Pembukaan

428 25 6
                                    

          Tepat seperti yang diceritakan oleh banyak orang, Alexandria di sore hari tampak begitu memesona. Langitnya seperti sedang diwarnai kuning keemasan,  terhampar anggun tanpa awan yang menggantung. Bibir pantai dihiasi hamparan pasir putih kekuningan, khas padang pasir Timur Tengah, berbaur dengan bebatuan yang menonjol di sana-sini.

        Ombak berkebut saling kejar mengenai bibir pantai, sesekali menyapu rumah-rumahan pasir yang anak-anak buat. Mereka tampak sangat bahagia. Di beberapa tempat, di sepanjang pantai, sepasang muda-muda asik bercengkerama dengan memandang gelombang ombak yang naik turun.

         Tiba-tiba ponselku berbunyi, panggilan dari nomor tidak dikenal. "Assalamualaikum Mufi. Aku dengar sekarang kamu sedang ada di Alexandria? Apa kabar?"

          Bayangan seseorang yang tak mau kuingat muncul lagi di satu sudut rahasia, ialah hatiku. Tanganku bergetar, berkeringat dingin, terlebih badanku yang rasanya ingin kubanting ke pasir ini. Kau kembali hadir tanpa dinyana. Membuat rumit benakku dengan munculnya berbagai tanda tanya. Bertahun-tahun menunggumu untuk sebuah pertemuan adalah hobi yang tak pernah kaupenuhi. Tapi apakah di kehidupanku yang sekarang, kebiasaan merindukanmu masih pantas untuk aku rasakan? Mencintaimu membuatku berani bermimpi sejauh ini, kau juga yang membuat setiap kenangan menjadi kata-kata yang berharga, namun mencintaimu juga harus berani mengikhlaskan.

         Aku matikan ponselku. Matahari perlahan meninggalkan warna emasnya. Sembari menata hati dengan berzikir kutatap hamparan laut Mediterania yang masih bersolek.

           Alexandria memang kota favorit yang selalu kausinggahi jika perkuliahan di Al-Alzhar libur. Hari ini Allah izinkan aku untuk mewujudkan cita-cita terbesarku. Tiba-tiba hatiku berdesir. Yah aku rindu dia YaAllah. Tapi kenapa saat ini aku hanya mampu memberikan sepotong rinduku saja? Bukannya aku dulu benar-benar merindukan dan menginginkanmu menjadi imamku kelak?

(penasaran yaaa sama kisahnya, heheh simak terus aja yak cerita ini. Terima kasih

salam :)

Sepotong Rindu di AlexandriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang