1. Kabar Pernikahan Danu

319 16 6
                                    

           Pukul tiga dini hari aku masih melingkarkan tubuh di tempat tidur dengan selimut pemberian ibuku. Alangkah nikmatnya tidur dibandingkan bangun salat tahajud. Saat sedang bermimpi indah,  berkali-kali ponselku berdering, membuyarkan mimpi. Pasti  panggilan telefon dari ibuku ."Bu lima menit lagi Mufi bangun." Dengan mata yang masih merem-melek, kucari ponsel yang tersembunyi di antara buku yang berserakan di atas kasur. Aku menekan tombol kunci ponsel androidku, lalu menggeser layarnya ke atas

          Astaghfirullah! Sudah pukul tiga lebih lima belas, pantas saja banyak sekali panggilan tidak terjawab dari ibuku. Ah rasanya aku sangat beruntung memiliki kedua orang tua yang tak ingin anaknya menderita  dunia dan akhirat. Maka dari itu setiap pukul tiga dini hari ibu selalu membangunkan anak-anaknya untuk salat tahajud, katanya kalau ingin sukses dunia akhirat, dimudahkan rezeki, dikabulkan segala doa dan dimudahkan urusan jodoh, maka kuncinya salat tahajud dan duha. Urusan jodoh? Sudah lah biar menjadi rahasia Allah saja, sebagai hambanya aku hanya perlu menjaga dari perasaan yang intim antara laki-laki dan perempuan. Tentunya aku pun tak ingin masa laluku terulang kembali.

          Sudah ah, mikir apa sih aku ini,

         Aku bergegas mengambil air wudu. Mukenah yang aku gantung di kapstok segera kuambil. Bagian terpenting dari bangun malamku selain salat tahajud adalah berdoa dan menangis. Bagiku malam bukan hanya menawarkan untuk lebih dekat denganNya, lebih dari itu-malam dengan segala kesunyian dan kesyahduanya menjadi waktu yang tepat untuk merenung. Tasbih yang melingkar di jari kananku masih berputar mengikuti lantunan zikir.

          "Laa ilaha illallah..."

         Udara dingin mulai menyusup kisi-kisi jendala kamar kos. Sudah menjadi kebiasaan setiap menjelang subuh sampai menejelang fajar udara di kota Yogyakarta mendadak dingin. Barangkali ini juga menjadi ujian terberat kaum muslim untuk melaksanakan salat subuh, apalagi melangkahkan kaki ke masjid. Yah, setan selalu menggoda dengan mengelus-elus rambut dan menyuruh menarik selimut agar tubuh terasa hangat, hingga meninggalkan salat subuh. Nauzubillah.

          Ya Allah dengan berdoa seperti sekarang, artinya aku sedang menghadapMu sebagai hamba yang penuh dosa dan kefakiran. Aku percaya, doa adalah bentuk komunikasi diri hamba kepadaMu .Segala puji bagiMu Tuhan semesta alam, dan Rasulullah SAW utusanMu, hamba mohon ampunilah dosaku, dosa orang tuaku, adik-adikku, seluruh keluargaku, juga seluruh umat Nabi Muhammad.

            Dengan terus merapal doa, air mata jatuh satu per satu. Dalam doaku selalu saja muncul wajah ke dua orang tuaku yang kian menua. Di akhir doa tak lupa aku sisipkan untuk diberi jodoh terbaik menurutNya.

          Ya Allah jika saatnya tiba, ketika diri ini sudah siap. kirimlah pria yang baik menurutMu, yang bisa membimbing hamba menjadi lebih baik, dan menerima segala kekuranganku. Kalau pun aku jatuh cinta lagi kepada seseorang, jadikanlah cinta itu membuatku semakin dekat denganMu. Aamiin

          Setelah melipat sajadah, sembari menanti azan subuh berkumandang aku mengecek beberapa pesan whatsapp yang belum sempat aku baca.

Assalamualaikum. Mufi aku punya kabar mengejutkan untukmu. Mas Danu lelaki yang pernah janjiin kamu nikah, dan yang membuatmu galau berkepanjangan, besok menikah! Kamu diundang gak?hehe... Udah jangan sedih terus! :)

             Aku duduk kembali sebelum akhirnya tersenyum, alhamduillah kalau dia besok menikah. Sedih? engga tuh. Alah wong cuman masa lalu saja kok. Lagian aku sudah membereskan hati sejak lama.

*****

(Gimana temen-temen ceritanya menarik ga?. Ikutin terus aja yak cerita Tuhan Beri Aku Cinta. Jangan lupa komentar dan votenya. makasih)

salam :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepotong Rindu di AlexandriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang