ANTARIKSA

2. 🌝 Miss Troublemaker

Dingin malam berhembus menusuk sukma, hujan salju di selimuti kabut tebal. Jam di tangan kanannya seolah olah menyatakan pukul 09.00 malam. Ia menaikan kupluk wol nya sehingga menutupi kepala. Bibirnya mulai bergetar. Dingin seolah menusuk hidungnya.

Anta bangkit dan segera berlalu pulang meninggalkan London eye,  Saat itu London eye sepi, hanya tinggal Anta beserta dua pasang kekasih yang sedang bercumbu. Begitulah kebudayaan di Inggris, sudah tidak aneh bagi Anta melihat adegan seperti itu di muka umum, bagi mereka itu adalah hal yang lazim.

Anta menyetop taxi yang lewat di tepi jalan malam itu. Taxi tersebut mengantar Anta ke sebuah apartemen tempat dimana ia tinggal.
Setelah sampai, Anta memberikan tiga lembar uang dan bergegas memasuki kawasan apartemen.

"Baru pulang?" Hans bertanya kepada Anta, namun seperti biasa pandangannya tetap ke layar laptop. Yang ditanya pun hanya menaikkan sebelah alisnya dan mengangguk samar.

Ini yang Anta tidak suka dari papanya. Papanya tidak terlalu peduli dengan Anta, bahkan Anta pulang larut malam pun, Hans tidak pernah menegur atau memarahinya. Jujur Anta memang tidak suka dikekang, namun perhatian orang tua adalah hak setiap anak kan? Anta rasa selama ini papanya sudah kebablasan. Ia benar benar tidak mempedulikan Anta. Selain malas tujuan Anta membolos kesekolah dan pulang larut malam juga adalah demi mendapatkan perhatian Hans. Namun mustahil, Hans semakin hari malah semakin cuek dan lupa akan keadaan anaknya.

Berbeda dengan Gala, Gala bukanlah anak yang manja dan harus selalu diperhatikan. Gala adalah anak yang mandiri dan patuh peraturan. Ia selalu menurut apa kata kedua orang tuanya. Tak heran jika Gala selalu menjabat sebagai juara umum dan siswa teladan sekolah. Namun tak bisa dipungkuri ketika Gala sedang emosi dan stress sifatnya akan kambuh seperti Anta. Memang Anta juga pintar, hanya saja pintar kebelinger. Sifat egois, manja, ambisius dan liarnya, membuat kepintarannya hampir tidak terlihat.

Lalu apakah Anta anak yang durhaka? Yang selalu membantah omongan Papanya? Jawabannya adalah tidak, Anta tidak membenci Hans, Hanya saja Anta memegang prinsip jika orang itu ingin disukai maka buat senang orang lain terlebih dahulu. Anta tidak menyukai Hans hanya karena hal sederhana, hanya karena Hans tidak bisa membuat Anta pulang kembali ke Indonesia.

Anta menjatuhkan tas yang sedaritadi bertengger di pundaknya, melempar jaket nya asal dan segera menaiki kasurnya untuk pergi ke dunia mimpi.

🌝🌝🌝

Krriiinggggg........
Nyaring weker di nakas berbaur dengan suara dengkuran Anta. Walaupun sedang tidur Anta mampu membuat suara weker itu berhenti. Tangan kanannya menengadah dan memencet salah satu tombol yang tersedia disana. Setelah suara weker itu berhenti, Anta bangkit dan menyingkap tirai yang menggantung setia di jendela kamar, seketika seberkas cahaya itu menyorot permukaan wajah Anta. Saat tirai itu terbuka Anta agak sedikit melamun, ia bukan melamun namun sedang berpikir. Pasalnya ketika ia memandang ke luar lewat jendela terlihat sebuah mobil yang sedang mengantri keluar gedung, sudah bisa dipastikan mobil tersebut adalah mobil Hans. Karena Anta cukup hafal plat nomor mobil tersebut.

"Aarrrgghhh... sialan daddy bener bener keterlaluan, bisa bisanya ninggalin gue sepagi ini! Gue harus naik apa nanti ke sekolah! Daddy udah kebablasan!" Anta mengacak rambutnya frustasi.

Dengan segera Anta mandi, berpakaian dan bersiap siap pergi ke sekolah. Bagaimana pun juga ia harus berangkat lebih pagi dari biasanya. Karena ia harus menaiki bus atau angkutan umum. Anta mengunci pintu apartemen nya dan bergegas menuju halte bus di luar gedung. Sekitar lima menit menunggu, akhirnya sebuah bus berhenti di depan Anta. Anta masuk kedalam bus yang penuhnya naudzubillah, karena Anta akui bahwa ia berangkat kurang pagi. Dengan sekuat tenaga Anta masuk kedalam jubalan manusia dan menemukan sebuah kursi yang masih kosong. Dengan cekatan Anta memakirkan bokongnya diatas kursi tersebut.