Jika kehadiranku hanya menjadi kedok untuk kebusukanmu. Lupakan aku dan aku akan berhenti mengejar.
Awalnya semua berjalan seperti biasa. Sekolah dan rumah, sudah menjadi dua habitat ternyaman yang Vina tempati selama dua belas tahun ini.
Katakanlah Vina is perfect girl, wajah cantik, otak encer dan supel membuatnya gampang memiliki teman. Bahkan dia tersohor menjadi bintang kelas tiap tahunnya, hanya beberapa kali posisinya digantikan oleh kawan sebangkunya. Catatat itu, hanya beberapa kali, selebihnya Vina akan menempati tempat teratas disana.
Berbeda jauh dengan kisah asmaranya. Vina yang terkenal supel dan tidak suka bermain cinta, justru salah satu dari segelintir orang yang mempunyai trauma akan jalinan kasih yang sangat sakral itu.
Bukan bagaimana cara ia mengobati rasa sakitnya itu, tapi berapa kali ia terlukai dengan cara yang sama.
Pengkhianatan.
Satu kata yang selalu menghiasi kisah asmaranya. Jika ia bisa mengerjakan soal matematika dengan sangat mudah, berbeda kalau gadis itu diharuskan menyelesaikan persoalan asmaranya yang sudah dilandasi pengkhianatan.
Cinta pertamanya pergi, bukan hanya pergi dari hatinya tapi juga pergi dari kehidupannya. Sebut saja dia Adnan. Seorang karyawan disalah satu perusahaan terkenal yang terletak di penjuru Ibukota. Baik hati, tampan dan menarik. Tak sedikit perempuan berminat untuk menjadi pendamping hidupnya. Tetapi apalah daya mereka, jika Vina si putri cantik telah berhasil memikat hati Adnan.
Awalnya semua berjalan seperti biasa. Layaknya sepasang kekasih yang tengah di mabuk asmara. Walaupin usia mereka terpaut sangat jauh, tapi wajah Adnan yang tampan masih mampu menyamai wajah Vina yang elegan, dan perawakannya yang tinggi semampai.
Bak Romeo dan Juliet, jika mereka berjalan berdampingan, sebuah decakan iri dari para penikmat alam yang lain, tak pernah luput menerobos masuk kedalam gendang telinganya. Terlebih lagi jika Adnan mengeluarkan jurus rauan yang sangat wanita agung-agungkan, semua yang melihat maupun mendengar akan meleleh ditempat. Melesapi tiap baitnya.
Tapi begitulah, hubungan dengan pautan umur jauh hanya menyisakan tangis dan kepiluan diakhir cerita. Hubungan Vina dan Adnan tidak bertahan lama, hanya bertahan kurang lebih satu tahun sampai Vina naik ke kelas dua SMA.
Pengkhianatan. Satu kata yang membuat gadis cantik itu trauma berat. Vina memaklumi, dari jauh-jauh hari sebelum Adnan mengungkapkan perasaannya Vina sudah siap dengan segala konsekuensinya, termasuk kehilangan akibat Adnan didesak untuk menikah.
Sampai kapanpun Vina tidak akan menyalahkan Adnan yang diam-diam menikah dibelakangnya. Hanya saja kekecewaan Vina akan terus menjalar disetiap denyut nadi dan helaan napasnya, bukan karena Adnan mengkhianatinya dengan gadis lain. Melainkan, kecewa akibat Adnan mengambil keputusan secara satu pihak, tidak melibatkan Vina dalam keputusan tersebut.
Lama Vina menimbun perihnya dikhianati oleh seseorang yang selama satu tahun ini menempati tahta tertinggi didalam hatinya. Mungkin sampai sekarang. Tapi waktu terus bergulir, hidup tidak akan stak disini. Vina melanjutkan hidup yang baru, bukan tanpa alasan gadis itu memilih hidup dibalik topeng. Vina hanya tidak ingin menunjukan kesedihannya pada siapapun, termasuk orang-orang terdekatnya.
Pepatah mengatakan, habis gelap terbitlah terang. Mentari itu datang disaat Vina duduk termenung ditengah terik matahari yang bertengger tepat diangka jarum jam 12.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Sendiri
General FictionBayangkan cinta itu seperti segelas kopi hangat dan kamu meneguknya. Dia akan habis, kamu menginginkannya lagi dan rasanya berbeda karena si pembuat tidak sama. [Sebuah cerpen oneshoot dari Nurhasanah] Pertama publish, 28 April 2019.