balikin!" Anta menengadah dan berusaha menjangkau buku yang berada dalam genggaman Luna.

"Hmm Antariksa Langit Grahans, anak kelas 10 Hukum di Edison High School! Liat aja nanti pembalasan dari saya di sekolah! Bye!" Luna melempar asal buku milik Anta dan berlalu menaiki bus yang ternyata sudah bisa menyala.

"TUNGGU AJA TANGGAL MAINNYA, MISTER KOMENTATOR!" Suara teriakan Luna membaur dengan deru mesin bus. Anta hanya menggeleng dan membuang nafasnya kasar. Hari ini benar benar runyam!.

_______________________________________________________________

Gimana lebih suka Anta atau Gala? Comment ya Guys. Aku lagi pengen adain polling aja antara Gala dan Anta. Jujur aku sih lebih suka Gala yang disiplin dan pintar. Jangan lupa VOTEMENT!

ANTARIKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang