Semenjak kejadian di kafe, Woojin selalu datang ke sekolah sambil tersenyum. Meskipun ia mungkin hanya bisa sesekali melihat Hyungseob dari jauh pada saat istirahat makan siang. Tapi bagi Woojin untuk saat ini, melihat dari jauh seperti inipun cukup. Cukup bisa membuatnya gila.
Seperti halnya saat ini, Woojin sedang makan siang di kafetaria seperti biasa dengan Jihoon dan dua orang lagi yang sudah resmi bergabung dengan mereka yaitu Guanlin dan Dongbin. Tapi Woojin sama sekali tidak memerhatikan pembicaraan yang ada di mejanya. Fokusnya terus beralih pada Hyungseob yang diam-diam sedang memerhatikannya dari meja di sana.
Woojin jadi sering senyum-senyum sendiri gara-gara Hyungseob. Entah karena lirikan diam-diam Hyungseob setiap kali mereka tidak sengaja berpapasan, ataupun chatnya yang sebenarnya biasa saja, tapi entah kenapa selalu membuat Woojin tersenyum.
Aplikasi favoritnya juga berubah. Biasanya aplikasi yang sering ia buka itu game-game yang selalu ia mainkan ketika senggang, kali ini berubah menjadi line. Aplikasi chating.
Woojin akhirnya selesai makan. Sebelum ia beranjak untuk kembali ke kelas, Hyungseob mengiriminya pesan yang langsung dengan semangat ia buka.
Ahn Hyungseob
Aku di uks kak:(
12.48
Membaca pesan hyungseob yang seperti itu, Woojin mendadak khawatir. Perasaannya jadi tidak enak.
'Tadi bukannya dia masih keliatan baik-baik aja ya?'
'Kenapa sekarang dia ke uks?'
'Atau dia ada masalah pencernaan?'
Begitulah kira-kira isi pikiran Woojin yang mendadak jadi sedikit ruwet gara-gara satu pesan singkat dari Hyungseob. Batinnya bergemuruh lagi. Kali ini akal sehatnya sedang berdebat dengan hatinya. Otaknya menyuruh Woojin hanya menyampaikan pesan singkat berisi ucapan semacam 'cepat sembuh', tetapi hatinya menyuruh Woojin untuk menghampiri Hyungseob ke uks. Melihat langsung bagaimana keadaannya saat ini.
Sudah bisa ditebak kan siapa yang menang?
Woojin Park
Tunggu
12.51
Woojin memegang tangan Jihoon sebentar, membuat Jihoon menoleh sambil menatap Woojin heran.
"Lo ke kelas duluan aja Hoon, gua ada perlu dulu," sebenarnya Woojin agak tidak tega menyuruh Jihoon untuk pergi duluan ke kelas. Biasanya mereka selalu bersama kemana-mana. Tapi entah kenapa ia tidak ingin mengajak Jihoon untuk sekedar menjenguk Hyungseob ke uks sebentar. Ia hanya ingin menjenguknya sendirian. Mungkin masih malu jika harus ditemani oleh Jihoon.
Jihoon malah menahan tangan Woojin dengan manja, lalu suara rengekannya terdengar di telinga Woojin, "mau kemanaaa? Ikuuut~"
Woojin melepaskan tangan Jihoon perlahan, "ada urusan dulu Hoon. Nggak akan lama kok nanti gua ke kelas."
"Masa gue ke kelas sendirian sih?" Jihoon masih merengek manja pada Woojin.
Dengan sangat terpaksa, Woojin mau tidak mau harus melakukan ini. Woojin menatap ke arah Guanlin, sedikit menurunkan egonya yang sebenarnya belum setuju kalau Jihoon harus berpacaran dengan Guanlin, "anterin Jihoon, Lin."
Jihoon langsung cemberut. Bukannya tidak mau di antar oleh Guanlin. Tapi Jihoon masih malu. Lagi pula ia takut Guanlin di bully lagi karena berani memasuki wilayah kelas dua, padahal ia masih anak kelas satu.
"Ya udah deh nggak usah! Gue ke kelas sendiri aja!" Setelah itu Jihoon menarik tangan Kim Minho untuk mendampinginya berjalan ke arah kelasnya.
Woojin yang melihatnya sedikit merasa bersalah, tapi ia juga tidak bisa menahan perasaannya yang mengkhawatirkan Hyungseob yang sedang berada di uks.
YOU ARE READING
Ephemeral - JINSEOB
Short Story[BOOK 2] Ephemeral (adj) lasting for a very short time. Disarankan baca dulu AQUIVER sampai chap 27 sebelum baca work ini :3