*jealous*

38.3K 1.8K 37
                                    

"Zirco," panggil Hafizah.

Zirco mengabaikannya dan terus menarik lengan Hafizah sambil berjalan menyusuri trotoar.

"Zirco, tanganku sakit."

Cowok itu langsung berhenti dan menatap Hafizah dingin.

"Lo jangan dekat-dekat dia lagi!" titah Zirco sambil menatap dingin Hafizah.

"Sanjay? Dia sahabat kecilku!" ucap Hafizah yang langsung direspon geram dari Zirco.

Zirco memegang pundak Hafizah lalu menatap gadis itu tajam. "Ingat kata-kata gue, yang sudah jadi milik gue gak boleh di sentuh orang lain! Paham!"

Hafizah menunduk. "Kenapa kamu tiba-tiba berkata aku milikmu, aku baru pertama kali sekolah disini, aku baru saja bertemu denganmu Zirco. Aku bukan milikmu Zir,"

Sudut bibir Zirco tertarik sedikit. "Gue akan mengubah status lo jadi gadis gue, selesaikan! Dan tidak ada penolakan!"

Hafizah mendengus kesal. "Sabar Hafizah" batin Hafizah.

Lalu Zirco membawa Hafizah menuju kursi taman dekat sekolah, mereka duduk di salah satu kursi taman.

"Obatin luka gue," lalu Zirco duduk bersandar di kursi.

"Astagfirullah! Aku baru nyadar mukamu banyak luka," Hafizah langsung mengambil P3K yang selalu di bawanya kemana-mana di tasnya.

"Kok bisa luka begini?" tanya Hafizah.

"Tawuran," jawab Zirco sambil menatap Hafizah.

"Zirco, kenapa suka tawuran sih? Kan gak ada untungnya buat kamu, malah muka kamu yang luka begini! Jangan tawuran lagi ya!" nasehat Hafizah sambil memberi betadine di dahi kanan Zirco.

Zirco menatap kearah gadis yang telah menjadi gadisnya, dia seperti melihat bunda dihadapannya.

"Iya Bun," tanpa sadar Zirco berbicara seperti itu.

"Bun?" tanya Hafizah memberi tatapan bingung.

"Obatin," desak Zirco, dia sengaja mengalihkan pembicaraan.

Hafizah mengobati luka yang ada di wajah Zirko dengan hati-hati jangan sampai tangannya menyentuh kulit Zirco sedikitpun, sedangkan Zirco menatap Hafizah yang mirip bundanya dengan perasaan senang.

"Selesai," Hafizah menempelkan plester di dahi Zirco dengan tersenyum.

"Pulang," ucap Zirco dengan nada datarnya sambil berdiri dari kursi lalu menatap Hafizah agar pergi bersamanya.

"Eh.. nggak usah, abangku sudah nunggu di halte." Hafizah memeriksa pesan dari abangnya di ponselnya.

"Gue anterin," ucap Zirco dengan nada tegas.

Hafizah menarik napas panjang, kenapa dia bisa ketemu cowok pemaksaan kayak Zirco?

Mereka menyusuri trotoar tanpa pembicaraan, Hafizah berjalan mendahului Zirco yang sedang santai berjalan sambil memasukkan kedua tangannya dalam kantong celananya. Zirco terus memperhatikan langkah gadis yang sudah dinyatakan menjadi miliknya.

Sreett

Zirco menarik tas brown dark Hafizah dengan cepat sehingga gadis itu terjatuh ke belakang menabrak badan Zirco.

Hafizah menoleh ke belakangnya dengan wajah terkejut. "Zirco, kalau aku jatuh gimana?"

"Jalan jangan nunduk," lalu Zirco menunjuk tiang rambu lalu lintas di depan Hafizah.

Wajah Hafizah langsung menjadi merah menahan malunya. "Makasih" gadis itu langsung mempercepat langkahnya.

"Mirip Bunda," batin Zirco.

ZIRCO (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang