03

14.2K 530 14
                                    

Sudah satu minggu Vanessa terjebak dalam rumah ini, ia tidak bisa melakukan apa-apa karena terkunci di dalam kamar. Sejak malam itu ia tidak pernah lagi melihat keberadaan Gerald, tapi itu sangat menguntungkan baginya. Karena ia memiliki waktu untuk memikirkan segala cara untuk kabur, tapi sampai sekarang ia belum menemukan titik terang apalagi dengan penjagaan ketat di seluruh rumah.

Vanessa terus berjalan kesana kemari masih terus memikirkan cara untuk kabur, ia frustasi karena belum menemukan apa-apa. Belum lagi ia tidak tahu apa alasan Gerald membenci keluarganya. Dan itu sangat membingungkan.

“Apa kau akan terus berputar-putar seperti itu selamanya?” suara berat Gerald menghentikan langkah Vanessa, lalu berbalik dengan terkejut.

“Gerald, apa yang kau lakukan disini?”

“Kenapa kau membantunya?” Suara berat pria itu menggelegar di ruangan tersebut. Terdengar tenang memang, namun tetap saja siapapun yang mendengarnya akan merinding.

“Apa maksudmu, Gerald?” tanya gadis itu tidak mengerti.

“Kenapa kau membantu Vincent menyembunyikan wanita itu, huh?” tanyanya marah ketika ia maju dan mencengkeram kuat pipi gadis itu, yang masih belum mengerti apa yang sedang terjadi.

“Sungguh, aku tidak mengerti apa yang kau katakan,” lirih Vanesa ketakutan, bahkan air matanya kini sudah kembali menyapa pipi mulusnya.

“Apa kepala cantikmu ini perlu di benturkan ke tembok terlebih dahulu? Agar kau bisa mengingat bahwa Vincent pernah membawa wanita kerumahmu?” suara Gerald sudah mulai mengeras menandakan kalau saat ini dia tengah marah besar.

Vanessa terdiam, ia ingat Vincent pernah membawa wanita kerumahnya dan memohon kepadanya untuk menyembunyikan wanita itu serta memaksanya yang saat itu masih dokter praktek untuk membantu wanita itu. Dan ia ingat wanita itu adalah pasien pertamanya yang meninggal karena kesalahannya.

“Dan aku baru tahu kau adalah dokter yang saat itu menanganinya, sekaligus pembunuhnya.”

“Wanita itu ... wanita itu siapa?” Vanesa tidak menutupi rasa takutnya, Vincent tidak mau memberitahunya siapa wanita itu. Ia hanya terus memaksanya untuk menolong wanita tersebut.

“Dia istriku, sialan!”

"Istri? Wanita yang dibawa kak Vincent itu istrimu?" Vanessa sudah melakukan kesalahan. Dia pembunuh, perkataan Gerald kembali membawa ingatannya ke masa lalu. Ingatan yang ingin Vanessa lupakan selama-lamanya.

Gerald kembali menyentak rambut Venessa, membuat gadis itu mendongak. "Iya dia istriku. Kau membunuh istriku, sialan!"

“Maaf ... maafkan aku,” jawab gadis itu lirih.

“Kata maafmu tidak akan pernah sebanding dengan apa yang pernah kau lakukan.”

“Aku tidak tahu, sungguh,” lirihnya sekali lagi, sedikit memberi jeda disela ucapannya. “Aku bahkan baru mengetahui sekarang. Vincent sama sekali tidak memberitahuku apa-apa tentang wanita itu.”

Gadis itu tahu bahwa semua ucapannya tidak akan dipercaya dengan mudah. Salahnya sendiri yang menjadi pengecut selama empat tahun, harusnya ia tetap tinggal dan mempertanggung jawabkan segalanya.

“Aku tidak akan pernah ingin mendengar alasan dari mulutmu itu, sialan. Yang aku tahu kau membunuhnya, kau dan Vincent telah membunuh istriku, kalian telah bekerja sama membunuh istriku!" Napasnya terengah setelah mengatakan kalimat itu. Amarahnya benar-benar tidak bisa dibendung lagi. Ingin rasanya ia meremukkan leher itu sekarang juga.

Vanessa bahkan menjerit saat rambutnya ditarik dengan kasar, membuatnya terdongak dan langsung menatap mata grey tersebut. Sementara kedua tangannya berusaha menjauhkan tangan pria itu dari kepalanya.

Her Revenge (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang