Cup.
Woojin mengecup bibir Hyungseob...
...secara tidak sadar.
Woojin segera menjauhkan kepalanya dari Hyungseob. Kemudian ia tampak sangat salah tingkah. Ia tidak berani menatap Daehwi yang sepertinya melihat dengan jelas kejadian barusan, apalagi menatap Hyungseob yang menjadi korban alam bawah sadarnya. Untung saja Jieun masih sibuk dengan choco lava miliknya.
Woojin kemudian berbisik pada Jieun, "duduk sendiri dulu dek, kakak mau ke toilet."
Jieun menoleh menatap Woojin, kemudian mengecup bibir Woojin sekilas sebelum akhirnya ia pindah duduk di samping Woojin, "jangan lama ya kak."
"Toiletnya dimana ya?" Woojin bertanya pada Daehwi, kemudian setelah Daehwi menunjukkannya, Woojin melangkahkan kakinya ke toilet.
Woojin segera membasuh wajahnya di wastafel begitu ia memasuki toilet. Ia memandang wajahnya sendiri di cermin sambil terus memegangi dadanya. Kemudian ia menunduk sambil memejamkan matanya. Merutuki kelakuan bodohnya sendiri barusan.
Memang benar ia merindukan sentuhan bibir Hyungseob di bibirnya, tapi barusan adalah waktu yang tidak tepat. Apalagi ada Jieun di pangkuannya. Apalagi barusan Daehwi melihat kelakuan bodohnya.
Sambil masih membungkus rasa malunya tanpa membuka kedua matanya, Woojin mendengar suara pintu toilet terbuka. Feelingnya mengatakan bahwa yang masuk ke dalam toilet adalah Hyungseob. Kalau bukan dia memangnya siapa lagi?
Woojin merasakan perutnya hangat. Ia membuka matanya perlahan untuk memastikan dugaannya. Ternyata benar ada tangan yang melingkar di perutnya seperti dugaannya.
Woojin menoleh ke belakang, lalu menemukan Hyungseob sedang tersenyum manis kepadanya.
Woojin melepaskan tangan Hyungseob dari perutnya, lalu ia membalikkan badannya dan menatap Hyungseob. Yang ditatap langsung mengalungkan tangannya di leher Woojin. Membuat jantung Woojin berpacu semakin kencang. Matanya terus menatap bibir merah muda Hyungseob yang sangat menggoda. Hormonnya juga sudah menyuruhnya untuk melampiaskan rasa rindu yang mendorongnya untuk datang menemui Hyungseob.
Sehingga yang selanjutnya terjadi adalah Woojin yang tidak bisa menahan hormonnya lagi untuk terus menatap bibir Hyungseob. Woojin menempelkan bibirnya pada bibir Hyungseob, membuat Hyungseob mengeratkan tangannya yang melingkar di leher Woojin.
Woojin melingkarkan tangannya di pinggang Hyungseob, dan dapat ia rasakan kalau Hyungseob tersenyum dalam ciuman mereka. Setelah itu mereka berdua hanyut dalam keheningan toilet. Hanya terdengar suara kecapan dari kedua bibir mereka yang terus melumat tanpa ampun.
***
Pertemuan mereka sore itu berakhir karena Jieun merengek ingin pulang. Mungkin lain kali Woojin akan menemui Hyungseob sendirian. Meskipun dalam arti sebenarnya adalah hanya ditemani dengan bodyguard dan teamnya.
Woojin terus tersenyum sepanjang perjalanan pulang. Ia sama sekali tidak bisa melupakan Hyungseob. Cowok itu terus saja memenuhi pikiran Woojin.
Jadi begini rasanya jatuh cinta. Jadi ini yang Jihoon rasakan selama ini. Jadi ini yang membuat Jihoon tidak peduli kepada siapa cintanya berlabuh, bahkan pada sesama jenis sekalipun. Jadi, apa Woojin benar-benar jatuh cinta pada Hyungseob?
Sambil menggendong Jieun di punggungnya selama di lift, Woojin terus saja tidak bisa menyembunyikan ekspresi bahagianya. Sampai pada saat ia memasuki apartemennya, Kim Minho menatapnya dengan heran.
"Kenapa Jin?" kata Kim Minho yang entah kenapa wajahnya tampak kusut.
"Hah? Nggak apa-apa sekretaris Kim. Jihoon udah pulang?" Woojin mendapat gelengan dari Kim Minho sebagai jawabannya.
YOU ARE READING
Ephemeral - JINSEOB
Short Story[BOOK 2] Ephemeral (adj) lasting for a very short time. Disarankan baca dulu AQUIVER sampai chap 27 sebelum baca work ini :3