05

14K 465 17
                                    

Seorang pria dengan pakaian formalnya tampak baru saja ingin memasuki ruangan pribadinya, belum sempat tangannya memegang handle pintu, sekertaris datang mencegatnya.

“Maaf, Tuan Rafael. Ada tamu yang ingin bertemu dengan anda!” Wanita seksi yang merangkap sekertaris itu memberitahu bosnya.

“Siapa?”

“Aku tidak tahu, ia hanya mengatakan teman anda.”

Rafael mengangguk, “Baik, kembalilah bekerja, Maureen.” Rafael sengaja mengusirnya, sedari tadi ia jengah dengan penampilan sekertarisnya itu.

Rafael membuka pintu dan sangat terkejut siapa yang berada di ruangannya saat ini.

“Kenapa kamu bisa ke sini?” tanyanya, mengambil tempat di depan tamunya tersebut.

“Kamu berjanji akan membawa Vanessa kembali ke sini, tetapi aku baru dapat kabar kalau Vanessa sudah berada di tangan Gerald. Dan sialnya, dia akan menikahi adikku!” Pria itu mengatakan langsung tujuannya datang kemari tanpa basa-basi terlebih dahulu.

“Aku kalah cepat, Vincent!”

Ya ... tamu Rafael adalah Vincent, kakak dari Vanessa.

“Kenapa kamu bisa kalah cepat, bukankah aku sudah memberitahumu kalau Vanessa akan pulang hari itu." Vincent sudah tampak marah.

Rafael berdehem, “Ternyata Vanessa langsung pulang kerumah kalian, dan Gerald yang juga mengetahui kepulangannya segera menjemputnya di rumahmu.”

“Sialan!” Vincent berdiri mondar-mandir di depan Rafael dan tampak memikirkan sesuatu untuk menyelamatkan adiknya. “Aku harus bagaimana, Rafael? Vanessa-ku bisa mati di tangan Gerald.” Vincent tampak frustasi.

Rafael berdiri mendekati Vincent yang terus saja berjalan mondar-mandir, “Tenanglah, Vincent. Kita bisa memikirkan cara untuk ....”

“Aku tidak bisa tenang, Rafael!” potongnya cepat, menatap tajam kearah Rafael. “Adikku berada dalam bahaya, bagaimana mungkin aku bisa tenang.” Kembali berjalan mondar-mandir, “Gerald sudah memendam amarah selama empat tahun karena kematian istrinya, pria yang kehilangan cintanya bisa berubah menjadi iblis yang kejam. Dan sialnya, Vanessa berada di sana di tangan iblis kejam itu. Vanessa-ku akan mati.”

Vincent menyugar rambutnya dengan kasar, “Tidak ... tidak, Vanessa tidak boleh mati. Aku harus menemui Gerald, aku siap mati asal bukan adikku yang menderita.” Vincent sudah kehilangan arah, tidak memperdulikan apa yang baru saja dikatakannya.

Rafael tampak marah, maju mencengkeram kedua pundak Vincent. “Kau jangan gegabah, Vincent! Jangan sampai empat tahunmu sia-sia hanya karena kenekatanmu seperti itu. Kita harus memikirkan cara untuk menyelamatkan adik kamu.”

Vincent menunduk, sadar kalau perkataan sahabatnya itu ada benarnya. Empat tahun yang dilaluinya selama ini akan sia-sia kalau  memang harus secepat ini menyerahkan diri. Masih banyak yang harus ia lakukan, perusahaan ayahnya harus ia bangun kembali. Ia terus mensugesti fikirannya kalau Gerald tidak mungkin menyakiti adiknya.

Kemudian Rafael tampak menemukan sesuatu, bibirnya tertarik hingga membentuk senyum licik yang samar. Ia mendekati Vincent dengan senyum licik yang semakin terlihat. "Tetapi kita bisa membuat Vanessa menjadi kelemahan Gerald, kita buat Gerald mencintai Vanessa dan setelah itu kita bisa menghancurkannya.” Rafael berkata dengan puas.

Vincent mengangkat alis, sama sekali tidak menyukai apa yang baru saja direncanakan sahabatnya itu, “Brengsek, kau!” Mencengkeram kedua kerah baju Rafael, “Aku tidak mau adikku dijadikan umpan, kalau kamu tidak bisa membantuku, aku sendiri yang akan menyelamatkan adikku.” Vincent mendorong dengan keras tubuh kekar Rafael, Rafael sedikit terhuyung tapi masih bisa menjaga keseimbangan sehingga tidak terjengkal dengan keras ke lantai.

Her Revenge (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang